Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Itu Money Dysmorphia, dan Kenapa Bisa Merusak Mental dan Finansial

ilustrasi menghitung uang (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi menghitung uang (pexels.com/Mikhail Nilov)

Dalam kehidupan sehari-hari, kamu mungkin sering mendengar tentang masalah keuangan seperti utang, biaya hidup yang tinggi, atau investasi yang gagal. Namun, pernahkah kamu mendengar istilah money dysmorphia?

Meski istilah ini belum diakui sebagai diagnosis medis, money dysmorphia merupakan fenomena psikologis di mana seseorang memiliki pandangan yang terdistorsi tentang situasi keuangannya sendiri. Hal ini sering kali membuat mereka merasa cemas dan gak puas, bahkan ketika kondisi finansial mereka sebenarnya cukup stabil. Fenomena ini bisa berdampak negatif pada kesehatan mental dan stabilitas finansial seseorang.

1. Apa itu money dysmorphia

ilustrasi menghitung anggaran (pexels.com/Karolina Kaboompics)
ilustrasi menghitung anggaran (pexels.com/Karolina Kaboompics)

Money dysmorphia terjadi saat kamu terus-menerus merasa cemas tentang keuangan meskipun kenyataannya kondisi keuanganmu baik-baik aja. Menurut Smriti Joshi, MPhil, seorang psikolog dan kepala psikologi di Wysa, distorsi ini dapat disebabkan oleh kecemasan finansial, pengalaman masa lalu yang buruk terkait uang, atau perbandingan yang konstan dengan orang lain, terutama di media sosial.

“Media sosial menampilkan gaya hidup yang terlihat tidak terjangkau, dan itu dapat memicu perasaan bahwa kamu kurang berhasil,” ujar Joshi. Selain itu, peristiwa traumatis seperti kehilangan pekerjaan atau putus hubungan yang berdampak pada kondisi finansial juga bisa memperburuk money dysmorphia ini.

2. Tanda-tanda money dysmorphia

ilustrasi belanja baju (pexels.com/Liza Summer)
ilustrasi belanja baju (pexels.com/Liza Summer)

Mungkin kamu bertanya-tanya, apa saja tanda-tanda yang menunjukkan seseorang mengalami money dysmorphia? Beberapa di antaranya adalah:

Khawatir berlebihan tentang uang
Kalau kamu selalu merasa khawatir gak memiliki cukup uang meskipun tabunganmu mencukupi, ini bisa menjadi tanda money dysmorphia. Kecemasan ini sering muncul tanpa alasan yang jelas dan membuatmu terus berpikir bahwa pengeluaran kecil sekalipun akan merusak keuanganmu.

Obsesi pada pengeluaran kecil
Ada orang dengan money dysmorphia akan menghabiskan banyak waktu memikirkan pengeluaran kecil. Keputusan membeli secangkir kopi atau makan di luar bisa membuat mereka stres dan merasa bersalah, meskipun pengeluaran tersebut gak memengaruhi kestabilan keuangan mereka secara signifikan. Hal ini bisa membuatmu ragu dalam mengambil keputusan finansial.

Menghindari pengeluaran sama sekali
Ketakutan untuk kehabisan uang bisa membuat seseorang menghindari pengeluaran, bahkan untuk kebutuhan penting. Alih-alih menggunakan uangnya untuk kebutuhan sehari-hari atau hiburan, mereka lebih memilih menimbun uang tanpa tujuan yang jelas. Ini bisa membuat kualitas hidup menurun karena terus-menerus menahan diri untuk gak menikmati hasil kerja keras.

Membandingkan diri dengan orang lain
Perbandingan dengan orang lain sering kali menjadi pemicu utama money dysmorphia. Melihat teman atau influencer di media sosial yang memamerkan liburan mewah, mobil baru, atau rumah impian bisa membuat kamu merasa tertinggal.

Jenny Woo, PhD, MBA, CEO Mind Brain Emotion, menyebutkan bahwa generasi muda seperti Gen Z dan milenial lebih rentan terhadap perbandingan ini karena lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial. “Sebuah survei menunjukkan bahwa mereka yang menghabiskan lebih dari tiga jam per hari di media sosial cenderung membuat keputusan finansial yang tidak rasional,” jelas Woo.

Rasa bersalah atau malu setelah berbelanja
Setelah membeli sesuatu, meskipun itu kebutuhan penting, kamu mungkin merasa bersalah atau malu. Perasaan ini timbul karena ada keyakinan bahwa setiap pengeluaran adalah ancaman bagi keamanan finansialmu, padahal itu hanya ilusi yang disebabkan oleh money dysmorphia.

3. Mengapa money dysmorphia berbahaya

ilustrasi wanita sedang cemas (pexels.com/Daria Sannikova)
ilustrasi wanita sedang cemas (pexels.com/Daria Sannikova)

Money dysmorphia dapat merusak kesehatan mental karena membuatmu terus hidup dalam stres dan kecemasan. Menurut Lindsay Bryan-Podvin, LMSW, CFT, seorang terapis finansial, “Ini bisa menyebabkan stres yang tidak perlu dan, dalam kasus terburuk, bisa membuat seseorang terjerumus ke dalam kebangkrutan akibat pengeluaran impulsif.”

Selain itu, kalau gak diatasi, masalah ini dapat merusak hubungan dengan pasangan atau teman, karena kecemasan finansial sering kali menimbulkan konflik atau mengisolasi diri dari lingkungan sosial.

4. Cara mengatasi money dysmorphia

ilustrasi membuat anggaran (pexels.com/Karolina Kaboompics)
ilustrasi membuat anggaran (pexels.com/Karolina Kaboompics)

Untuk mengatasi money dysmorphia, penting untuk memahami bahwa perasaan itu sering kali berasal dari persepsi yang salah, bukan kenyataan. Kamu bisa mulai mengatasinya dengan:

  • Mengidentifikasi pemicu kecemasan finansial, apakah itu media sosial, pengalaman masa lalu, atau hal lainnya.
  • Membuat anggaran yang realistis dan menaatinya untuk memberi dirimu bukti nyata bahwa kondisi keuanganmu stabil.
  • Mencari dukungan dari terapis atau konsultan finansial untuk membantu memahami perasaanmu dan mengatasi kecemasan tersebut.

Money dysmorphia mungkin belum diakui sebagai kondisi medis, tapi dampaknya bisa sangat nyata bagi kesehatan mental dan finansialmu. Dengan mengenali tanda-tandanya, kamu bisa mengambil langkah untuk mengatasinya dan menjaga keseimbangan hidup yang lebih baik. Ingat, memiliki hubungan yang sehat dengan uang adalah kunci untuk mencapai kesejahteraan yang menyeluruh.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us