Bitcoin Diprediksi Bisa Naik 2 Kali Lipat berkat 2 Indikator Ini

- Sejarah mencatat bahwa penurunan signifikan dalam nilai dolar AS seringkali beriringan dengan reli besar Bitcoin. Indeks DXY baru saja mencatat penurunan terbesarnya dalam dua dekade terakhir.
- Data terbaru menunjukkan bahwa M2 global telah mencapai USD 55,5 triliun pada Juli 2025. Bitcoin memiliki korelasi historis yang longgar namun signifikan terhadap pertumbuhan M2.
- Meskipun indikator makro mendukung, investor tetap perlu waspada. Peningkatan likuiditas bisa memicu inflasi, mendorong kenaikan suku bunga mendadak.
Pasar keuangan global tengah mengirimkan sinyal penting bagi investor kripto. Indeks Dolar AS (DXY) terus melemah, sementara pasokan uang global (M2) mengalami lonjakan signifikan. Dua indikator ini kerap menjadi pendorong utama reli Bitcoin (BTC), dan bisa jadi penentu arah harga ke depan.
Saat ini, harga Bitcoin berada di kisaran USD 118.000 per koin, naik sekitar 29% sejak awal tahun. Dengan kombinasi dolar yang melemah dan likuiditas global yang membengkak, potensi lonjakan harga menuju USD 240.000 dalam 12–18 bulan ke depan dinilai semakin realistis, meskipun tak bisa dijamin sepenuhnya.
Bayangkan harga Bitcoin melesat dua kali lipat hanya dalam waktu singkat—mimpi para investor kripto bisa jadi kenyataan. Dua indikator teknikal utama kini mulai menunjukkan sinyal kuat bahwa lonjakan besar tengah mengintai di balik pergerakan pasar yang tampak tenang. Lantas apa saja indikator tersebut? Berikut penjelasannya sebagaimana dilansir Yahoo! Finance.
1. DXY melemah, Bitcoin menguat

Sejarah mencatat bahwa penurunan signifikan dalam nilai dolar AS seringkali beriringan dengan reli besar Bitcoin. Indeks DXY, yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia, baru saja mencatat penurunan terbesarnya di bawah rata-rata pergerakan 200 hari dalam dua dekade terakhir. Ini terjadi bersamaan dengan momentum positif Bitcoin yang mendekati level tertingginya.
Faktor fundamental lainnya turut memperkuat sentimen ini. The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga sebanyak dua kali hingga akhir 2025. Di sisi lain, pasokan Bitcoin semakin terbatas usai proses halving tahun 2024. Kombinasi kebijakan moneter longgar dan kelangkaan aset bisa menciptakan tekanan permintaan yang signifikan.
Namun demikian, perlu diingat bahwa korelasi bukanlah jaminan. Dalam beberapa periode risk-off, baik Bitcoin maupun dolar bisa turun bersamaan. Meski begitu, dalam jangka panjang, tren DXY yang terus melemah tetap memberikan peluang kenaikan bagi aset kripto ini.
2. Likuiditas global melimpah

Selain dolar, faktor lain yang menjadi perhatian adalah pasokan uang global. Data terbaru menunjukkan bahwa M2 global—yang mencakup uang tunai dan deposito likuid dari 21 bank sentral terbesar — telah mencapai USD 55,5 triliun pada Juli 2025, menyamai tren pertumbuhan yang sempat tertahan pada 2023.
Bitcoin memiliki korelasi historis yang longgar namun signifikan terhadap pertumbuhan M2. Ketika likuiditas meningkat, investor cenderung mencari aset langka yang tahan inflasi. Bitcoin, dengan pasokan maksimal hanya 21 juta koin, memenuhi kriteria ini.
Beberapa bank sentral besar sudah mulai melonggarkan kebijakan moneternya. Bank Sentral India dan Tiongkok, misalnya, telah menurunkan suku bunga acuan dan meningkatkan suntikan likuiditas ke pasar. Tren pelonggaran kebijakan ini bisa memperkuat reli aset berisiko, termasuk kripto.
Jika pola historis kembali terulang, kenaikan 1% dalam M2 bisa mendorong harga Bitcoin hingga 65% dalam jangka waktu 12 hingga 18 bulan. Artinya, dari harga saat ini, target USD 240.000 bukanlah hal mustahil.
3. Apa yang perlu diperhatikan investor?

Meskipun indikator makro mendukung, investor tetap perlu waspada. Peningkatan likuiditas bisa memicu inflasi, mendorong kenaikan suku bunga mendadak, atau bahkan mengalir ke kelas aset lain. Namun dengan dolar dalam tekanan dan bank sentral kembali membuka keran uang, Bitcoin berada dalam posisi strategis untuk kembali mencetak rekor.
Bagi investor yang mencari peluang jangka panjang di pasar kripto, kondisi saat ini memberikan sinyal positif. Bitcoin mungkin belum masuk dalam daftar saham unggulan sejumlah analis, tetapi faktor makro memberikan potensi besar yang layak dipertimbangkan.
Dengan kedua indikator tersebut memberikan sinyal bullish yang kuat, para investor kini dihadapkan pada peluang besar—namun tetap harus waspada terhadap volatilitas pasar kripto. Jika momentum ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin Bitcoin benar-benar akan menggandakan nilainya dalam waktu dekat.