BNI Cetak Laba Rp15 Triliun di Kuartal III-2025

- BNI membukukan laba bersih konsolidasi Rp15,12 triliun hingga kuartal III-2025.
- Penyaluran kredit BNI tumbuh 10,5 persen hingga September 2025
- DPK tumbuh 21,4 persen menjadi Rp934,3 triliun dengan CASA naik 13,3 persen.
Jakarta, IDN Times - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) membukukan laba bersih konsolidasi Rp15,12 triliun hingga kuartal III-2025.
Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), perseroan membukukan pendapatan bunga sebesar Rp51,16 triliun, tumbuh 4,77 persen secara year on year (yoy). Adapun beban bunga tercatat sebesar Rp21,91 triliun. Sehingga, pendapatan bunga bersih BNI sebesar Rp29,25 triliun.
1. Kualitas aset terjaga

BNI mencatat rasio permodalan yang solid, dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 21,1 persen, termasuk Tier-1 Capital yang tetap kuat. Likuiditas juga berada pada level aman dengan Loan to Deposatio Ratio (LDR) sebesar 86,9 persen, Liquidity Coverage Ratio (LCR) 167,4 persen, dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) 142,1 persen.
Kualitas aset pun tetap terjaga. Rasio kredit bermasalah (NPL gross) berada di kisaran 2 persen, sementara Loan at Risk (LAR) membaik ke level 10,4 persen, mencerminkan keberhasilan BNI menjaga kualitas aset melalui penerapan manajemen risiko yang kuat dan strategi ekspansi bisnis yang sehat dan prudent.
"Keberhasilan ini menunjukkan kemampuan BNI untuk tetap adaptif dalam menghadapi tantangan, sambil terus mendorong pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan," ujar Putrama dalam keterangan tertulis," Direktur Utama BNI, Putrama Wahju Setyawan dikutip dari keterangan resmi, Jumat (24/10/2025).
2. Penyaluran kredit BNI tumbuh 10,5 persen

Direktur Finance & Strategy BNI, Hussein Paolo Kartadjoemena menjelaskan, hingga akhir September 2025, total penyaluran kredit BNI tumbuh 10,5 persen (yoy), menjadi Rp812,2 triliun.
"Pertumbuhan kredit BNI kini lebih seimbang di seluruh segmen, baik korporasi, menengah, maupun UMKM. Hal ini menunjukkan efektivitas strategi pembiayaan kami dalam menjaga kualitas aset sekaligus mendorong pertumbuhan sektor produktif," ujar Paolo.
Kredit korporasi naik 12,4 persen (yoy) menjadi Rp450,7 triliun, ditopang peningkatan pembiayaan kepada korporasi swasta, BUMN, dan institusi. Sementara itu, kredit segmen menengah tumbuh 14,3 persen (yoy), dan kredit UMKM non-KUR meningkat 13,9 persen (yoy) menjadi Rp46,3 triliun.
Segmen konsumer tumbuh 9,6 persen (yoy), menjadi Rp150,2 triliun, ditopang pembiayaan KPR, personal loan, dan kartu kredit. Sedangkan pertumbuhan kredit usaha di level grup naik 15,3 persen (yoy) menjadi Rp17,4 triliun.
3. DPK tumbuh 21,4 persen

Direktur Treasury & International Banking BNI, Abu Santosa Sudradjat melaporkan, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 21,4 persen (yoy) Rp934,3 triliun, dengan CASA naik 13,3 persen (yoy) menjadi Rp613,4 triliun.
"Porsi dana murah ini memperkuat struktur pendanaan dan menekan biaya dana (cost of fund), menjaga profitabilitas tetap sehat," ujar Abu.
Selain peningkatan DPK khususnya CASA, strategi digital transaction banking yang agresif juga menghasilkan pertumbuhan fee-based income sebesar 11 persen (yoy), dan berkontribusi sebesar 30 persen dari total fee-based income BNI hingga akhir kuartal III-2025.
















