Dampak Bencana Jadi Tantangan, Askrindo Bidik Kenaikan Laba 2026

- Askrindo cermati dampak bencana terhadap ekonomi nasional dan lonjakan klaim
- Kinerja keuangan hingga kuartal III catatkan laba Rp687,4 miliar, tumbuh 591,6% secara tahunan
- Rincian perkiraaan laba konsolidasi Askrindo akhir tahun tembus Rp1 triliun dari anak usaha
Jakarta, IDN Times - PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) menilai dampak keuangan pascabencana berpotensi membuat kinerja perseroan pada 2026 menjadi lebih menantang. Meski demikian, manajemen tetap optimistis Askrindo mampu menjaga tren pertumbuhan bisnisnya.
Direktur Keuangan & Plt. Direktur Teknik Askrindo, Leonardo Henry Gavaza menjelaskan optimisme ini didukung oleh beragam indikator yakni kinerja penjaminan kredit masih menunjukkan hasil yang solid, khususnya dari segmen Kredit Usaha Rakyat (KUR). Selain itu, tingkat klaim dinilai masih relatif terkendali dan proses penyelesaian klaim berjalan dengan baik.
"Untuk 2026 memang yang agak tricky (tidak mudah) sebenarnya kalau dari organik bisnis kita yakin bisnis akan bertumbuh. Karena capaian KUR menunjukkan pertumbuhan cukup baik, klaim cukup baik dan syariah juga baik. Jadi kami optimis profitabilitas 2026 bisa lebih baik lagi," tegasnya dalam diskusi di Jakarta, Jumat (19/12/2025).
1. Askrindo cermati dua faktor yang bisa pengaruhi kinerja di tahun depan

Menurutnya dampak bencana perlu dicermati secara lebih mendalam karena berpotensi menimbulkan dua konsekuensi utama. Pertama, dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
"Prioritas belanja APBN (akan dialihkan sebagian) untuk pemulihan wilayah terdampak bencana diperkirakan dapat mempersempit ruang fiskal bagi sektor lainnya, sehingga berpotensi memengaruhi aktivitas ekonomi secara keseluruhan," tegasnya.
Faktor kedua berkaitan dengan bencana berpotensi memicu lonjakan klaim dalam jumlah yang signifikan. Meski demikian, hingga saat ini perseroan masih melakukan kajian karena proses pemulihan masih berlangsung, sehingga besaran klaim yang akan masuk belum dapat dipastikan.
"Itu lagi kami analisa, kira-kira dampaknya seberapa besar ke profitabilitas dan bantuan seperti apa yang bisa kami dapatkan dari pemerintah untuk menanggulangi klaim yang muncul. Kedua faktor ini mungkin akan mempengaruhi profitabilitas kita di 2026," tegasnya.
Oleh karena itu, manajemen menegaskan akan terus memantau serta menganalisis dampak bencana secara lebih komprehensif.
2. Kinerja keuangan hingga kuartal III catatakan laba Rp687,4 miliar

Jika dirinci, kinerja keuangan Askrindo hingga kuartal III 2025 tercatat solid dengan laba setelah pajak sebesar Rp687,4 miliar. Angka tersebut melonjak 591,6 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Capaian tersebut menyumbang sekitar 48 persendari total laba konsolidasi Indonesia Financial Group (IFG) yang mencapai Rp1,4 triliun, sekaligus menegaskan peran strategis Askrindo dalam menopang kinerja grup. Pertumbuhan laba ini terutama ditopang oleh hasil underwriting yang mencapai Rp838,8 miliar, atau tumbuh 172,1 persen secara yoy.
“Hingga November 2025, laba induk Askrindo telah mencapai sekitar Rp687 miliar. Dengan capaian tersebut, kami optimistis laba induk perseroan pada akhir tahun dapat melampaui angka tersebut,” tegasnya.
3. Rincian perkiraaan laba konsolidasi Askrindo akhir tahun tembus Rp1 triliun

Selain dari induk usaha, kontribusi kinerja juga diharapkan berasal dari anak usaha. Di antaranya, PT Jaminan Pembiayaan Askrindo Syariah (JPASA) diperkirakan mampu membukukan laba sekitar Rp100 miliar hingga Rp150 miliar hingga akhir 2025. Sementara itu, anak usaha lainnya, seperti Nasional Reasuransi Indonesia (NasRe/Nasri), saat ini difokuskan pada upaya perbaikan kinerja serta penguatan pencadangan.
Manajemen menargetkan profitabilitas seluruh anak usaha secara agregat dapat mencapai minimal Rp200 miliar.
“Jika dijumlahkan, pada 2025 kinerja Askrindo secara konsolidasi berpotensi menembus di atas Rp1 triliun. Namun, angka detailnya akan saya sampaikan pada bulan depan,” tegasnya.

















