5 Perbedaan Milenial vs Gen Z Atur Keuangan Bulanan, Rillmin?

- Cara Milenial dan Gen Z mengatur keuangan bulanan menjadi sorotan penting
- Keduanya tidak hanya berbeda dalam pola pikir finansial, tetapi juga mencerminkan pergeseran nilai hidup yang mendalam di era digital.
- Penggunaan teknologi finansial: Kredivo dan platform cicilan jadi salah satunya.
Ketika harga sewa apartemen di Jakarta mulai meningkat dalam dua tahun terakhir, cicilan kendaraan naik signifikan akibat kenaikan suku bunga, dan biaya makan sehari-hari semakin sulit ditekan, cara Milenial dan Gen Z mengatur keuangan bulanan menjadi sorotan penting.
Keduanya tidak hanya berbeda dalam pola pikir finansial, tetapi juga mencerminkan pergeseran nilai hidup yang mendalam di era digital. Bagaimana mereka memilih untuk mengelola pendapatan, mulai dari alokasi cicilan hingga penggunaan platform seperti Kredivo dengan cicilan bunga rendah mulai dari 1.99%, menunjukkan bahwa stabilitas ekonomi bukan lagi soal tabungan besar, melainkan tentang kebebasan dan makna.
1. Prioritas finansial: stabilitas vs. fleksibilitas

Milenial cenderung lebih tradisional dalam hal prioritas finansial. Mereka umumnya menempatkan stabilitas sebagai tujuan utama, dengan fokus pada cicilan rumah atau mobil sebagai investasi jangka panjang. Pola ini didorong oleh pengalaman masa kecil mereka yang menyaksikan krisis moneter 1998, sehingga mereka lebih berhati-hati dalam mengambil risiko. Namun, pendekatan ini sering kali membuat mereka kurang fleksibel dalam menghadapi perubahan ekonomi global yang cepat.
Di sisi lain, Gen Z lebih memilih fleksibilitas daripada terjebak dalam tanggungan cicilan besar. Mereka lebih tertarik pada model kepemilikan alternatif seperti sewa apartemen jangka pendek atau menggunakan layanan transportasi berbasis aplikasi dibanding membeli mobil. Pendekatan ini memungkinkan mereka untuk memiliki ruang lebih luas dalam mengalokasikan uang untuk pengalaman, seperti traveling atau kursus online. Namun, tantangannya adalah risiko overconsumption akibat gaya hidup yang terlalu dinamis.
2. Conscious Spending: mengatur uang sesuai nilai hidup

Conscious spending menjadi tren baru yang digemari kedua generasi, meskipun dengan interpretasi berbeda. Milenial cenderung mengalokasikan anggaran besar untuk hal-hal yang dianggap "penting", seperti asuransi kesehatan keluarga atau pendidikan anak. Mereka melihat pengeluaran sebagai investasi jangka panjang untuk keamanan finansial.
Sementara itu, Gen Z lebih selektif dalam conscious spending. Mereka memprioritaskan pengeluaran yang sesuai dengan nilai-nilai pribadi, seperti mendukung brand lokal ramah lingkungan atau membeli produk secondhand berkualitas tinggi. Pola ini mencerminkan keinginan mereka untuk hidup lebih bermakna, meskipun terkadang rentan terhadap perbandingan gaya hidup di media sosial yang bisa memicu pengeluaran impulsif.
3. Penggunaan teknologi finansial: Kredivo dan platform cicilan

Teknologi finansial telah merubah cara Milenial dan Gen Z mengatur keuangan. Milenial lebih skeptis terhadap platform cicilan dan pinjaman karena pengalaman buruk di masa lalu, namun mereka mulai membuka diri terhadap opsi seperti Kredivo yang menawarkan cicilan bunga rendah mulai dari 1.99%. Fitur ini sangat relevan bagi mereka yang ingin membeli barang elektronik atau furnitur tanpa harus menguras tabungan.
Gen Z, di sisi lain, lebih nyaman menggunakan platform teknologi finansial secara aktif. Mereka memanfaatkan fitur cicilan tanpa kartu kredit untuk memenuhi kebutuhan mendesak, seperti biaya kursus atau alat kerja freelance. Namun, penting untuk dicatat bahwa kesadaran akan risiko utang tetap menjadi kunci. Pilihan ada di tangan konsumen untuk memastikan penggunaan platform ini sesuai dengan kemampuan finansial.
4. Transparansi keuangan: dampak media sosial

Media sosial telah menjadi medium transparansi keuangan bagi kedua generasi. Milenial cenderung lebih hati-hati dalam berbagi informasi finansial, sering kali hanya membahas topik seperti investasi properti atau rencana pensiun di forum tertutup. Mereka melihat privasi sebagai bagian dari stabilitas.
Sebaliknya, Gen Z lebih terbuka tentang kondisi keuangan mereka di media sosial. Mereka sering berbagi tips budgeting atau pengalaman menggunakan platform cicilan melalui konten edukatif. Namun, transparansi ini juga membawa risiko perbandingan gaya hidup yang dapat memengaruhi keputusan finansial secara negatif.
5. Pandangan terhadap utang: risiko dan peluang

Milenial umumnya melihat utang sebagai beban yang harus dihindari. Mereka lebih memilih menabung dalam jumlah besar sebelum membuat keputusan besar seperti membeli rumah. Pandangan ini didorong oleh keinginan untuk menjaga stabilitas finansial jangka panjang.
Gen Z, di sisi lain, melihat utang sebagai alat untuk meningkatkan produktivitas. Mereka lebih terbuka terhadap pinjaman atau cicilan untuk mendukung perkembangan karier atau usaha. Namun, pendekatan ini memerlukan manajemen risiko yang baik agar tidak terjerat utang berlebihan.
Perbedaan pola pikir finansial antara Milenial dan Gen Z mencerminkan evolusi nilai hidup di tengah krisis cost of living. Baik stabilitas maupun fleksibilitas memiliki tempatnya masing-masing, tergantung pada prioritas individu.
Yang jelas, kesadaran tentang pengelolaan keuangan, termasuk penggunaan platform seperti Kredivo, harus selalu disertai dengan literasi finansial yang kuat. Di era financial individualism ini, kuncinya adalah menemukan keseimbangan antara kebebasan finansial dan makna hidup yang bermanfaat. (WEB/TAMA)


















