Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Saham Nvidia Berusaha Bangkit di Tengah Tekanan Pasar

Kantor utama Nvidia Israel (sebelumnya Mellanox), Yokneam, Maret 2023. (Amir Shtanger (אמיר שטנגר), CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)
Kantor utama Nvidia Israel (sebelumnya Mellanox), Yokneam, Maret 2023. (Amir Shtanger (אמיר שטנגר), CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times – Saham Nvidia mengalami tekanan sepanjang tahun ini, anjlok hingga 20 persen sebelum akhirnya menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada perdagangan Selasa (11/3/2025). Investor masih ragu dengan prospek jangka pendek perusahaan, meskipun permintaan chip kecerdasan buatan (AI) terus meningkat.

Kekhawatiran utama datang dari ketidakpastian regulasi serta persaingan pasar yang semakin ketat. Meski begitu, analis dari Bernstein, Stacy Rasgon, menilai saham Nvidia masih menarik bagi investor yang bersedia menunggu.

“Perusahaan yang benar-benar melakukan belanja AI tampaknya masih sangat optimistis,” katanya, dikutip dari Business Insider.

1. Kinerja Nvidia menguat meski saham masih tertekan

ilustrasi pendapatan (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi pendapatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Sepanjang tahun ini, saham Nvidia mengalami fluktuasi tajam, meski secara fundamental perusahaan mencatat kinerja yang solid. Pada kuartal terakhir, Nvidia melaporkan pendapatan 39,33 miliar dolar AS, melampaui estimasi analis sebesar 38,1 miliar dolar AS. Selain itu, laba per saham mencapai 89 sen, juga lebih tinggi dibanding proyeksi sebesar 85 sen.

Namun, meskipun hasil tersebut melebihi ekspektasi, harga saham Nvidia justru turun 8 persen sehari setelah laporan keuangan dirilis. Saham kemudian terus melemah, hingga total mengalami penurunan 20 persen sejak awal tahun sebelum akhirnya mulai pulih pada perdagangan hari Selasa.

Menurut Investor’s Business Daily, performa saham Nvidia dalam 12 bulan terakhir telah turun drastis. Sebelumnya, Nvidia mengungguli 86 persen saham lain dalam basis data IBD, tetapi kini hanya lebih baik dari 35 persen saham lain dalam satu pekan terakhir. Saham juga tercatat berada di bawah rata-rata pergerakan 200 hari, yang menandakan tekanan jual masih kuat di pasar.

Analis dari Melius Research menilai saham Nvidia saat ini cukup menarik bagi investor jangka panjang, meskipun mereka memperingatkan bahwa dalam waktu dekat masih ada tantangan besar.

“Dalam jangka pendek, mungkin masih sulit melihat kejelasan terkait masalah regulasi dan geopolitik, termasuk tarif,” tulis analis Melius Research.

2. Risiko regulasi dan persaingan semakin ketat

ilustrasi ekspor impor (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi ekspor impor (IDN Times/Aditya Pratama)

Nvidia menghadapi tantangan besar dari kebijakan ekspor AS ke China. Pemerintah AS tengah mempertimbangkan pembatasan lebih ketat terhadap chip H20 yang saat ini masih bisa diekspor ke perusahaan China seperti Alibaba dan Tencent. Jika aturan ini diperketat, Nvidia berpotensi kehilangan pangsa pasar yang signifikan di China, memberikan peluang bagi pesaing seperti Huawei untuk memperkuat dominasinya.

“Larangan total terhadap ekspor H20 ke China sama sekali tidak masuk akal,” ujar Rasgon, dikutip dari The Wall Street Journal.

Namun, investor tetap waspada terhadap kemungkinan adanya kebijakan yang lebih ketat di masa depan, yang bisa berdampak pada bisnis Nvidia di China.

Selain tantangan regulasi, Nvidia juga menghadapi persaingan ketat di pasar AI. Broadcom, salah satu pesaing utama, baru saja melaporkan pertumbuhan pendapatan dari sektor AI sebesar 77 persen dibanding tahun sebelumnya, mencapai 4,1 miliar dolar AS. Perusahaan ini memperkirakan pendapatan dari AI akan meningkat menjadi 4,4 miliar dolar AS pada kuartal berikutnya.

Analis dari Morgan Stanley memperkirakan bahwa pangsa pasar chip kustom AI, yang menjadi spesialisasi Broadcom, akan meningkat dari 11 persen menjadi 15 persen pada 2030. Meskipun mayoritas pasar masih akan dikuasai Nvidia, pertumbuhan Broadcom di sektor ini menjadi ancaman serius bagi dominasi perusahaan.

Di sisi lain, Rasgon juga merekomendasikan Qualcomm sebagai alternatif investasi di sektor chip.

“Risiko dari Apple sudah diketahui dan diharapkan sudah tercermin dalam harga saham Qualcomm,” katanya, dikutip dari Market Watch.

Qualcomm masih memiliki peluang di pasar AI, terutama dengan semakin banyaknya aplikasi yang berjalan langsung di perangkat pengguna.

3. Strategi Nvidia untuk mempertahankan dominasinya

ilustrasi kesepakatan kerjasama (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi kesepakatan kerjasama (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Di tengah tekanan ini, Nvidia tetap fokus pada inovasi dan pengembangan produk baru. Perusahaan berencana meluncurkan Blackwell Ultra dan Rubin, generasi terbaru chip AI mereka, dalam konferensi pengembang AI pada 17 Maret 2025 mendatang. Produk ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing Nvidia di industri yang semakin kompetitif.

Selain itu, Nvidia juga terus memperkuat kemitraannya dengan raksasa teknologi dunia. Amazon, Alphabet, dan Meta telah mengumumkan rencana belanja besar-besaran untuk infrastruktur AI, yang sebagian besar masih akan bergantung pada chip Nvidia.

Amazon, misalnya, berencana meningkatkan belanja modalnya sebesar 27 persen atau 105 miliar dolar AS untuk membangun pusat data AI. Alphabet bahkan akan meningkatkan belanjanya sebesar 57 persen menjadi total 75 miliar dolar AS. Sementara itu, Meta juga mengalokasikan dana 60 hingga 65 miliar dolar AS untuk kebutuhan yang sama pada 2025.

CEO Amazon, Andy Jassy, menyatakan bahwa Nvidia masih menjadi mitra utama mereka dalam pengembangan infrastruktur AI.

“Sebagian besar komputasi AI masih bergantung pada chip Nvidia, dan kami memiliki kemitraan yang erat dengan mereka untuk waktu yang sangat lama,” ujarnya.

Di sisi lain, para analis tetap optimistis terhadap prospek Nvidia dalam jangka panjang. Analis dari Mizuho memperkirakan bahwa Nvidia akan menguasai 44 persen pasar server AI, dengan potensi pendapatan mencapai 260 miliar dolar AS dari total pasar chip akselerator AI yang diproyeksikan mencapai 350 miliar dolar AS pada 2027.

Meski masih menghadapi tantangan, Nvidia tetap menjadi pemimpin dalam industri chip AI. Beberapa analis menyarankan investor untuk bersabar, karena pertumbuhan pesat dalam sektor ini dapat mendorong saham Nvidia kembali ke jalur positif dalam jangka panjang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bagus Samudro
EditorBagus Samudro
Follow Us