Merdu dawai biola bergesekan membius kepalaku
Seakan mengajakku terbang dan tak sadarkan diri
Alunannya mengalir bagai perasaan yang menyayat hati
Debar jantungku semakin bergetar

Aku tak kuasa menahan sabar
Siapakah wahai tuan pemilik biola?
Pintu terbuka
Wajahnya jelas meski sepintas

Biola bersandar di bahu dengan anggun
Lekuk jemarimu bak lembutnya jiwamu
Pandanganmu bagai coklat yang leleh
Membuatku rindu dengan kemahiranmu

Satu demi satu nada mengalir dan aku tenggelam dalam harmoni
Keindahan memecah malam yang sepi
Nyanyian biola yang lembut menyusup telinga
Menginap di hati walau hari berganti