[PUISI] Tanah Kelahiran

Anak rantau, kampung halaman

Pagiku yang tenang

Setenang ombak yang datang menghadang

Hal kecil yang selalu aku rindukan

Ketika aku bersimbiosis dengan hiruk pikuk perkotaan

Melampaui sebagian besar tahap perkembangan di pedesaan

Menginjakkan kaki di tanah kebanggaan terasa enggan

Menjadi seorang yang tak berkawan

Membuatku menepi kepinggiran laut dan hutan

Berteman dengan monyet dan ikan

Bertemu dengan nelayan menjadi suatu kebanggaan

Menginjakkan kaki di atas kayu yang melayang merupakan sebuah impian

Aku tak pernah merasakan 

Berinteraksi dengan kawan dalam sebuah permainan

Entah karena sibuk dengan alam

Atau karena aku yang memang tak pernah dipandang

Yang menjadi satu dari beribu alasan 

Memilih alam sebagai pelarian

Menghardik diri sebagai penghuni zona nyaman

Tak membuatku merasa terkekang

 

Ketika waktuku tiba

Ketika gerbang zona nyaman telah dibuka

Mau tidak mau aku harus mulai melangkah

Mencoba mengenal apa itu pelabelan dan stigma

Dan mencoba mengolah data tanpa berpatok pada persepsi semata

Mulai mengenal sebaya dan kolega

Di usiaku yang bisa dikatakan tak lagi muda

Mulai Memahami bahwa semua manusia tak bisa dipandang sama

Bahkan aku terbelalak ketika aku menyadari aku bagian dari mereka

 

Namun, sejauh apapun aku pergi

Sebanyak apapun aku melangkahkan kaki

Aku tak pernah bisa berkhianat diri

Selalu kusisihkan waktu untuk kembali

Untuk sekedar cerita dan berbagi

Tak peduli senang ataupun sedih

Setidaknya sedikit banyak dapat mengusir perih

Wahai kawan....

Aku harap engkau tak pernah meninggalkan

Diriku dalam kesendirian

Ketenangan yang engkau timbulkan

Akan menekan memori yang tertinggal

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Merinda Aryadelina Photo Writer Merinda Aryadelina

Just a foolish that missing the justice

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya