Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Ada Luka di Balik Dusta

Pixabay/whoismargot

Dengan wajah senyum kau bilang tak apa-apa
Padahal tidak
Kau terluka parah
Punggungmu sudah berdarah-darah

Di bawah terik mentari kau berjalan gontai
Kau bilang kakimu sedang linu
Padahal tidak
Benakmu sedang berpikir banyak masalah
Sampai-sampai langkahmu tak punya daya

Malam hari tiba
Kau sajikan ia piring-piring berisi daging
Kau sendiri terpojok di sudut rumah
Hanya memperhatikan ia mengunyah nikmat
Meski perutmu didera lapar
Namun kau bersyukur
Hari ini dia tidak berulah seperti kemarin, membalikkan meja hanya karena perkara nasi

Tatkala matanya hendak terpejam
Kau buai keningnya seperti bayi
Cintamu padanya entah sudah setinggi apa
Namun bagiku, yang kau alami itu tragedi

Yang kutahu, rumah tangga tidak seperti ini
Dua sejoli harus saling jaga dan mencintai
Kenapa kau masih membuainya dengan dusta setiap hari?
Padahal letihmu sudah setinggi gunung
Kenapa harus berbohong dibalik perihmu?

Ada luka di balik dusta
Mau sampai kapan dibiarkan?
Jangan sampai luka itu menganga lebar, lalu membusuk, dan melemahkan imunmu

Ketika waktu berjalan begitu cepat
Tak terasa hidup sudah tinggal sesaat
Di ujung masa sekarat
Kulihat dia berderai air mata
Memeluk tubuh ringkihmu
Hingga sisa-sisa nafas terakhir

Setelah kau pergi
Suamimu menyesal bukan main
Ia baru sadar
Selama ini tak peduli membongkar dusta manis sang istri
Sudahlah...
Kau sudah terlambat

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us