[PUISI] Di Ujung Timbangan yang Miring

Di lorong sunyi kota yang bising,
jejak langkah rakyat kecil terhapus angin,
di bawah bayang megah gedung pengadilan,
keadilan duduk tapi tak menoleh ke kiri,
hanya melihat emas yang disodorkan dari kanan.
Timbangan itu dulu katanya suci,
kini condong, berat sebelah, penuh intrik
hukum berdiri tapi matanya tidak tertutup,
karena ia tahu siapa yang bisa membeli
dan siapa yang tak sanggup membayar mimpi.
Tangis ibu yang anaknya dituduh curi roti,
tak pernah menggema di ruang hakim tinggi,
tapi senyum pengusaha yang lolos korupsi
mengalirkan angin sejuk ke ruang sidang ini.
Apakah keadilan hanya dongeng sekolah dasar?
Apakah suara kecil harus selalu dibungkam?
Di mana tempat bagi mereka yang tak punya kuasa,
selain di balik jeruji dan luka yang dipendam?
Rakyat kecil terus berjalan, tertatih dan diam,
di negeri yang menjanjikan hak namun memberi pil pahit.
Dan keadilan,keadilan
mungkin hanya sebuah nama,
bukan sesuatu yang pernah berpihak.