Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
[PUISI] Dilema Anak Rimba

Ilustrasi kebakaran hutan/Pixabay.com
Mentari mulai tersingkir,
Langit mengerang, tinggalkan kelam yang datang menggilir.
Tercekik napas menanti maut dengan khawatir.
Tak bernapas mati, bernapas pun kami mati.
Sanak saudara antara asap dan abu tak ingin mangkir,
Sedangkan kami menjadi fakir,
Berkhayal kan udara yang kami hirup,
Bukanlah racun yang menyiksa secara perlahan.
Rinai yang tak kunjung hadir,
Sedangkan kami, hanya berani berontak hingga titik nadir.
Terkepung panas dengan bara api yang terus membombardir,
Melahap harap dan napas bekal hidup kami.
Apa yang dapat kami pertahankan?
Sedangkan hutan kami dipasung kobaran,
Pun dengan anak kami yang tak bersalah menjadi korban.
Keserakahan, mengeruk harta tanpa pertimbangan.
Editor’s Picks
Editorial Team
EditorYudha
Follow Us