[PUISI] Dinding Tak Terlihat

Di kota yang ramai, di lorong yang sempit,
Ada kisah berbeda, terukir begitu lekat.
Satu berjalan dengan sepatu mengkilat,
Satu lagi bertelanjang kaki di jalan berdebu pekat.
Di meja mewah, piring-piring berisi,
Di pinggir jalan, lapar menanti.
Di balik kaca, tawa terdengar,
Di trotoar, doa lirih terpendam.
Dinding tak terlihat, tinggi menjulang,
Memisahkan mimpi, membatasi peluang.
Yang satu lahir di istana megah,
Yang lain bertahan di rumah reyot rapuh.
Namun langit tak pilih kasih,
Hujan turun menyentuh semua.
Matahari bersinar tak kenal kasta,
Tapi mengapa manusia lupa?
Bila tangan terulur, gapai yang jatuh,
Bila hati terbuka, derita luruh.
Mungkin dunia tak adil sepenuhnya,
Tapi cinta dan
kasih milik semua.
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.