Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Doa Terakhir di Langit Merah

ilustrasi tengkorak kematian
ilustrasi tengkorak kematian (pexels.com/Kássia Melo)

Dentuman molotov terdengar
Bersama teriakan penghakiman atas keadilan
Perlahan asap menggulung membesar membakar
Rumah pengharapan rakyat
Yang baik sekaligus busuk

Di tengah kilauan api yang menusuk mata
Dan asap yang menyesakkan dada
Aku berlari mencari Tuhan

Tangga demi tangga kudaki
Menuju lantai empat
Di bawah langit Jumat malam yang kelam
Aku tak mampu menahan
Kerasnya dorongan maut

Di tepi gedung aku bergelantung
Antara neraka yang menyala
Dan surga yang kupanggil lirih
Namun genggaman patah
Api menjilat iman
Dan tubuhku jatuh
Seperti doa yang tak sempat terkabul

Tuhan
Apakah nyawaku cukup untuk menebus tanah ini?
Ataukah hanya menjadi arang
Dari sebuah perlawanan yang gagal?

Jika dalang tertawa di kursi gelapnya
Biarlah aku terhempas
Namun, ijinkanlah aku
Menyapa mereka di sana
Agar kelak kutahu
Harga dari kematianku ini

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us

Latest in Fiction

See More

[PUISI] Rasa yang Tak Bertuan

03 Sep 2025, 20:48 WIBFiction
ilustrasi para demonstran di jalanan (pexels.com/Maurício Mascaro)

[PUISI] Darurat Rasa Aman

03 Sep 2025, 09:36 WIBFiction
ilustrasi sepasang sandal

[PUISI] Sandal Renta

01 Sep 2025, 05:04 WIBFiction
ilustrasi jembatan bambu (pexels.com/Võ Văn Tiến)

[PUISI] Apakah Layak?

31 Agu 2025, 21:36 WIBFiction
ilustrasi perempuan berusaha menemukan ketenangan

[PUISI] Aku Sering Lupa

31 Agu 2025, 15:15 WIBFiction