[PUISI] Duka Ringkih Putri Malu

Busur tajam mata elang
Gagah memandang putri malu
Yang tertancap di antara lumut
Beserta kubangan air hujan
Membersamai tumbuhnya
Sejak itu detak putri terhenti
Bukan ini yang ia harap
Dirinya ringkih, mudah tersipu
Disentuh saja raganya menciut
Apalagi kau tatap dengan rinci
Sayang, ia itu makhluk lembut
Beribu kali memohon pada Tuhan
Masihkah harus menanggung lara?
Sementara jiwanya diciptakan
Hanya untuk menahan tawa dan geli
Kesekian kali, putri malu mengintip langit
Memastikan tak ada lagi sosok tajam
Yang menyiksa dan melara jantungnya
Sebab ia teramat rapuh nan lemah
Akan sosok yang mengintai hatinya
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.