Di pelataran waktu yang belum bernama
Kita bersitatap seperti dua pejalan yang tersesat di hutan tak berpeta
Langkahmu ragu, langkahku gamang
Semesta menggantungkan pertanda
Di ujung senja yang tak sengaja tercipta
Lalu kita berjalan beriringan
Menyeberangi jembatan yang kita bangun lewat percakapan
Menyulam malam jadi bayang remang
Setiap detik bagai berlian yang tak ingin cepat menghilang
Hikayat tak selamanya berujung riang
Dedaunan gugur diterpa salah paham
Entah takdir menutup pintu
Atau malaikat maut datang buru-buru
Yang pasti kita tak lagi duduk saling berhadapan
Kita jadi dua nama tertera di ensiklopedia
Tersimpan di rak kusam
Debunya terus menebal
Menyelimuti kata yang dulu saling menggila
Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
[PUISI] Hikayat Tapak Jejak

ilustrasi sepasang kaki laki-laki dan perempuan (pexels.com/Vihok Chugiart)
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Editor’s Picks
Editorial Team
EditorYudha
Follow Us