Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Hujan yang Tak Pernah Jatuh

ilustrasi perempuan dan hujan (pexels.com/Pixabay)

Di tepi langit, rintik menggigil
Berat oleh rindu yang enggan luruh
Aku menyebut namamu yang senyap
Tapi angin hanya mengembuskannya jauh

Dulu, kita adalah senja yang bicara
Tanpa suara, tanpa jeda
Kini waktu jadi tembok tak kasat mata
Menjeda dekap, menghapus aksara

Aku ingin jatuh, menyentuhmu utuh
Seperti hujan mencium tanah yang haus
Namun takdir mengikat di awan sendu
Membiarkanku terapung, luruh yang pupus

Maka biarlah aku jadi langit
Menatapmu dari ketinggian sunyi
Tak pernah sampai, tak pernah hadir
Hanya ada, hanya nyaris

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us