[PUISI] Ijazah di Tangan, Harapan di Udara

Langkahku gagah di hari wisuda,
dengan toga dan senyum penuh asa.
Ijazah ini seperti janji langit,
tentang masa depan yang dulu terlihat legit
Tapi hari berganti minggu,
dan minggu berubah jadi tahun yang bisu
Lamaran demi lamaran kulayangkan,
jawaban datang... tapi lebih banyak penolakan
“Pengalaman minimal dua tahun,” kata mereka,
padahal baru kemarin kupelajari semua di bangku kuliah
Ilmu yang kutimba siang malam,
ternyata tak cukup melawan sistem yang kelam
Orangtuaku menatap penuh tanya,
“Sudah kirim lamaran ke mana saja?”
Dan aku hanya bisa tersenyum hambar,
sembari menyembunyikan luka yang kian lebar
Kadang terlintas menyesal belajar,
untuk apa jika ujungnya menganggur juga?
Tapi aku tahu, ini bukan salah buku,
ini soal pintu-pintu yang terlalu sempit untukku
Tuhan, andai Kau dengar doa sarjana kecil ini,
berikanlah satu tempat untuk aku berdiri
Tak perlu megah, asal layak dan berarti,
agar ijazahku bukan sekadar hiasan lemari