Ingar bingar menjadi diam
Hiruk pikuk berakhir takluk
Hangat rumah menjelma kelam
Tiada seorang pun terbiasa
Lalu datanglah dari laci usang
Sebuah lilin yang tak terlihat indah
Tidak serta-merta kembali normal
Hanya cukup untuk mata saling menatap
Nasibnya malang
Hadirnya tak pernah diakui
Tak dipedulikan ketika senang
Namun, ketika lentera padam, semua sibuk membakar
Menyalakan dan mengharap sinarnya
Ia dermawan
Tak apa raga kukorbankan
Hangusku menyelamatkan
Tapi tolong jangan dilupakan
Hadirku pernah menghangatkan
Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
[PUISI] Lilin tatkala Lampu Mati

ilustrasi lilin menyala (pexels.com/Dhivakaran S)
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Editor’s Picks
Editorial Team
EditorYudha
Follow Us