Aku pernah menunggu terlalu lama
Sampai waktu bosan menepuk pundakku
Semua yang kuinginkan tumbuh di tanah yang salah
dan aku tetap menyiraminya dengan sabar
Kini, kebahagiaan datang, malu-malu
Mengetuk pintu yang hampir kututup
Aku tersenyum, bukan karena menang
tapi karena akhirnya paham
Bahagia bukan soal cepat datang
melainkan berani menyambutnya meski terlambat
Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
[PUISI] Menyambut Bahagia

ilustrasi bahagia (pexels.com/Matheus Bertelli)
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Editorial Team
EditorYudha
Follow Us