Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Musim Gugur Paris Menjadi Saksi Bisu

Ilustrasi jurnal-buku harian (IDN Times/Umi Kalsum)

Musim Gugur Paris 

Babak I 

Hati yang retak
Kenapa rasanya sakit sekali saat melihatmu bersama nya di sana?
Aku yang selalu menemanimu dalam banyak situasi 
Kini rasanya sedikit berbeda
Kita berada di negara dan benua yang berbeda
Pelan ku menghela nafas panjang 
Kembali ku tatap Arc De Triomphe 
Hawa musim gugur Paris mulai berhembus pelan 
Ku rapatkan mantel ini
Kaki ku melangkah
Membawaku ke sebuah kafe
Untung saja ku sudah biasa bahasa ini 
Sambil menunggu coklat hangat ku tatap jalanan di luar sana
Pelayan tadi kembali dengan secangkir coklat hangat 
Ia tersenyum dan memuji ketepatan bahasa Prancis ku 
Lalu memberikanku croissant yang masih hangat
Eh?
Kenapa pelayan ini memberikanku ini?

 

Musim Gugur Paris

Babak II

Ku mengerutkan kening 
Pelayan itu seolah mengerti dengan ekspresiku 
Dia berkata seorang laki-laki Asia tampan yang duduk di pojok kafe
Memberikan ini padaku
Ku merasa heran dan hendak membiarkan makanan itu
Tapi ku kembali berpikir 
Pria Asia?
Pelayan itu kembali berkata 
Ketepatan bahasa Prancis ku sama dengan miliknya 
Ku merasa tertarik dengan pria itu
Pelayan tadi tersenyum 
Lalu dengan sopan menunjuk seorang laki-laki Asia di pojokan kafe
Sejenak aku membeku
Tanganku melemas
Aku pasti sedang berkhayal 
Berangan-angan kau duduk di sana sambil tersenyum manis pada ku
Tidak... Tidak
Ini pasti salah
Pelayan tadi segera pergi
Aku pun berlari meninggalkan kafe setelah membayar minumanku
Kau pun mengejarku 
Namun saat di penyebrangan jalan 
Kau terjebak di sisi lain jalan
Sedangkan aku sudah jauh di depan meninggalkanmu

 

Musim Gugur Paris 

Babak III

Ku berdiri di atas Arc De Triomphe 
Ku berharap tak di temukan oleh dirimu
Tubuh ini ku sandarkan pada kursi
Langit yang tadinya biru
Perlahan di penuhi awan kelabu
Rasanya disini aku bisa menenangkan diri 
Walaupun sebenarnya kepalaku di penuhi oleh kabut negatif 
Perlahan ku pejamkan mata 
Berharap apa yang kulihat tadi hanyalah ilusi 
Hingga akhirnya semuanya terasa gelap
Hidungku samar mencium bau antiseptik rumah sakit
Dengan cepat aku membuka mataku 
Kepalaku rasanya pusing sekali 
Rumah sakit?!
Kenapa aku bisa disini?
Ku dudukan tubuhku dan mencoba menjernihkan pikiran 
Hingga sebuah suara deheman membuatku mematung
Kau... Baik-baik saja?
Aku menoleh dan mataku bertemu dengan matamu
Kenapa kau disini?
Kenapa kau kembali lagi setelah menghancurkan ku?

Musim Gugur Paris 

Babak IV

Ruangan serba putih ini lenggang
Ku hanya diam menatap ke luar jendela
Derit pintu terdengar
Bersama suara langkah kaki yang kian mendekat 
Tercium aroma teh dan lemon
Saat kau letakkan cangkir yang masih berasap tipis
Setidaknya makanlah sesuatu
Jika masih ingin meneriaki ku lagi
Ucap mu pelan pada ku
Kau berdiri di sampingku
Apa kau percaya padaku?
Pertanyaan mu membuatku menoleh
Percaya tentang apa?
Kau menunduk
Gadis kemarin bukan pacarku 
Aku hanya mengerutkan kening 
Lalu apa hubungannya denganku?
Dia adikku
Aku tak bisa tak mencintaimu 
Melupakanmu adalah hal yang terlalu berat untukku

Hari perayaan parah hati sang penulis

Bali

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us