[PUISI] Pada Telaga yang Melahirkan Air Mata

Sore itu aku masih termenung di atas tubuhmu
membiarkan riak yang senyap
terus menjadi renyap
dan kepak burung kian melandai
di permukaan
basah seluruhnya
pertanyaanku masih sama
ke mana engkau renggut
seulas senyum yang dahulu
kugenggam erat-erat
namun kini
bersisa kacau dalam kalbu.
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.