[PUISI] Retorika Jiwa

Jika mengaku pada diri
Mengingkar janji yang dibuat sendiri
Lalu mengintip pandora terkunci
Benarkah itu awal kekalahan?
Jika ku yakini tangis ialah manusiawi
Sulit memandu emosi adalah naluri
Sering mendendam sesal bisa saja terjadi,
Bukankah berarti aku ini penuh empati?
Tidak bolehkah menjenguk luka?
Tidak bolehkah menoleh ke belakang sesaat saja?
Haruskah aku dipaksa maju dengan tegap
Disertai senyum tujuh senti setiap hari?
Tidak bolehkah menjemput sisi manusiaku?
Haruskah aku selalu baik-baik saja?
Terus memendam rindu, meredam sendu?
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.