Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Separuh Utuh

Unsplash/Alexandre Godreau

Separuh buddhi,
mula bertengger di langit-langit sudah beranjak naik ke langit.
Sukmanya tertinggal,
tergeletak di andamandala nyaris tak terkenang oleh masa.
Rautnya berubah pucat,
barangkali ia merasa pelesirnya lenyap dalam sekejap ucap.
Bayang seutas kilat menemani semburat gelap yang melawat wicara,
meneguk nafas yang separuh, kemudian utuh.

Ia pun bertanya pada cahaya rembulan lepas purnama.
Sebab,
sejak siang bertandang, kelopak matanya tak habis-habis padam,
mendekap sinarnya erat seakan takut terkelupas dan lepas.
Ia menduga,
barangkali ubun-ubunnya telah mendesak rasi bintang,
menggeser musim kemarau dan hujan,
mengganti arah mata angin, angin, beringin, dingin, dan ingin.

"Rembulan pun terbelah, separuh dan separuh.
Separuh satu bersikukuh menjelma menjadi utuh,
separuh satu lagi tersiku terjelma runtuh."
Jawab sang rembulan, teguh.

Cepu, 24 Juni 2019
-IND-

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nini
EditorNini
Follow Us