Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Berebut Sebut

unsplash.com/lucaslenzi

Sebilik dalam beribu lapis dinding tak berpintu,
mulai rancu berebut sebut.
Berwujud suntuk yang menusuk-nusuk.
Memutar roda bagai cambuk.
Diamku, jadi menjelma mulut pelatuk.

Segala ricuh beralur sejalur.
Menuntut haknya agar tersalur.
Satu telunjuk menghunus pisau.
Telunjuk lain menodong pistol.
Satu lagi mengacungkan senapan,
sisanya mengutuk dengan serapah.

Mohonku dalam lirih,
satu-satu biar terdengar jernih.
Biar tetesnya tak membuih.
Hilang diburu siang terik.

Sebab, hanya dua tangan milikku.
Satu guna menyerang maju.
Sisanya guna melindungi punggungku.
Terbang pun, tak mampu menyangga berat tubuhku.
Jadi,
bila hujan peluru ini tak kunjung berujung.
'entah apa jadinya aku..'

 

-IND-

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nini
EditorNini
Follow Us