Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[CERPEN] Lagu yang Belum Selesai

Ilustrasi Sebuah Mikrofon
Ilustrasi Sebuah Mikrofon (pexels.com/Suvan Chowdhury)
Intinya sih...
  • Aku dulu suka bernyanyi, menulis lagu, dan bermain gitar bersama nenek yang merupakan penyanyi terkenal.
  • Nenek meninggal membuatku berhenti bermusik, tapi aku menemukan lirik lagu dari nenek dan memutuskan untuk menyelesaikannya.
  • Aku akhirnya tampil di pertunjukan bakat sekolah dan merasa senang serta bangga karena berhasil membuktikan bakatku di depan banyak orang.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Aku dulu selalu menyanyi. Aku suka menyanyi, menulis lagu, bermain gitar, aku suka melakukan semuanya. Tetapi semua itu berhenti ketika nenekku meninggal, satu-satunya pasangan bernyanyiku. Ia adalah seorang penyanyi terkenal dan aku selalu hadir di pertunjukannya. Aku juga ingin menjadi soerang penyanyi pop terkenal sejak kecil. Tetapi sejak hari yang menyedihkan itu, aku mengunci gitarku di lemari dan aku tidak pernah bermain musik atau bernyanyi atau menulis lagu lagi. Nenekku dulu tinggal bersamaku dan kedua orang tuaku, jadi kita selalu bernyanyi dan bermain gitar bersama. Dan kita juga kadang menulis lagu. Bahkan kita sempat bernyanyi beberapa menit sebelum nenekku menghembus nafas terakhirnya. Permintaan terakhirnya adalah bernyanyi denganku sekali lagi.

Hampir dua bulan setelah nenekku meninggal adalah hari ulang tahunku. Aku bilang ke kedua orang tuaku kalau aku tidak mau merayakannya. Tetapi saat makan malam, mamaku memasak lasagna dan garlic bread, makanan-makanan favoritku. Mama dan Papaku berkata bahwa mereka tetap ingin membuatku merasa sedikit istimewa di hari ulang tahunku. Aku tetap merasa bahwa tidak benar merayakan ulang tahunku tanpa nenek. Ketika ia masih ada, kita selalu mengadakan konser kecil di ruang tamu saat ulang tahunku. Kita selalu mengajak orang tuaku, tante dan omku, dan sepupu-sepupuku untuk berkumpul di ruang tamu untuk menonton konser kecil kita. Walaupun aku dulu suaranya masih jelek, mereka selalu bertepuk tangan dan nenekku pasti selalu bangga denganku. Nenek selalu menyuruhku untuk bernyanyi di acara sekolah atau acara lain di atas panggung. Namun, aku selalu merasa takut, dan aku juga sudah sangat senang bernyanyi bersama nenekku di rumah. 

Setelah makan malam, Papaku memberiku sebuah kado. Ia berkata bahwa itu adalah sebuah kado ulang tahun dari nenekku. Bagaimana nenek bisa membeli aku sebuah kado?

Aku membuka kardusnya dan di dalamnya ada selembar kertas dan sebuah flashdisk.

Orang tuaku menjelaskan bahwa ketika mereka sedang membereskan kamar nenekku, mereka menemukan kertas dan flashdisk itu di salah satu laci. Ada sebuah pesan tertulis di kertas itu “Untuk cucuku tersayang, untuk ulang tahunmu yang ke 14, semoga suatu hari kamu akan menyanyikan lagu ini di sebuah panggung besar. Dunia ini harus mendengar suara indahmu.” 

Aku membalikkan kertasnya dan aku membaca lirik lagu yang ditulis oleh nenekku. Sepertinya lagu itu tentangku, bahwa aku jangan bersembunyi di balik awan dan harus bersinar seperti bintang. Lirik yang ditulis oleh nenekku sangat puitis dan indah, tetapi sedihnya belum selesai.

Mamaku bersandar di bahuku agar ia juga bisa membaca lirik lagu yang ditulis oleh nenekku, “Mama sering melihat nenek menulis sesuatu ketika ia sedang sakit, berarti ini yang ditulis nenek. Tetapi sepertinya belum selesai.”

Aku mencolokkan flashdisknya ke laptopku dan memainkan file yang ada di dalamnya. File itu adalah sebuah musik yang sepertinya dibuat oleh nenekku dengan gitarnya. Ketika nenekku sedang sakit, aku pernah beberapa kali mendengar ia bermain gitar sendiri di kamarnya. Ternyata ia sedang membuat musik ini.

“Musik ini sangat bagus,” kataku. “Dan liriknya juga sangat indah.”

“Aku kangen mendengar suara kamu dan nenek kamu,” kata Papaku.

“Pasti nenek mau kamu menyelesaikan lagunya,” kata Papaku. “Dan menyanyikannya di atas panggung besar.”

Aku menghabiskan waktu satu minggu ke depan dengan hanya membaca lirik yang sudah ditulis nenekku. Aku ingin mencoba untuk menulis lanjutannya, tetapi aku tidak mau membuatnya menjadi jelek. Aku berusaha mencari inspirasi dengan membaca lirik-lirik lagu yang pernah aku tulis bersama nenekku.

Aku membaca pesan dari nenekku sekali lagi. Akhirnya aku mendapat inspirasi dan aku menulis lanjutan dari lagu nenekku.

Tidak lama setelah aku menyelesaikan lagu nenekku, sekolahku mengumumkan bahwa akan diadakan sebuah pertunjukan bakat. Aku akhirnya memberanikan diri untuk mendaftar menjadi salah satu murid yang akan tampil. Aku latihan berhari-hari agar musik yang aku mainkan dengan gitarku sama dengan musik yang dibuat oleh nenekku. Lalu aku latihan bernyanyi dan bermain gitar di depan orang tuaku untuk pertama kalinya selama berbulan-bulan. Mereka berkata bahwa suaraku semakin bagus, tetapi seperti semua orang tua di dunia ini, mereka pasti hanya ingin membahagiakan anaknya.

Ketika hari pertunjukan bakat tiba, orang tuaku berhasil mengajak semua tante, om, dan sepupuku untuk hadir. Tampaknya seperti ketika aku dan nenekku bernyanyi di ruang tamu, tetapi kali ini teman-teman dan guru-guruku dan seluruh staf sekolah juga berada di depanku.

Aku naik ke panggung dengan gitarku. Aku melihat penonton di depanku dan berusaha untuk tidak kaku ketika aku mulai memainkan gitarku. Aku mulai bernyanyi dan aku sadar betapa senangnya perasaanku ketika bernyanyi depan orang lain. Selama aku bernyanyi, seluruh penonton bertepuk tangan dan bersorak. Aku merasa sangat senang melihat senyum para penonton. Saat aku selesai bernyanyi, seluruh penonton berdiri dan bertepuk tangan sekali lagi.

Aku senang sekali aku akhirnya berani bernyanyi di atas panggung dan menunjukkan ke dunia bakatku yang selama ini aku hanya tunjukkan di depan orang-orang terdekatku. Aku tahu nenekku pasti sangat bangga denganku. Aku berharap semoga suatu hari aku bisa menjadi penyanyi terkenal sepertinya.


This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Fiction

See More

[CERPEN] Sekotak Pertanyaan di Bukit Kota

09 Nov 2025, 11:10 WIBFiction
ilustrasi perempuan sedang merenung

[PUISI] Satu Tahun Lagi

09 Nov 2025, 05:04 WIBFiction
Potret Jakarta malam hari

[PUISI] Kota Seribu Angan

08 Nov 2025, 19:15 WIBFiction
Murung

[PUISI] Ingkar

08 Nov 2025, 18:07 WIBFiction
ilustrasi pasangan berjalan bersama

[PUISI] Berjalan di Luka

08 Nov 2025, 05:04 WIBFiction
ilustrasi seorang lelaki yang melamun di pinggir sungai

[PUISI] Sungai Kenangan

07 Nov 2025, 21:07 WIBFiction
Foto wanita duduk sambil menunjukkan tangan tanda hati

[PUISI] Cinta Sepihak

07 Nov 2025, 20:07 WIBFiction
ilustrasi kacamata

[PUISI] Kacamata Kusam

07 Nov 2025, 18:07 WIBFiction
ilustrasi sampah

[PUISI] Sampah Emosi

07 Nov 2025, 05:04 WIBFiction
Seorang pria sedang mengusap air matanya.

[PUISI] Tentang Tangis

06 Nov 2025, 21:07 WIBFiction
ilustrasi berdiri di bawah bintang

[PUISI] Tarian Gemintang

06 Nov 2025, 20:17 WIBFiction
ilustrasi bintang

[PUISI] Pangkuan Bintang

06 Nov 2025, 17:07 WIBFiction
ilustrasi berkata tidak

[PUISI] Tanpa Permisi

06 Nov 2025, 05:04 WIBFiction