[CERPEN] Malam yang Tak Pernah Kujanjikan

Namaku Ayu. Dulu, aku hanyalah gadis biasa yang punya harapan sederhana yaitu hidup cukup, bahagiakan ibu, dan punya pekerjaan tetap. Tapi harapan itu sirna, tenggelam dalam malam-malam gelap yang tak pernah kupilih.
Semua bermula saat ibu sakit parah. Rumah sakit menolak merawatnya tanpa uang muka. Aku panik. Gaji sebagai kasir swalayan tak cukup. Temanku menyarankan aplikasi pinjaman online. “Cepat cair, nggak ribet,” katanya.
Awalnya hanya sejuta. Tapi bunganya mencekik. Saat aku tak sanggup bayar, mereka mulai meneror telepon tanpa henti, pesan berisi ancaman, bahkan menyebar foto-fotoku ke kontak di ponsel. Aku malu. Marah. Tapi lebih dari itu… aku takut. Takut kehilangan segalanya.
Aku mencoba kerja tambahan, tapi tetap tak cukup. Sampai suatu malam, aku bertemu seorang wanita di halte. Cantik. Wangi. Tapi sorot matanya kosong. Ia bilang, "Kalau kamu butuh uang cepat, aku tahu tempatnya."
Aku tahu maksudnya. Tapi aku juga tahu aku kehabisan pilihan.
Malam pertamaku, aku masih ingat suara detak jantungku. Aku merasa seperti mati, tapi tetap hidup. Setiap sentuhan membuatku muak, setiap senyum dipaksa, setiap tawa hanyalah topeng. Aku mulai menyebut diriku 'mayat yang berjalan'.
Aku tak pernah membayangkan hidupku akan seperti ini. Terkungkung dalam jeratan utang dan dosa. Ironisnya, utang itu pun tak kunjung habis. Uang hanya lewat, seperti hujan di musim kemarau, singkat dan tak menyegarkan.
Ibu tak pernah tahu. Dia meninggal seminggu sebelum utangku lunas. Aku tak sempat jujur, tapi entah kenapa aku lega. Mungkin lebih baik begitu biar dia tetap mengenalku sebagai Ayu yang dulu. Bukan aku yang kini berjalan dalam malam, menjual diri demi menebus kesalahan.
Sekarang, setiap kali melihat cermin, aku bertanya: siapa yang kau lihat? Aku? Atau bayangan dari pilihan yang kupaksakan?
Aku menyesal. Tapi dalam hidup, penyesalan bukan kunci keluar. Hanya pintu yang tertutup rapat dan aku masih mencari celah untuk membukanya.
Aku masih Ayu. Tapi tidak seutuh dulu. Dan aku hanya ingin berhenti, berhenti jadi kupu-kupu malam, dan mulai terbang ke arah cahaya, meski sayapku penuh luka.