Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[CERPEN] Roti Tawar dan Rahasia dalam Potongannya

Ilustrasi roti yang terpotong (unsplash.com/ Laura Ockel)

Di sebuah dapur kecil, di atas meja kayu yang sedikit usang, sepotong roti tawar sedang bersiap untuk dipotong. Pisau tajam dengan gagang hitam sudah tergeletak di sebelahnya, menunggu giliran untuk melaksanakan tugasnya. Namun, siapa sangka, potongan roti tawar ini menyimpan sebuah cerita yang tak biasa.

“Kenapa harus aku lagi?” gumam si roti tawar dalam diamnya. Dalam hatinya, ia menyimpan keluhan kecil. Setiap hari, ia harus menerima nasib yang sama; dipotong, dilapisi mentega, atau dijadikan teman selai cokelat.

Pemilik dapur, seorang gadis bernama Nina, masuk ke ruangan itu sambil menggerutu kecil. “Hidup ini membosankan,” katanya, sambil mengambil pisau. “Roti tawar lagi, roti tawar lagi. Apa gak ada yang lebih menarik?”

Nina mulai menggerakkan pisaunya. Tapi anehnya, saat ia menekan permukaan roti, terdengar suara halus yang membuatnya terhenti. “Berhenti dulu,” kata suara itu.

Mata Nina membelalak. “Siapa yang bicara?” tanyanya, menoleh ke sekeliling dapur.

“Aku, roti tawar yang akan kau potong,” jawab suara itu. Nina terkesiap dan menjatuhkan pisaunya.

“Kau... berbicara?” Nina mendekatkan wajahnya ke arah roti tawar itu. “Bagaimana mungkin?”

Roti itu mendesah. “Aku hanya ingin memberitahumu bahwa setiap potonganku punya cerita. Kalau kau mau mendengarkan, aku akan berbagi rahasiaku.”

Nina duduk, terpaku oleh rasa ingin tahu. “Baiklah, aku mendengarkan.”

Roti tawar itu mulai bercerita. “Setiap potonganku mengandung keajaiban. Potongan pertama akan membawa keberanian untuk mencoba sesuatu yang baru. Potongan kedua memberi kebahagiaan kecil yang tersembunyi. Dan potongan ketiga, adalah tentang menerima dirimu sendiri, apa adanya.”

Nina terdiam. Ia memandang roti tawar itu dengan perasaan campur aduk. “Bagaimana kau tahu itu semua?”

Roti tawar itu tertawa kecil. “Aku hanya roti, tapi aku sudah melihat begitu banyak tangan yang memegangku. Anak-anak yang memotongku dengan tawa, ibu-ibu yang membuat bekal penuh cinta, dan bahkan orang-orang yang memakanku sambil menangis. Aku ada untuk mereka semua.”

Nina menghela napas. Ia tersenyum kecil. “Jadi, potonganku bukan hanya makanan biasa?”

“Tepat sekali,” jawab roti tawar. “Setiap potongan adalah awal dari sesuatu. Kau hanya perlu melihatnya dengan mata yang berbeda.”

Dengan hati-hati, Nina mulai memotong roti itu. Setiap kali pisaunya menembus tekstur lembut roti, ia memikirkan cerita yang barusan didengarnya. Potongan pertama ia jadikan roti bakar dengan keju, potongan kedua ia oleskan selai stroberi, dan potongan terakhir ia makan begitu saja, menikmati rasanya tanpa tambahan apa pun.

Saat ia selesai, Nina merasa ada sesuatu yang berubah. Hidupnya, yang tadi terasa membosankan, kini seperti diberi secercah harapan.

“Terima kasih,” kata Nina kepada roti tawar itu, meski ia tahu mungkin takkan ada jawaban lagi.

Dan benar saja, roti tawar itu hanya diam, kembali menjadi dirinya yang biasa. Tapi rahasia dalam potongannya akan selalu Nina ingat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rizal qalam
EditorRizal qalam
Follow Us