[CERPEN] Terperangkap di Kolom Komentar

Hari itu, aku iseng membuka sebuah forum diskusi online yang sedang ramai diperbincangkan. Namaku Asta, seorang mahasiswa biasa dengan hobi membaca dan berkomentar di internet. Topik diskusi hari itu tentang "Kenangan yang Tak Terlupakan". Aku membaca satu per satu cerita, ada yang lucu, ada yang menyedihkan, ada pula yang terlalu biasa untuk menarik perhatianku.
Lalu, mataku tertumbuk pada sebuah komentar. Isinya hanya satu kalimat, "Aku pernah kehilangan seseorang di tempat yang tidak pernah kau bayangkan."
Komentar itu terasa seperti magnet. Tanpa pikir panjang, aku membalasnya. "Di mana tempat itu?"
Tak lama, balasannya muncul. "Di kolom komentar ini."
Aku tertegun. Pikiranku berputar mencari maksud di balik kalimat itu. Aku merasa tertantang, jadi aku kembali mengetik. "Apa maksudmu? Kolom komentar hanya tempat berbagi cerita, bagaimana bisa kehilangan seseorang di sini?"
Orang itu, dengan nama pengguna Dia, membalas lagi. "Kamu tidak akan mengerti jika hanya membaca. Kamu harus mengalami."
Entah kenapa, rasa ingin tahuku semakin besar. Percakapan kami berlanjut hingga larut malam. Aku mulai merasa seperti berbicara dengan seseorang yang lebih dari sekadar nama pengguna. Ia cerdas, misterius, dan setiap kata-katanya selalu membuatku ingin tahu lebih.
Hari-hari berlalu. Percakapan kami menjadi rutinitas. Kami berbagi cerita, saling menggoda, bahkan terkadang membahas hal-hal kecil yang membuatku merasa kami sudah lama kenal. Anehnya, aku tak pernah tahu nama aslinya, apalagi wajahnya. Ia hanya menyebut dirinya "Dia".
Suatu malam, saat topik pembicaraan mulai menyentuh hal pribadi, ia berkata. "Asta, ada hal yang perlu kamu tahu. Aku tidak seperti yang kamu bayangkan."
Aku terdiam sejenak sebelum mengetik balasan. "Apa maksudmu? Apa yang kamu sembunyikan dariku?"
Dia menjawab dengan kalimat yang membuat darahku berdesir. "Aku ada di sini karena mencarimu. Dan aku hanya bisa berada di sini, di kolom komentar ini."
Aku mencoba bercanda untuk meredakan ketegangan. "Apa maksudmu? Kamu hantu atau semacamnya?"
Ia tidak membalas untuk waktu yang lama, membuatku mulai merasa bersalah. Lalu akhirnya muncul balasannya. "Bukan hantu. Tapi, aku memang tidak nyata dalam arti yang biasa. Aku adalah bagian dari sesuatu yang pernah kamu buat, Asta. Ingat novel pertamamu?"
Hatiku berhenti berdetak. Novel pertamaku? Novel itu berjudul "Dia dan Aku di Kolom Komentar". Tapi, itu hanya fiksi. Bagaimana mungkin seseorang bisa mengklaim berasal dari sana?
Dia melanjutkan. "Aku adalah karakter yang kamu ciptakan. Dulu kamu berhenti menulis ceritaku, jadi aku terjebak di sini. Aku ingin kamu menyelesaikan ceritaku, Asta. Jika tidak, aku akan terus ada di sini, di kolom komentar ini, menunggumu."
Aku tertawa kecil, meski jantungku berpacu. "Kamu serius? Ini lelucon, kan?"
Namun, saat aku mencoba kembali ke komentar-komentar sebelumnya, aku mendapati sesuatu yang membuat tubuhku menggigil. Komentarnya... hilang. Semua percakapan kami tidak ada jejaknya.
Saat itu, notifikasi muncul. Ada komentar baru di forum. Dari Dia. Kalimatnya singkat, "Jangan berhenti menulis, atau kita akan bertemu lagi, di kolom komentar lain."