Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[CERPEN] Tragedi Pacuan Kuda

Ilustrasi Pacuan Kuda (pexel.com)

Keramaian memenuhi arena pacuan kuda Surya Stable sore itu. Penonton bersorak, mengelu-elukan kuda favoritnya mereka. Balapan terakhir adalah yang paling dinantikan. Para joki bersiap di atas kuda mereka, sementara wasit berdiri di garis start, mengangkat pistol tanda mulai.

DOR!

Kuda-kuda melesat cepat, membelah lintasan berdebu. Tepuk tangan menggema di seluruh stadion. Namun, kegembiraan itu berubah menjadi kengerian dalam sekejap.

BUMM!

Ledakan mengguncang tribun utama. Asap hitam membumbung tinggi, diiringi jeritan panik. Penonton berhamburan, berusaha menyelamatkan diri. Beberapa orang terjatuh, sementara yang lain berdiri terpaku, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Di tengah kekacauan, seorang pria dengan setelan jas abu-abu segera mengeluarkan lencana kepolisian dari sakunya. “Polisi! Semua tetap di tempat!” serunya. Ia adalah Inspektur Damar, detektif yang kebetulan berada di lokasi.

Damar bergegas menuju sumber ledakan. Bangku-bangku kayu di tribun utama hancur berantakan. Bau mesiu menyengat. Di antara puing-puing, ia menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya—sisa kabel dan serpihan logam yang tampak seperti bagian dari detonator.

Ketika memeriksa puing-puing, seorang wanita berlari mendekatinya dengan wajah ketakutan. “Tuan, suami saya ada di sana! Saya tidak bisa menemukannya!” tangisnya.

Damar menenangkan perempuan itu. “Apa suami Anda memiliki ciri khas?”

“Dia memakai jas coklat dan topi fedora.”

Damar memberi instruksi pada tim pecarian. Beberapa saat kemudian, seorang petugas melaporkan bahwa mereka menemukan seorang pria dengan luka serius. Pria itu masih hidup tetapi tidak sadarkan diri.

Sementara tim forensik tiba, Damar mencari saksi mata. Seorang pria tua bernama Pak Wiryo, yang bekerja sebagai petugas kebersihan di arena pacuan, mengaku melihat seseorang mencurigakan sebelum ledakan terjadi.

“Saya melihat seorang pria dengan jaket hitam duduk di tribun itu, Pak. Dia kelihatan gelisah, lalu beberapa menit sebelum ledakan.”

Damar mengangguk. “Apakah Anda ingat ciri-cirinya?”

“Wajahnya samar, tapi dia memakai topi merah.”

Informasi itu cukup membantu. Damar segera memeriksa rekaman CCTV. Di layar, terlihat seorang pria berjaket hitam dan bertopi merah duduk di tribun utama, lalu pergi dengan tergesa-gesa.

Saat ia menelusuri lebih jauh, sebuah pola mencurigakan muncul. Damar menemukan pria bertopi merah itu bukan satu-satunya yang mencurigakan. Ada seorang perempuan berbaju biru yang tampak berbicara dengannya beberapa saat sebelum pria itu pergi. Siapa dia? Apakah ia terlibat?

Penyelidikan semakin rumit ketika tim forensik menemukan fakta baru—bahan peledak yang digunakan dari jaringan kriminal tertentu. Damar semakin yakin bahwa ini bukan aksi balas dendam biasa, ada sesuatu yang lebih besar di balik peristiwa ini.

Beberapa jam berlalu, seorang petugas melaporkan bahwa pria bertopi merah baru saja terlihat di sebuah penginapan tak jauh dari arena pacuan. Damar segera menuju lokasi. Dengan hati-hati, ia mendekati kamar yang dimaksud. Pintu terbuka sedikit, memperlihatkan bayangan pria jangkung di dalam.

“Angkat tangan!” teriak Damar.

Pria itu tersentak, lalu berusaha kabur melalui jendela. Namun, ia kalah strategi, sebab petugas lain telah menunggu di luar. Dalam hitungan detik, pria itu berhasil ditangkap.

Setelah diinterograsi, pelaku mengaku bahwa ia adalah mantan petaruh yang marah karena pernah kehilangan seluruh uangnya akibat balapan yang curang. Namun, ia tidak bekerja sendiri. Ia dikendalikan oleh seseorang yang menjanjikan bayaran besar untuk membuat kekacauan.

“Apa kau tahu siapa yang menyuruhmu?” tanya Damar.

Pria itu menggeleng. “Aku hanya menerima perintah lewat telepon. Tapi... ada satu hal. Perempuan berbaju biru itu. Dia ada di sana saat aku menerima paket bahan peledak.”

Damar merasakan adrenalinnya meningkat. Perempuan berbaju biru itu bukan sekadar penonton biasa. Ia adalah kunci misteri ini. Di balik dunia pacuan kuda yang glamor, selalu ada misteri yang mengintai, menunggu untuk diungkap.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Khoirul Hasanah
EditorKhoirul Hasanah
Follow Us