5 Fakta Bosintang, Kuliner Klasik Korea dari Daging Anjing Nureongi

Ayam, bebek, sapi, kambing, ikan, udang, serta babi merupakan bahan-bahan hewani yang kerap dijadikan bahan masakan. Selain bahan hewani yang umum tersebut, kuliner Korea rupanya juga menggunakan daging dari hewan yang terbilang tak begitu lazim. Contohnya saja adalah bosintang.
Apakah kamu pernah mendengar sajian ini? Yuk, simak ulasannya berikut!
1. Bosintang juga dirujuk dengan nama gaejangguk yang bermakna sup daging anjing

Bosintang merupakan rebusan daging anjing. Masakan ini termasuk ke dalam jenis guk alias hidangan berkuah. Oleh sebab itu, bosintang kerap pula dirujuk dengan nama lain yakni gaejangguk. Secara etimologi, gaejangguk berarti sup daging anjing.
2. Bosintang diolah dari daging anjing jenis tertentu yakni anjing jenis nureongi

Usut punya usut, daging anjing yang dimasak untuk bosintang bukanlah anjing sembarangan. Hanya anjing jenis nureongi saja yang boleh dikonsumsi. Pasalnya, anjing jenis ini memang khusus dipelihara atau dikembangbiakkan untuk dikonsumsi. Hal ini rupanya merupakan hal yang umum bagi masyarakat Korea.
3. Bosintang merupakan sajian khas musim panas dan terkait kepercayaan masyarakat Korea

Dalam kalender Korea, bosintang disantap pada bulan ke-6, tepatnya pada Hari Anjing. Hari tersebut disinyalir merupakan hari terpanas dalam setahun. Alhasil, bosintang pun menjadi suatu sajian khas saat musim panas.
Selain itu, masyarakat Korea juga meyakini bahwa Hari Anjing memiliki elemen api. Elemen panas ini harus dilawan dengan elemen metal yang terkandung pada daging anjing. Oleh sebab itu, masyarakat Korea lantas melahap bosintang bahkan hingga berkeringat.
4. Bosintang merupakan hidangan klasik sebab telah ada sejak zaman dahulu

Bosintang rupanya telah ada sejak zaman dahulu. Menurut buku pengobatan kuno, sup daging anjing ini dipercaya dapat memperkuat organ-organ vital, meningkatkan stamina, hingga memperlancar sistem pencernaan.
Tak hanya terkait medis, bosintang juga berhubungan dengan tradisi Korea. Pada zaman dahulu, adalah lazim bagi wanita yang sudah menikah untuk membawakan sup daging anjing sebagai hadiah kepada orangtuanya.
5. Bosintang tak lagi ramai dijajakan sebab munculnya pertentangan konsumsi daging anjing

Kendati demikian, rupanya tak semua masyarakat Korea menggemari bosintang. Terutama di kalangan masyarakat Korea modern, muncul pertentangan terkait anjing sebagai hewan konsumsi sebab hewan ini umumnya dijadikan hewan peliharaan. Oleh sebab itu, rumah makan yang menyediakan bosintang pun tak seramai dulu lagi.
Terkhusus bagi non-muslim, jika disuguhkan semangkok bosintang, apakah kamu akan melahapnya?