Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Lawar Plek, Sajian Khas Bali Berbahan Darah Binatang

ilustrasi lawar plek (freepik.com/jcomp)
ilustrasi lawar plek (freepik.com/jcomp)

Bali, pulau istimewa yang menyimpan banyak tradisi. Tak hanya tarian saja, Bali juga memiliki tempat istimewa untuk kulineran. Salah satunya adalah lawar, yang konon cita rasanya tak bisa ditawar.

Di Bali, ada beberapa jenis lawar yang biasa dikonsumi. Ada lawar yang berbahan dasar sayuran seperti lawar nangka. Adapula yang berbahan daging mentah dan darah yang disebut lawar plek. Berikut ini fakta-fakta menarik lawar plek yang patut kamu ketahui.

1. Lawar peninggalan sekte Bairawa

ilustrasi Bali (unsplash.com/Nick Fewings)
ilustrasi Bali (unsplash.com/Nick Fewings)

Dilansir dari jurnal Lawar Kuliner Bairawa Menuju Kuliner Pariwisata Khas Bali karya Esther Lia Margaretha dan Anastasia Sulistyawati, lawar berasal dari peninggalan sekte Bairawa yang memengaruhi paham Siwa Sidhanta Hindu. Lawar juga memiliki makna filosofis keseimbangan dan keselarasan serta keharmonisan hidup. Untuk itu, lawar sering hadir dalam acara khusus seperti upacara adat persembahan yadna umat Hindu.

Pada zaman dulu, lawar dimasak pada hari besar keagamaan serta diberikan ke tetangga sebagai simbol persaudaraan atau jotan. Kini, lawar bisa dinikmati kapan saja karena tersedia di berbagai warung dan rumah makan. Bahkan bisa memilih jenis lawar apa yang ingin dimakan.

2. Lawar plek, salah satu jenis lawar

ilustrasi sesajen (pexels.com/Alexey Demidov)
ilustrasi sesajen (pexels.com/Alexey Demidov)

Lawar terbagi menjadi beberapa macam. Berdasarkan daging yang digunakan misalnya, lawar celeng (babi), lawar sampi (banteng), lawar siap (ayam). Adapula berdasarkan sayur yang digunakan, misalnya lawar klungah (batok kelapa muda), lawar lentor (kacang panjang), lawar gedang (pepaya muda). Serta dibedakan berdasarkan warna, yaitu lawar putih dan merah.

Lawar putih terbuat dari parutan kelapa dan daging. Sedangkan lawar merah termasuk lawar yang cukup kontroversial karena terbuat dari daging mentah cincang dan darah. Lawar merah ini juga disebut dengan lawar barak atau lawar plek.

Lawar merah atau lawar plek diperkirakan muncul pada 1284 Masehi dari pemuja Bairawa setelah Raja Singasari Kartanegara menaklukan Bali. Saat itu pemuja Bairawa memuja aspek feminin Bairawa yaitu Bhairawi dengan melakukan persembahan yadnya. Persembahan itu menggunakan daging dan darah lewat upacara sambleh.

3. Base genep pelengkap rasa lawar plek

ilustrasi base genep (pixabay.com/mtommartin)
ilustrasi base genep (pixabay.com/mtommartin)

Ada banyak versi cara membuat lawar dengan berbagai macam bahan utama. Tapi yang tidak boleh ketinggalan adalah base genep atau rempah khas Bali. Base genep terdiri dari bumbu basah dan bumbu kering. Bumbu basah terdiri dari bawang merah, bawang putih dan cabai kecil. Sedangkan bumbu kering terdiri dari ketumbar, merica, kemiri, pala, jinten, kapulaga dan cabai.

Bumbu tersebut kemudian dicampur dengan bahan utama yaitu daging yang sudah dicincang. Setelah itu, dicampur dengan darah binatang seperti ayam, babi, sapi dan lain-lain. Tak lupa tambahkan penyedap, garam, terasi dan limau.

4. Disajikan pada hari raya hingga kematian

ilustrasi ritual di Bali (pixabay.com/Diz_Daily)
ilustrasi ritual di Bali (pixabay.com/Diz_Daily)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, lawar plek merupakan bagian dari upacara adat. Ngelawar atau mempersiapkan lawar dilakukan pada Hari Raya Galungan, perayaan hari kemenangan kebajikan melawan kebatilan. Sebelumnya, dilakukan Penampahan Galungan dengan memotong babi yang kemudian dimasak menjadi lawar.

Selain itu, lawar juga dihidangkan untuk Hari Raya Nyepi dan Kuningan. Bahkan lawar juga ada pada acara lain seperti mesangih atau potong gigi, acara pernikahan hingga upacara kematian. Untuk itu, lawar bukan sekadar makanan tapi sudah menjadi bagian dari masyarakat Bali.

5. Lawar plek jadi tujuan wisata kuliner

ilustrasi turis (freepik.com/freepik)
ilustrasi turis (freepik.com/freepik)

Lebih luas lagi, lawar plek memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Makanan ini kerap dinilai ekstrim karena menggabungkan darah dan daging mentah. Selain itu, prosesnya yang masih tradisional membuat lawar menjadi makanan otentik khas Bali.

Walaupun menarik, penikmat lawar harus tetap waspada pada risiko dari makan daging dicampur darah mentah. Risikonya adalah tercemar mikroorganisme berbahaya seperti streptococcus dan salmonnella. Untuk itu, lebih baik daging dan darah dimasak setengah matang dahulu untuk membunuh bakteri berbahaya.

Fakta lawar plek bagian dari tradisi Bali tidak bisa dibantah lagi. Rasanya yang gurih dicampur dengan tekstur yang unik, lawar telah menjadi makanan favorit masyarakat Bali. Tak hanya masyarakat Bali saja, lawar juga berhasil menarik wisatawan untuk ikut menikmatinya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us