Perbedaan Roti Canai dan Roti Prata yang Bikin Bingung

- Roti canai dan roti prata berasal dari sejarah migrasi yang berbeda, membentuk identitas kuliner yang unik di Malaysia dan Singapura.
- Komposisi bahan memengaruhi tekstur dan rasa roti canai yang gurih dan ringan, sementara roti prata lebih manis dengan tekstur kenyal.
- Teknik pengolahan menciptakan ciri khas masing-masing, dengan roti canai digoreng hingga bagian luar garing dan dalam lembut, sedangkan roti prata lebih renyah di luar dan kenyal di dalam.
Perbedaan makanan dengan nama serupa sering kali memicu kebingungan, apalagi jika tampilannya nyaris identik. Salah satu contoh paling menarik datang dari dua hidangan populer di Asia Tenggara, yakni roti canai dan roti prata. Perdebatan makin hangat apalagi sejak roti canai meraih peringkat pertama dalam daftar roti terenak dunia versi TasteAtlas, sementara roti prata berada di posisi ke-12.
Meski berasal dari akar kuliner yang sama, baik roti canai dan roti prata berkembang menjadi ikon tersendiri di negara masing-masing. Nah, biar tidak keliru menyamakan keduanya, berikut perbedaan roti canai dan roti prata yang terkadang bikin bingung. Kamu pernah cobain, gak, nih?
1. Asal mula membentuk jalur perkembangan yang berbeda

Roti canai dan roti prata sama-sama berakar dari roti paratha asal India, tapi sejarah yang membawanya ke Malaysia dan Singapura membuat jalur perkembangannya tidak identik. Di Malaysia, roti canai dibawa oleh imigran muslim India dan disesuaikan dengan bahan serta selera lokal. Sementara itu, di Singapura, roti prata juga lahir dari warisan budaya India Selatan, tapi adaptasi lingkungan urban yang lebih modern memberi sentuhan berbeda dalam teknik penyajiannya.
Pengaruh sejarah migrasi membentuk identitas masing-masing roti. Di Malaysia, roti canai menjadi simbol sarapan rakyat, dijajakan di warung mamak hingga restoran keluarga. Sementara di Singapura, roti prata tidak hanya hadir di kedai India, tapi juga menjadi bagian dari menu fusion di restoran modern. Meski bersaudara dari akar yang sama, cara keduanya bertumbuh menjadikan pengalaman menyantapnya terasa berbeda.
2. Komposisi bahan memengaruhi tekstur dan rasa

Bahan dasar roti canai biasanya terdiri dari tepung terigu, air, sedikit garam, dan ghee (mentega jernih), tanpa tambahan pemanis. Hasilnya adalah roti yang gurih, ringan, dan berlapis lembut. Di sisi lain, roti prata Singapura sering kali menggunakan campuran tepung, air, gula, dan susu kental manis, sehingga memberikan rasa yang lebih manis dan tekstur kenyal.
Perbedaan bahan ini tidak hanya memengaruhi rasa, tapi juga menentukan bagaimana roti diproses dan dinikmati. Roti canai cenderung lebih ringan dan berongga, cocok disantap dengan kari encer atau dhal. Sebaliknya, roti prata punya tekstur yang lebih padat, dengan rasa manis cenderung samar yang membuatnya fleksibel disajikan bersama saus kari maupun ditabur gula. Perbedaan kecil pada resep menghasilkan pengalaman makan yang tak sama.
3. Teknik pengolahan menciptakan ciri khas masing-masing

Teknik membuat roti canai ada pada proses memutar dan melipat adonan hingga membentuk lapisan tipis. Kemudian, adonan roti cana tadi digoreng dengan sedikit minyak hingga bagian luarnya garing dan bagian dalamnya lembut. Di Malaysia, kemampuan koki roti melempar adonan tinggi-tinggi jadi atraksi tersendiri di warung makan.
Roti prata juga punya teknik pembuatan serupa, tapi bedanya adonan roti prata lebih elastis dan sering kali diolah menjadi sangat tipis hingga nyaris transparan sebelum dilipat. Karena adonan mengandung gula dan susu, tekstur akhirnya lebih renyah di luar dan kenyal di dalam. Proses pengolahan ini menciptakan keunikan visual dan sensori tersendiri, sehingga meskipun tekniknya mirip, hasil akhirnya tetap terasa berbeda.
4. Cara penyajian menunjukkan budaya konsumsi yang unik

Di Malaysia, roti canai biasanya disajikan dalam berbagai bentuk. Ada roti canai yang berbentuk pipih bundar, sering kali disertai kuah kari kambing, dhal, atau kuah sambal. Terkadang ada variasi manis seperti roti canai pisang atau kaya. Secara umum, roti canai banyak disantap sebagai menu sarapan atau camilan pagi.
Berbeda, roti prata khas Singapura cocok untuk dinikmati sepanjang hari, dari sarapan hingga malam. Penyajian roti prata pun lebih bervariasi, bisa dalam bentuk polos, berisi telur (roti telur), atau manis, seperti roti prata cokelat dan keju. Hal ini sekaligus mencerminkan gaya hidup warga Singapura yang lebih urban dan terbuka terhadap eksperimen rasa dalam satu hidangan.
5. Persepsi masyarakat memberi identitas kuliner yang khas

Bagi banyak orang Malaysia, roti canai dianggap bagian dari identitas nasional. Ia bukan hanya sekadar makanan, tapi bagian dari budaya mamak yang erat dengan kehidupan sosial. Bahkan, ada kebanggaan tersendiri saat roti canai diakui secara global dalam daftar roti terenak.
Sementara itu, di Singapura, roti prata lebih sering dipandang sebagai makanan praktis yang bisa diakses semua kalangan. Meski punya akar budaya yang kuat, keberadaannya lebih cair dan fleksibel, muncul di berbagai konteks mulai dari gerai pinggir jalan sampai restoran cepat saji. Perbedaan dalam cara masyarakat memberikan persepsi makanan ini turut memperjelas bahwa roti canai dan roti prata bukan sekadar beda nama, tapi juga beda makna.
Meski sama-sama terinspirasi dari paratha India, roti canai dan roti prata berkembang menjadi dua hidangan dengan kepribadian berbeda. Perbedaan makanan ini terlihat dari bahan, teknik, hingga cara masyarakat menghargainya. Jadi, kalau kamu masih bingung membedakan keduanya, kini kamu tahu bahwa setiap gigitannya menyimpan cerita yang tak sama.