Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Perbedaan Cendol dan Dawet yang Punya Sejarah Berbeda

Ilustrasi Es Cendol (freepik.com/rawpixel.com)

Saat menikmati segelas cendol dan dawet, apakah kamu pernah menyadari perbedaan keduanya? Atau mungkin kamu menganggap kedua minuman manis khas Indonesia ini berbeda dalam penyebutannya saja? Terkadang perbedaan cendol dan dawet memang sulit untuk dibedakan, terutama jika melihat dari segi visual atau penampilan luarnya.

Cendol dan dawet memang memiliki warna hijau dan bentuk yang mirip. Namun sebenarnya, ada beberapa perbedaan mendasar antara keduanya. Meskipun belum ada catatan sejarah yang memberikan penjelasan rinci, mengetahui perbedaan cendol dan dawet ini sangat menarik.

1. Cendol dan dawet berbeda dari sejarahnya

ilustrasi dawet (vecteezy.com/Ika Rahma)

Sebenarnya, ada beberapa versi yang menjelaskan perjalanan sejarah cendol hingga kini dinobatkan sebagai salah satu dessert terenak di dunia. Namun, salah satu sejarah paling populer menyebutkan jika cendol merupakan minuman khas Jawa Barat. Kabarnya, ini disebabkan penamaan cendol berasal dari penyebutan jendol yang berarti benjolan.

Penyebutan itu menggambarkan cara pembuatan cendol yang harus dicetak menggunakan saringan khusus, sehingga menghasilkan cendol berbentuk lonjong dan kecil layaknya benjolan. Sementara itu, jauh sebelum cendol dikenal, dawet justru telah tercatat di dalam Prasasti Taji yang telah ada sejak abad ke-10. Di dalam prasasti itu disebutkan jika awalnya, dawet berwarna bening dan berasal dari Desa Jebung, Ponorogo.

Namun, setelah diperkenalkan kepada Raden Fatah, sultan Kerajaan Demak pada abad ke-15, dawet pun akhirnya diberi pewarna hijau. Seiring berjalannya waktu, akhirnya dawet dengan warna hijau menyebar hingga ke berbagai daerah di Jawa Tengah.

Bukan hanya itu, dawet juga mulai dikenal dibeberapa negara Asia, seperti Malaysia, Singapura, Myanmar, dan Thailand pada saat Kerajaan Demak melakukan penyerangan Portugis di Selat Melaka.

2. Awalnya cendol terbuat dari tepung beras dan tepung hunkwe

ilustrasi tepung hunkwe (freepik.com/azerbaijan_stockers)

Meskipun saat ini telah banyak ditemukan berbagai variasi bahan yang digunakan untuk membuat cendol dan dawet, sebenarnya kedua makanan ini terbuat dari bahan yang berbeda. Proses pembuatan cendol hanya melibatkan campuran tepung beras dan tepung hunkwe dengan air pandan hingga membentuk adonan yang kental. Setelah dicetak dan direbus, cendol direndam sebentar di dalam air es agar mengeras.

Sementara itu, dawet umumnya dibuat menggunakan satu jenis tepung saja, yakni tepung beras ketan ataupun tepung beras. Penggunaan bahan yang berbeda juga membuat cara pembuatannya berbeda, yakni tepung beras ketan atau tepung beras dimasak bersama air pandan hingga meletup-letup. Setelah itu, adonan dawet dicetak dan direndam sebentar sebelum digunakan.

3. Dibuat menggunakan cetakan yang berbeda

ilustrasi cendol dan cetakannya (instagram.com/anakbungsukookworkshops)

Jika diperhatikan, bentuk antara cendol dan dawet juga berbeda. Bentuk keduanya dipengaruhi oleh penggunaan cetakan yang berbeda.

Cendol yang cenderung lonjong dan panjang disebabkan penggunaan cetakan yang dibuat menyerupai gelas lengkap dengan tutupnya yang berfungsi sebagai penekan adonan cendol.

Cetakan dawet sendiri sebenarnya jauh lebih sederhana. Adonan dawet yang cenderung lembut dan lembek membuatnya lebih mudah untuk dicetak menggunakan saringan berlubang. Itu sebabnya bentuk dawet cenderung lebih tebal dan gak beraturan.

4. Tekstur dawet cenderung lembut

ilustrasi dawet (vecteezy.com/Ika Rahma)

Perbedaan bahan dasar yang digunakan turut berkontribusi pada perbedaan tekstur keduanya. Cendol yang terbuat dari tepung beras dan tepung hunkwe membuat teksturnya lebih padat dan kenyal dibandingkan dawet yang cenderung lembut dan kenyal.

Dawet menggunakan tepung beras ketan yang mengandung gluten lebih tinggi dibandingkan tepung hunkwe atau tepung ketan yang digunakan dalam pembuatan cendol. Kandungan gluten yang lebih tinggi membuat adonan dawet menjadi lebih kenyal dan lembut setelah dimasak.

5. Keduanya sering disajikan dengan cara berbeda

ilustrasi cendol (instagram.com/nunung.nooraisyah)

Penyajian cendol dan dawet sering kali membuat sebagian besar dari kita menganggap jika keduanya sama saja, umumnya disajikan dengan kuah santan dan gula merah. Ditambah kreatifitas dan pengaruh budaya setiap daerah membuat penyajian kedua minuman manis ini semakin bervariasi.

Selain disajikan bersama kuah santan dan gula merah, biasanya cendol yang populer di Jawa Barat juga disajikan bersama potongan nangka. Sementara itu, dawet yang lebih populer di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur cenderung disajikan dengan beragam cara.

Beberapa di antaranya seperti dawet ayu Banjarnegara dan dawet Jabung yang disajikan dengan cara berbeda sesuai dengan budaya dan tradisi setempat. Segelas dawet ayu Banjarnegara biasanya berisikan dawet hijau, kuah santan, dan gula aren. Sedangkan, dawet Jabung disajikan dengan dawet bening, tape ketan, potongan nangka, dan santan.

Itu dia beberapa perbedaan cendol dan dawet. Bisa disimpulkan, cara paling mudah untuk membedakan antara cendol dan dawet adalah dengan memperhatikan bahan yang digunakan dan tekstur keduanya. Meskipun kini cendol dan dawet semakin mendunia serta diklaim di beberapa negara lain, tapi berkat catatan sejarah, cendol dan dawet tetap minuman manis autentik Indonesia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
Retno Rahayu
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us