Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tanpa Penyedap, 5 Makanan Khas Dayak Lundayeh Ini Bikin Ketagihan

ilustrasi memasak (pexels.com/alexgreen)
ilustrasi memasak (pexels.com/alexgreen)

Indonesia terkenal dengan berbagai macam kulinernya. Kekayaan alam yang mudah didapatkan menjadi salah satu faktor keberagaman kuliner ini, termasuk bagi masyarakat suku Dayak Lundayeh di Kalimantan Utara. Kondisi wilayah yang berada di gunung dan dingin, mempengaruhi tekstur dari masakan yang cenderung lembek dan dikonsumsi selagi hangat.

Masyarakat Dayak Lundayeh pun mengolah masakannya dengan memanfaatkan bahan yang mudah didapatkan di kebun atau hutan sekitar. Masakan diolah menggunakan bumbu-bumbu alami seperti daun afa’, garam gunung dan rempah lainnya. Penasaran? Meski tanpa penyedap buatan, lima makanan khas Dayak Lundayeh ini bisa bikin kamu ketagihan!

1. Luba' Laya

luba’ laya dibungkus daun ipit (kemenparekraf.go.id)
luba’ laya dibungkus daun ipit (kemenparekraf.go.id)

Sekilas tampak seperti lontong, tapi berbeda. Luba’ laya (nasi lembek) adalah makanan sehari-hari masyarakat Dayak Lundayeh. Terbuat dari beras Adan yang hanya bisa tumbuh di Tanah Krayan dan dibungkus dengan daun itip atau daun pisang.

Luba’ laya memiliki aroma wangi yang berasal dari beras Adan dan daun pembungkusnya. Teksturnya yang lembek sangat cocok disantap selagi panas atau hangat.

2. Bitter / Bubur

bitter/bubur jamur (youtube.com/inengsepisusanti)
bitter/bubur jamur (youtube.com/inengsepisusanti)

Bitter adalah bubur khas Dayak Lundayeh berbahan beras, daun timun muda atau sayuran lainnya yang dicacah, jamur dan daun afa’ sebagai penyedap rasa alami. Terkadang ditambahkan tepung ubi agar lebih kental. Meskipun berupa bubur, bitter tetap dikonsumsi bersama Luba’ laya atau nasi.

Bitter hampir menyerupai bubur manado atau tinutuan, tapi memiliki rasa sedap yang kuat dari daun afa’ dan kayu bakar untuk memasaknya. Sayangnya, kamu hanya bisa mencicipi bitter saat berkunjung ke rumah warga, karena bitter dibuat sebagai masakan sehari-hari atau suguhan saat bertamu.

3. Umbut

olahan umbut rotan (youtube.com/chefnodi)
olahan umbut rotan (youtube.com/chefnodi)

Umbut memiliki arti tunas atau pangkal pohon. Bagi suku Dayak, umbut bisa berasal dari rotan (Ubud We), batang pisang (Ubud Ba’ung) dan kecombrang (Ubud Saleh).

Umbut dicincang kasar lalu ditumis atau di masak kuah. Rasanya sangat menarik karena tunas muda memberikan sensasi sepat dilidah, ditambah gurih dari bumbunya. Daging, ikan dan daun singkong juga sering digunakan sebagai campuran umbut. Biasanya umbut disajikan sebagai masakan rumah atau ketika perayaan besar.

4. Kulat

kulat/jamur yang berasal dari hutan (pexels.com/irinairiser)
kulat/jamur yang berasal dari hutan (pexels.com/irinairiser)

Kulat yang berarti jamur-jamuran banyak tumbuh di pepohonan hutan dan tanah yang lembab. Jamur memiliki banyak jenis dan beberapa mengandung racun. Namun, masyarakat suku Dayak sangat lihai memilih jamur yang aman dikonsumsi.

Kulat dapat diolah menjadi bahan bitter (bubur), cah jamur atau digoreng. Beda jenis jamur, maka beda juga rasanya. Seiring berkembangnya pertanian di Kalimantan, kini banyak masyarakat yang membudidayakan kulat untuk dipasarkan.

5. Telu'

telu’/fermentasi ikan (youtube.com/luntau)
telu’/fermentasi ikan (youtube.com/luntau)

Mungkin kamu akan merasa aneh dengan makanan yang satu ini. Telu’ adalah ikan atau daging yang difermentasi selama mingguan atau bulanan. Telu’ berarti ‘awet, yang dibuat dari ikan atau daging yang dicampur dengan beras setengah matang, garam gunung, kemudian dimasukan ke dalam batang bambu dan dipendam dalam tanah. Sebagian masyarakat juga menggunakan tempayan/guci untuk fermentasi telu’.

Telu’ memiliki aroma menyengat dan rasa asam hasil fermentasi, tapi tidak mengurangi kelezatannya ketika disantap dengan luba’ laya dan sayuran lainnya. Kira-kira kamu berani nggak mencicipinya?

Itu dia beberapa makanan khas Dayak Lundayeh yang unik dan bikin penasaran. Selain makanan di atas, tentunya masih banyak lagi yang bisa kamu cicipi ketika berkunjung ke Kalimantan Utara. Namun, sayangnya makanan tersebut tidak diperjual belikan. Jika ingin mencobanya, kamu bisa menanyakannya kepada pihak hotel atau saat bertamu ke rumah kerabat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us