Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Fakta Permen Labu Korea, Sering Muncul di Drakor Saeguk

Hobakyeot
Hobakyeot (commons.wikimedia.org/david & alina at Flickr, CC BY-SA 2.0)
Intinya sih...
  • Permen labu Korea merupakan bagian dari tradisi manisan kuno Korea, memiliki sejarah panjang hingga masa Dinasti Joseon.
  • Permen ini sering muncul dalam drama Korea saeguk karena memiliki makna simbolis dan menjadi bagian dari cerita.
  • Proses pembuatan permen labu unik dan butuh ketelatenan, masih banyak keluarga membuatnya secara manual dengan resep nenek moyang.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kalau kamu penggemar drama Korea saeguk, pasti pernah melihat permen tradisional berwarna putih atau keemasan ini. Biasanya muncul dalam adegan pedagang kaki lima di pasar. Bentuknya sederhana, tapi menyimpan banyak makna dan cerita dari masa lalu.

Camilan yang dikenal sebagai hobak yeot atau permen labu Korea ini bukan cuma sekadar manisan biasa. Ia menjadi bagian penting dalam budaya kuliner Korea yang masih eksis sampai sekarang. Nah, penasaran apa saja yang membuat permen ini begitu istimewa? Yuk, simak empat fakta uniknya berikut ini!

1. Bagian dari tradisi manisan kuno Korea

potret Yeot
Yeot (commons.wikimedia.org/국립국어원, CC BY-SA 2.0 KR)

Permen labu Korea atau hobak yeot merupakan salah satu varian dari yeot—makanan manis tradisional Korea. Yeot umumnya dibuat dari bahan-bahan seperti beras ketan, jagung, atau ubi jalar yang difermentasi menggunakan malt (yeotgireum), lalu dimasak hingga menjadi sirup manis (jocheong) atau dipadatkan menjadi permen padat (gang yeot). Untuk varian hobak yeot, labu direbus dan dicampur dengan sirup malt, lalu dimasak hingga mengental dan dibiarkan mengeras. Di beberapa daerah seperti Ulleungdo atau Jeju, hobak yeot dibuat sebagai produk khas lokal karena labu tua (neulgeun hobak) yang digunakan menghasilkan rasa manis alami yang kuat.

Permen khas ini memiliki sejarah panjang yang dapat ditelusuri hingga masa Dinasti Joseon, loh. Dilansir The Korea Herald, dalam Catatan Sejarah Dinasti Joseon (1392-1863), terdapat sebuah petikan yang menegur seorang pengawas karena tidak menertibkan para penjual yeot di area ujian, sebab dianggap mengganggu ketenangan suasana. Meski tidak tercatat secara rinci kapan yeot pertama kali masuk ke Korea, diyakini bahwa makanan manis ini diperkenalkan pada masa Dinasti Goryeo (918–1392), kemungkinan datang dari negara tetangga, Tiongkok.

2. Seringkali tampil dalam drama Korea saeguk

Cuplikan drama The Haunted Palace
Cuplikan drama The Haunted Palace (dok. SBS/The Haunted Palace)

Salah satu alasan kenapa permen labu mulai dikenal luas di luar Korea adalah karena kemunculannya dalam berbagai drama saeguk. Drama-drama berlatar zaman kerajaan seperti Check in Hanyang dan The Haunted Palace sering memperlihatkan permen ini. Dalam budaya Korea, yeot memiliki makna simbolis. Rasa manis dan teksturnya yang lengket dipercaya membawa keberuntungan dan rezeki. Karena itu, dalam drama, permen ini kadang digunakan sebagai simbol perhatian atau bentuk kasih sayang halus antar karakter.

Lewat drama saeguk hobak yeot jadi terasa lebih dari sekadar camilan, melainkan jadi bagian dari cerita. Warnanya yang cantik dan bentuknya yang mungil bikin hobak yeot tampil manis di layar kaca. Saat tokoh utama menggigitnya pelan-pelan, penonton pun bisa membayangkan teksturnya yang kenyal dan rasa manis yang lembut.

3. Cara pembuatan yang unik dan butuh ketelatenan

Potret membuat yeot
Potret membuat yeot (commons.wikimedia.org/gliuoo, CC BY-SA 2.0)

Proses pembuatan hobak yeot terbilang cukup rumit dan memakan waktu. Bahan seperti labu atau beras ketan difermentasi terlebih dulu, lalu dimasak hingga menghasilkan cairan manis yang lengket. Cairan ini lalu dicetak dan didinginkan hingga mengeras menjadi permen padat.

Di desa-desa Korea, masih banyak keluarga yang membuatnya secara manual dengan resep warisan nenek moyang. Mereka percaya bahwa rasa terbaik hanya bisa didapat dari kesabaran dan perhatian dalam membuatnya. Tak heran jika versi tradisional hobak yeot tetap dicari meski versi pabrik sudah banyak beredar.

4. Hadiah manis penuh makna dari Korea

Potret pasar tradisional Dongmun di kota Jeju
Potret pasar tradisional Dongmun di kota Jeju (commons.wikimedia.org/Abasaa日本語: あばさー)

Saat berkunjung ke Korea, terutama ke daerah seperti Ulleungdo atau Jeju, kamu bisa menemukan hobak yeot dalam berbagai bentuk dan kemasan menarik. Permen ini sering dijadikan oleh-oleh karena rasanya yang unik dan maknanya yang mendalam. Di Korea, memberikan yeot sering diartikan sebagai doa untuk kesuksesan—terutama bagi siswa yang akan menghadapi ujian. Rasa manisnya melambangkan harapan baik, sedangkan teksturnya yang lengket dipercaya membawa keberuntungan dan kemelekatan pada ilmu. Selain itu, yeot juga dipercaya sebagai jimat keberuntungan dan biasa digunakan sebagai simbol harapan baik dalam upacara pernikahan tradisional.

Namun, perlu diketahui juga bahwa dalam bahasa Korea, ungkapan “makan yeot” bisa memiliki konotasi negatif dalam konteks informal atau marah. Frasa ini kadang digunakan untuk menyindir, memaki atau untuk mengekspresikan kekecewaan. Meski begitu, makna simbolis yeot sebagai pemberi keberuntungan tetap lebih dominan dalam konteks budaya dan tradisi.

Hobak yeot bukan hanya permen biasa, ia adalah warisan budaya yang mengandung rasa, tradisi, dan cerita. Dari dapur nenek moyang hingga pasar oleh-oleh modern, kehadiran permen labu Korea ini terus melintasi zaman dan menyatukan generasi. Jadi, kalau kamu melihat permen putih mungil ini di layar drama atau toko oleh-oleh Korea, ingatlah bahwa di balik rasa manisnya, tersimpan nilai sejarah dan kasih sayang yang dalam.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us