Studi: Terpapar Polusi Udara Sejak Dini Ancam Kesehatan Mental

Bukan cuma pernapasan, polusi bahayakan mental!

Menjaga kesehatan mental tidak kalah penting dari menjaga kesehatan jasmani. Selain tekanan internal, kesehatan mental juga terus diterjang oleh berbagai faktor eksternal. Salah satu dari faktor eksternal tersebut adalah polusi udara! Apa hubungannya polusi udara dengan ancaman kesehatan mental?

Ternyata, riset terbaru yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Network pada April 2021 lalu menunjukkan bahwa paparan polusi udara sejak kecil bisa membahayakan kesehatan mental dan fisik seseorang yang beranjak dewasa. Berikut ini penjelasannya.

1. Riset gabungan Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Norwegia yang libatkan ribuan anak di Inggris

Studi: Terpapar Polusi Udara Sejak Dini Ancam Kesehatan Mentalilustrasi kota dengan polusi udara (london.gov.uk)

Dilansir Verywell Mind, para peneliti gabungan dari AS, Inggris, dan Norwegia mencari tahu tentang hubungan antara polusi udara dengan perkembangan psikopatologi seseorang. Mereka melibatkan sebanyak 2.039 anak di Inggris yang lahir pada 1994-1995.

Pada usia 18 tahun, anak-anak ini diwawancarai untuk mengetahui gejala psikologis dan faktor risikonya. Dengan pertimbangan faktor risiko polutan udara, mereka menemukan bahwa paparan nitrogen oksidan dan materi partikulat pada polusi udara meningkatkan risiko timbulnya gangguan mental.

2. Nitrous oxide dan nitrogen oksida, dua senyawa yang perlu dipahami

Studi: Terpapar Polusi Udara Sejak Dini Ancam Kesehatan Mentalilustrasi polusi udara di Jakarta (flickr.com/Joe Mud)

Salah satu peneliti dari King's College London, Inggris, dr. Helen L. Fisher, PhD., mengatakan bahwa nitrogen oksida (NOx) berbeda dengan nitrous oxide. Apa bedanya?

Biasa digunakan oleh dokter gigi, nitrous oxide (N₂O) atau yang biasa disebut "gas tertawa" adalah senyawa untuk anestesi dan analgesik. Sementara, NOx biasa terlihat pada polusi udara di kota besar dari asap kendaraan yang lalu-lalang atau kawasan industri dari limbahnya. Berupa kabut kecokelatan, NOx memiliki bau menyengat!

Dokter Fisher mengatakan bahwa konsentrasi tinggi NOx adalah "biang kerok" kabut asap dan hujan asam. Selain proses industri dan hiruk pikuk aktivitas perkotaan, konsentrasi tinggi NOx dapat terlihat pada insiden kebakaran hutan dan badai debu.

Baca Juga: Bisa Bikin Sakit, Ini Alasan untuk Tidak Olahraga di Area Berpolusi

3. Hasil: paparan polusi udara dapat membahayakan kesehatan mental

Studi: Terpapar Polusi Udara Sejak Dini Ancam Kesehatan Mentalanak dan polusi udara (huffpost.com)

Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa paparan polusi memang berhubungan dengan kesehatan mental. Anak-anak yang terpapar polutan udara lebih tinggi selama masa kanak-kanak dan remaja lebih rentan terkena gangguan mental pada usia 18 tahun.

Masalah kesehatan yang dimaksud dapat terbagi jadi internal seperti depresi atau gangguan kecemasan, dan eksternal seperti gangguan perilaku dan penyalahgunaan substansi obat dan minuman keras. Selain itu, polusi udara juga menyebabkan distorsi mental seperti timbulnya halusinasi.

Uniknya, temuan tersebut tidak dapat dijelaskan oleh faktor risiko lain seperti riwayat gangguan mental para relawan, faktor biologis, dan riwayat gangguan mental keluarga, risiko yang terkait kemiskinan, dan faktor lingkungan. Dengan temuan ini, polusi udara dapat dikaitkan dengan diagnosis kesehatan mental pasien.

4. Bagaimana polusi udara pengaruhi otak?

Studi: Terpapar Polusi Udara Sejak Dini Ancam Kesehatan Mentalanak dan polusi udara (medicaldaily.com)

Tentu, para peneliti mengatakan penelitian lebih dalam masih diperlukan untuk memahami dampak polusi udara pada kesehatan mental pada populasi tertentu. Diuji di Inggris, penelitian ini relevan untuk negara dengan polusi udara sedang. Penelitian pada negara dengan polusi udara tinggi seperti Tiongkok, Nepal, dan India pun masih ditinjau.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 9 dari 10 orang di dunia terpapar polusi udara outdoor tinggi dari limbah kendaraan, pembangkit listrik, dan pembuangan limbah dari proses industri. Laporan State of the Air 2021 dari American Lung Association mengatakan bahwa kaum marginal lebih terpapar pada polusi udara dan efek negatifnya.

Di Indonesia sendiri, anak-anak juga terancam oleh polusi udara. Menurut laporan UNICEF tahun 2019, kebakaran hutan di Sumatra dan Kalimantan mengancam kesehatan 10 juta anak! Bahkan, polusi udara juga dapat memengaruhi ibu hamil dan janin, hingga menyebabkan kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan masalah lainnya.

Studi: Terpapar Polusi Udara Sejak Dini Ancam Kesehatan MentalSeorang anak memakai masker untuk menghindari polusi (unicef.org)

Field Manager dari Moms Clean Air Force, Elizabeth Brandt, mengatakan bahwa kawasan perkotaan dengan suhu tinggi, seperti daerah bangunan tinggi, sedikit ruang hijau, dan 1-7 derajat lebih panas lebih berisiko mengalami kenaikan polusi udara. Selain itu, perubahan iklim juga meningkatkan frekuensi dan intensitas kebakaran hutan.

Suku setempat yang tinggal di daerah hutan juga terpapar pada polusi dan gangguan mental. Hal ini dikarenakan ketergantungan pada kendaraan yang usang, akses listrik terbatas, dan ketergantungan pada generator.

Selama pandemi COVID-19, memang tingkat polusi udara menurun. Pembatasan mobilitas dan lebih banyak orang-orang yang beraktivitas di rumah mengurangi kadar polutan NOx antara 20-50 persen. Dengan kata lain, masih ada harapan untuk menekan polusi udara serendah mungkin.

5. Cara terhindar dari polusi udara saat ini

Studi: Terpapar Polusi Udara Sejak Dini Ancam Kesehatan Mentalilustrasi perempuan jalan kaki di jalan raya (unsplash.com/Guilherme Stecanella)

Bersosialisasi dengan teman-teman dan keluarga baik untuk kesehatan mental. Meskipun hal ini jadi tak sebebas dulu sebelum pandemi COVID-19 melanda, tetapi selama kamu menjaga protokol kesehatan dan sudah divaksinasi, tak perlu takut pada polusi udara.

Menurut berbagai penelitian terbaru, remaja yang masih ke luar selama pandemi lebih "bahagia" dibandingkan teman sebayanya yang tidak diizinkan keluar. Lebih bahagia lagi jika bisa keluar bersama keluarga! Selain itu, aktivitas outdoor dapat mengurangi gejala gangguan perilaku, dan meningkatkan mood serta kepercayaan diri.

Brandt mengingatkan bahwa polusi ozon (istilah payung untuk polusi udara dan polutannya) bersifat reaktif terhadap panas, atau paling buruk saat suhu udara tengah meroket. Oleh karena itu, polusi udara di musim panas jadi perhatian utama! Bagi Brandt, cara terbaik untuk menikmati kegiatan outdoor di musim panas adalah "perencanaan".

Jadwalkan aktivitas pada pagi hari, saat matahari tidak panas, dan periksa laporan kualitas udara setempat sebelum ke luar rumah. Selain itu, informasikan risiko gangguan mental dari polusi udara terhadap orang terdekat agar mereka dapat melindungi diri dan ikut membagikannya ke orang lain.

Kesimpulannya, polusi udara dan gangguan mental di masa depan berkaitan erat meskipun tak kasat mata. Akan tetapi, bukan berarti kamu harus takut! Cukup waspadai polusi udara dan cegah agar tidak terpapar. Akhir kata, menanggulangi polusi udara dapat menjadi salah satu usaha dalam mewujudkan kesehatan mental untuk populasi luas.

Baca Juga: Jaga Kesehatan Fisik dan Mental saat COVID-19, Ini Saran dari Ahli!

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya