Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kaki dan paha gatal setelah berlari (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Intinya sih...

  • Gatal pada paha dan betis sering terjadi saat berlari, khususnya bagi pemula atau yang jarang berolahraga.
  • Gesekan kulit dengan pakaian atau bagian tubuh lain, pelepasan histamin, kulit sensitif, dan urtikaria akibat olahraga bisa menjadi penyebab gatal.
  • Meskipun rasa gatal setelah berlari sangat tidak nyaman, tetapi ini biasanya tidak perlu dikhawatirkan.

Berlari adalah olahraga favorit banyak orang. Ya, jenis latihan ini mudah dilakukan, murah, dan bisa dilakukan siapa pun.

Hanya saja, beberapa orang merasakan sensasi gatal pada paha dan betis selama atau setelah berlari. Rasa gatal ini bisa sangat tidak nyaman dan mengganggu, yang membuat orang jadi enggan melakukannya lagi.

Rasa gatal ini paling sering dialami pelari pemula atau siapa pun yang sudah lama tidak berolahraga. Jika kamu pernah merasakan hal ini, kamu pasti bertanya-tanya, apa penyebabnya? Di sini, akan dijawab apa saja penyebab paha dan betis terasa gatal setelah berlari.

1. Gesekan

Gesekan antara kulit dengan pakaian atau bagian tubuh lainnya dapat menyebabkan lecet. Paha bagian dalam adalah bagian tubuh yang sangat sering terkena gesekan. Gejala yang dirasakan dapat meliputi:

  • Kemerahan.
  • Sensasi terbakar.
  • Gatal.

Gatal akibat gesekan pada paha paling sering terjadi saat berjalan, berlari, atau bersepeda. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gesekan, meliputi:

  • Memiliki kelebihan otot atau lemak paha.
  • Berkeringat.
  • Mengenakan pakaian yang tidak pas.

Mengoleskan petroleum jelly dan pelumas sejenisnya dapat membantu meringankan gejala dan mencegah lecet lebih lanjut.

2. Histamin

ilustrasi memegang kaki (freepik.com/freepik)

Pelepasan histamin juga mungkin bertanggung jawab atas rasa gatal setelah berlari. Histamin biasanya dilepaskan ke aliran darah sebagai respons terhadap alergen. Namun, penelitian tahun 2018 menunjukkan bahwa histamin juga dapat dilepaskan selama latihan aerobik.

Saat berolahraga, kamu mengaktifkan sistem saraf simpatik, sehingga terkadang histamin dilepaskan untuk mencegah kelelahan. Histamin ini juga memicu perluasan pembuluh darah, itulah sebabnya kamu mungkin merasakan gatal yang luar biasa pada paha dan betis setelah berlari.

3. Kulit sensitif

Kamu mungkin rentan mengalami gatal pada paha setelah berlari jika kamu memiliki kulit sensitif. Alergi terhadap detergen, pelembut kain, atau bahan pakaian dapat menyebabkan rasa gatal. Kombinasi keringat dan kulit kering juga dapat memperparah iritasi.

Solusinya, kamu disarankan untuk menggunakan detergen yang dibuat khusus untuk kulit sensitif. Juga, belilah pakaian olahraga yang terbuat dari bahan yang menyerap keringat. Jangan lupa juga menggunakan pelembap sebelum berlari.

4. Meningkatnya aliran darah

ilustrasi aliran darah di dalam pembuluh darah (pixabay.com/Vector8DIY)

Saat kamu mulai berlari atau melakukan latihan kardio, jantung bekerja lebih keras untuk mengalirkan darah dan oksigen ke berbagai otot. Aliran darah ini mengisi pembuluh darah setipis rambut yang disebut kapiler yang menghubungkan arteri dan vena.

Saat kapiler tersebut membesar, kapiler tersebut dapat bertabrakan dengan ujung saraf di dekatnya. Rangsangan sel saraf tersebut selanjutnya memicu rasa gatal-gatal.

5. Urtikaria akibat olahraga

Urtikaria akibat olahraga atau exercise-induced urticaria adalah respons alergi berupa rasa gatal disertai kemerahan pada kulit.

Urtikaria akibat olahraga terjadi selama atau setelah olahraga berat, seperti lari atau hiking. Respons alergi ini utamanya muncul bila olahraga dilakukan saat cuaca panas atau dingin.

Gejala tambahan bisa meliputi:

  • Kram perut.
  • Sakit kepala.
  • Sulit bernapas.
  • Pembengkakan pada wajah, lidah, atau tangan.

6. Dermatitis atopik dan kontak

ilustrasi dermatitis (freepik.com/freepik)

Dermatitis adalah peradangan pada kulit.

Terdapat dua jenis dermatitis yang umum, yaitu atopik dan kontak.

Dermatitis atopik disebut juga eksim. Eksim menyebabkan bercak kulit yang gatal dan kering. Dermatitis dapat terjadi di banyak area tubuh, gejalanya bisa berupa kulit sangat gatal, ruam, dan terkadang lepuh berisi cairan.

Misalnya, kamu bisa terkena dermatitis kontak di paha saat berlari sambil mengenakan celana ketat. Atau, jika kamu menggunakan celana pendek dan tanpa sengaja bersentuhan dengan tanaman ivy, maka kulit paha dan betis bisa terasa gatal.

Menurut studi, beberapa orang bahkan mengembangkan dermatitis kontak saat duduk di kursi dengan komponen nikel.

Kamu dapat mengobati dermatitis ringan dengan krim steroid topikal. Kasus yang parah mungkin memerlukan terapi imunosupresif atau terapi cahaya.

7. Purpura akibat olahraga

Purpura akibat olahraga atau exercise-induced purpura terjadi pada orang yang lari maraton, berjalan jauh, atau melakukan aktivitas fisik yang tidak biasa. Ini sangat umum terjadi saat cuaca panas di pegunungan.

Kondisi ini menyebabkan timbulnya bercak merah di betis dan pergelangan kaki. Namun, menurut studi, kondisi ini biasanya tidak memengaruhi kulit yang tertekan oleh kaus kaki. Dalam kebanyakan kasus, luka sembuh dalam beberapa hari.

Meskipun rasa gatal setelah berlari sangat tidak nyaman, tetapi ini biasanya tidak perlu dikhawatirkan. Setelah konsisten berolahraga, khususnya lari, rasa gatal akan berkurang secara perlahan hingga akhirnya menghilang.

Referensi

"How to Stop Runner’s Itch from Ruining Your Workout." Healthline. Diakses pada Juni 2024. 
Luttrell, Meredith J., dan John R. Halliwill. “The Intriguing Role of Histamine in Exercise Responses.” Exercise and Sport Sciences Reviews 45, no. 1 (1 Januari 2017): 16–23.
"Runner’s Itch: Why You Might Itch When You Run." Cleveland Clinic. Diakses pada Juni 2024. 
Hunt, Raegan D., Stephanie I. Feldstein, dan Andrew C. Krakowski. “Itching to Learn: School Chair Allergic Contact Dermatitis on the Posterior Thighs.” PubMed Central (PMC), 1 April 2014.
"What Could Be Causing Your Itchy Thighs?" Healthline. Diakses pada Juni 2024. 
Ramelet, Albert-Adrien. “Exercise-Induced Purpura.” Dermatology 208, no. 4 (1 Januari 2004): 293–96.

Editorial Team