Pertolongan Pertama Anak Muntah, Jangan Panik!

- Muntah anak biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau keracunan makanan, yang berlangsung selama 1-2 hari.
- Pemicu umum muntah pada anak antara lain gastroenteritis, infeksi, motion sickness, alergi makanan, keracunan makanan, radang usus buntu, migrain, dan penyebab lainnya.
- Mengonsumsi cairan yang cukup dapat membantu mencegah dehidrasi dan menggantikan cairan yang hilang saat anak muntah.
Melihat anak muntah-muntah, wajar jika orang tua atau pengasuh merasa khawatir. Namun, muntah sering kali bukan disebabkan oleh masalah kesehatan serius.
Muntah paling sering disebabkan oleh infeksi virus atau keracunan makanan dan sering kali ini berlangsung selama 1 atau 2 hari. Kekhawatiran terbesar saat anak muntah adalah tubuhnya akan kehilangan terlalu banyak cairan (dehidrasi).
Penyebab anak muntah
Kebanyakan anak muntah karena infeksi perut. Namun, faktor lain (seperti mabuk perjalanan, keracunan makanan, atau alergi) juga bisa menjadi penyebab.
Berikut beberapa pemicu umum muntah pada anak:
1. Gastroenteritis
Anak-anak yang tiba-tiba muntah biasanya menderita gastroenteritis, yaitu infeksi lambung dan usus yang disebabkan oleh virus atau bakteri (disebut juga flu perut).
Anak-anak dengan gastroenteritis mungkin juga mengalami tinja encer, kehilangan nafsu makan, sakit perut, atau demam. Dalam kebanyakan kasus, ini tidak memerlukan pengobatan khusus dan anak akan membaik dalam beberapa hari.
2. Infeksi
Infeksi dapat berdampak pada paru-paru, telinga, saluran kemih, lambung, atau usus.
Beberapa contoh infeksi yang terkait dengan muntah adalah infeksi saluran kemih (ISK), pneumonia, atau infeksi telinga tengah.
3. Motion sickness
Bagi sebagian anak, ayunan dan goyangan dapat menyebabkan rasa mual yang berujul pada mual, muntah, dan pusing. Ini mungkin muncul saat anak naik perahu, naik wahana di taman hiburan, dan perjalanan.
berayun dan bergoyang dapat menyebabkan rasa mual yang berujung pada muntah, mual, dan pusing. Mabuk perjalanan mungkin muncul di perahu, wahana taman hiburan, dan perjalanan mobil di jalan yang tidak rata.
4. Alergi makanan
Reaksi negatif terhadap makanan dapat menyebabkan muntah, disertai pembengkakan, ruam kulit, mengi, tenggorokan gatal, dan gejala lainnya. Ini biasanya muncul segera setelah makan makanan pemicunya.
Penyebab alergi makanan yang umum adalah kacang tanah, kacang pohon, telur, susu, kedelai, gandum, ikan, dan kerang, menurut Centers for Disease Control and Prevention.
5. Keracunan makanan
Makan makanan basi memasukkan racun ke dalam tubuh. Anak mungkin mengalami keracunan makanan, ditandai dengan muntah dan diare, karena tubuh mereka bekerja untuk mengusir bakteri tersebut, mengutip dari Seattle Children's Hospital.
6. Radang usus buntu
Pembengkakan usus buntu ini merupakan kondisi medis yang serius. Dengan radang usus buntu, anak juga akan merasakan sakit perut dan mungkin demam.
7. Migrain
Pada anak-anak, muntah merupakan efek samping migrain yang umum. Menurut American Migrain Foundation, selain sakit kepala berdenyut, yang mungkin muncul hanya pada satu sisi kepala, anak mungkin mengalami mual, pusing, dan kepekaan terhadap suara dan cahaya.
8. Penyebab muntah lainnya
Terkadang, muntah pada anak dan balita dapat disebabkan oleh hal lain, di antaranya:
- Menelan zat beracun.
- Batuk terlalu kuat.
- Makan berlebihan.
- Reaksi terhadap obat-obatan atau bau yang menyengat.
- Stres emosional atau menangis berlebihan.
- Infeksi ginjal.
- Cedera kepala (mengindikasikan gegar otak atau pendarahan otak).
- Tumor otak (dalam kasus yang jarang) atau masalah otak lainnya.
Pertolongan pertama anak muntah

Kekhawatiran terbesar saat anak muntah adalah tubuhnya akan kehilangan terlalu banyak cairan (dehidrasi).
Tetap tenang dan bersikap praktis. Meskipun kamu khawatir atau melihat mereka muntah, tetapi orang tua atau pengasuh tetap harus tenang agar bisa berpikir jernih.
Berikut ini panduan pertolongan pertama anak muntah agar ia merasa lebih baik dan tetap terhidrasi.
1. Mengganti cairan
Mengonsumsi cairan yang cukup dapat membantu mencegah dehidrasi dan menggantikan cairan, garam, dan kalori yang hilang saat anak muntah. Ini sangat penting terutama jika anak juga diare atau demam (berkeringat meningkatkan kehilangan cairan).
Dilansir Parents, berikan anak cairan bening dalam dosis kecil dan sering (bahkan jika anak merasa mual). Jika anak baru saja muntah, tunggu 30–60 menit sebelum memberikan cairan, lalu mulailah dengan jumlah kecil—sekitar satu sendok teh setiap beberapa menit. Jumlahnya bisa ditambah seiring waktu.
Mulailah mengganti cairan setelah anak tidak muntah selama 30–60 menit. Untuk melakukan ini:
- Tunggu sampai anak merasa cukup sehat untuk minum. Jangan paksa anak minum jika masih merasa tidak enak badan, dan jangan membangunkan anak untuk minum jika dia sedang tidur.
- Mulailah dengan memberi anak cairan dalam jumlah sangat sedikit (1/2 ons atau kurang) setiap 5–10 menit. Gunakan satu sendok teh sebagai pengganti gelas untuk memberi cairan.
- Gunakan air atau cairan bening non karbonasi lainnya. ASI boleh diberikan jika anak sedang menyusui.
- Jika anak memuntahkan cairan tersebut, tunggu setidaknya 30 menit lagi. Mulai lagi dengan sedikit cairan setiap 5–10 menit.
- Jika anak kesulitan menelan cairan, berikan jus batangan beku (tanpa potongan buah) atau es serut.
- Larutan rehidrasi oral dapat digunakan jika anak mengalami dehidrasi akibat muntah berulang kali. Larutan rehidrasi oral bisa dibeli di toko obat atau apotek setempat. Hindari memberikan minuman olahraga karena mengandung terlalu banyak gula.
2. Memberikan makanan padat

Saat anak muntah, biasanya ia tidak ingin makan makanan padat. Tidak ada salahnya mereka melewatkan beberapa kali makan selama mereka dapat minum cukup cairan.
Setelah sekitar 6–8 jam memberikan cairan bening dan anak tidak lagi muntah, cobalah mengajak anak untuk mulai makan.
Menurut Nationwide Children’s Hospital, makanan bertepung dan hambar seperti sereal, biskuit, atau roti lebih mudah dicerna. Hindari makanan tinggi gula dan berminyak, gorengan. Jangan beri anak makanan berwarna merah yang mungkin terlihat seperti muntahan darah.
3. Lanjutkan menyusui bayi
Anak yang mendapat ASI harus terus menerima ASI. Orang tua yang menyusui juga dapat memompa dan memberikan ASI kepada bayinya melalui sendok, cangkir, atau botol.
Bayi yang telah mendapat susu formula dapat terus mendapatkan susu formula yang teratur.
4. Memberikan obat

Jika anak demam, tanyakan kepada dokter anak apakah kamu boleh memberikan obat yang dijual bebas, seperti asetaminofen. Obat-obatan ini mungkin juga tersedia dalam bentuk supositoria jika anak masih muntah.
Jangan berikan aspirin pada anak untuk meredakan demam. Penggunaan aspirin untuk mengobati demam pada anak dapat menyebabkan kondisi serius yang disebut sindrom Reye.
Selain itu, ibuprofen tidak disetujui untuk bayi di bawah usia 6 bulan. Jika muntah tidak berhenti, dokter anak mungkin akan meresepkan obat antiemetik untuk membantu mengatasi sakit perut dan muntah, dikutip dari Saint Luke's.
5. Hindari jus buah dan minuman bersoda jika anak diare
Anak yang mengalami diare sebaiknya menghindari jus buah dan minuman bersoda karena memiliki kandungan gula tinggi yang dapat memperparah diare.
Jika anak muntah tanpa diare, kamu bisa memberikan anak sedikit jus buah bening (pertimbangkan untuk mengencerkannya dengan air).
Kapan harus membawa anak ke dokter?

Perawatan medis biasanya tidak diperlukan untuk muntah. Namun, segera bawa anak ke dokter jika anak mengalami tanda-tanda ini:
- Menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti lesu, lesu, bibir atau mulut kering, air mata lebih sedikit, dan frekuensi buang air kecil lebih jarang. Bayi yang mengalami dehidrasi mungkin memiliki ubun-ubun yang cekung, yaitu titik lunak di atas kepala.
- Berusia kurang dari 3 bulan dan muntah setiap kali mencoba menyusu. Ini mungkin merupakan tanda stenosis pilorus.
- Muntah disertai sakit perut yang parah, sakit kepala, atau leher kaku.
- Muntah setelah cedera kepala. Ini mungkin menandakan anak mengalami gegar otak atau pendarahan otak.
- Muntah darah atau ada zat yang bentuknya seperti butiran kopi, tandanya ada darah di lambung.
- Tinja berwarna hitam atau berdarah.
- Mengalami demam dan usianya kurang dari 12 minggu.
- Muntah zat berwarna hijau (berwarna empedu), apalagi jika disertai sakit perut parah.
- Perut terasa keras, atau kencang dan nyeri, di antara episode muntah.
- Mengalami perubahan dramatis dalam status mentalnya (misalnya anak tampak sangat lelah).
- Menunjukkan gejala lain yang mengkhawatirkan.
Juga, beri tahu dokter jika muntah tidak kunjung membaik setelah 24 jam pada anak-anak (atau 12 jam pada bayi).
Ada beberapa langkah pertolongan pertama untuk anak yang muntah. Secara umum, muntah pada anak tidak berbahaya. Namun, jika anak terus muntah lebih dari 24 jam, atau 12 jam pada bayi, segera bawa anak ke dokter.
Penulis: Muti'ah Nur Rahmah