"90 Persen Anak di Indonesia Ditargetkan Terlindungi dari HPV." Kementerian Kesehatan RI. Diakses Desember 2025.
Soyoung Park, “Mathematical Assessment of the Roles of Vaccination and Pap Screening on the Burden of HPV and Related Cancers in Korea,” Bulletin of Mathematical Biology 87, no. 12 (December 1, 2025), https://doi.org/10.1007/s11538-025-01548-5.
"New Study Charts Paths to End Cervical Cancer." College of Computer, Mathematical, and Natural Sciences at the University of Maryland. Diakses Desember 2025.
Studi: Vaksin HPV pada Anak Laki-laki Bisa Eliminasi Kanker Serviks

- HPV adalah virus sangat menular yang dapat memicu kanker pada perempuan dan laki-laki.
- Memvaksinasi anak laki-laki akan mempercepat tercapainya herd immunity.
- Model matematika menunjukkan kanker serviks bisa dieliminasi jika vaksinasi inklusif gender.
Selama bertahun-tahun, vaksin human papillomavirus (HPV) identik dengan perempuan. Pendekatan ini memang berdampak besar. Di beberapa negara, angka kanker serviks turun, bahkan hingga hampir 90 persen, sejak vaksin HPV diperkenalkan pada 2006. Namun, data terbaru menunjukkan masih ada celah dalam strategi ini.
HPV bukan cuma ancaman bagi perempuan. Virus ini sangat mudah menular melalui kontak seksual, kulit, atau cairan tubuh, dan menjadi penyebab hampir seluruh kasus kanker serviks, serta berbagai kanker lain seperti kanker anus, penis, vagina, dan kepala-leher. Setiap tahun, lebih dari 300 ribu orang di dunia meninggal akibat kanker serviks saja.
Studi terbaru dari tim peneliti University of Maryland, yang dipublikasikan dalam jurnal Bulletin of Mathematical Biology, menyoroti satu masalah utama. Ketika vaksinasi hanya menyasar perempuan, upaya menghilangkan kanker serviks bisa terhambat, bahkan di negara-negara dengan cakupan vaksin perempuan yang tinggi.
Vaksin HPV pada anak laki-laki turut berperan dalam mengeliminasi kanker serviks
Melalui pemodelan matematika berbasis data kanker nasional Korea Selatan, para peneliti menunjukkan bahwa vaksinasi perempuan saja tidak cukup untuk mencapai herd immunity (kekebalan kelompok) terhadap strain HPV pemicu kanker. Saat ini, sekitar 88 persen remaja perempuan di negara tersebut sudah divaksinasi. Angka tersebut tergolong tinggi, tetapi masih belum memadai untuk menghentikan sirkulasi virus sepenuhnya.
Model tersebut menunjukkan bahwa tanpa melibatkan anak laki-laki, hampir 99 persen perempuan harus divaksinasi agar kekebalan kelompok tercapai—target yang sangat sulit diwujudkan secara realistis. Sebaliknya, jika sekitar 65 persen anak laki-laki juga mendapatkan vaksin HPV, herd immunity bisa dicapai dengan tingkat vaksinasi perempuan yang sudah ada.
“Memvaksinasi anak laki-laki mengurangi tekanan untuk harus memvaksinasi hampir semua perempuan,” ujar Abba Gumel, profesor matematika dan penulis senior studi ini. “Pendekatan ini membuat eliminasi kanker menjadi lebih realistis.”
Simulasi juga menunjukkan bahwa jika cakupan vaksinasi perempuan turun menjadi 80 persen, eliminasi kanker serviks tetap mungkin terjadi asalkan sekitar 80 persen laki-laki juga divaksinasi. Artinya, vaksinasi HPV lintas gender membuat sistem perlindungan menjadi jauh lebih kuat dan tahan terhadap fluktuasi cakupan.
Dari bias gender ke strategi kesehatan publik yang lebih adil

Selama dua dekade terakhir, kasus kanker terkait HPV pada laki-laki di Korea Selatan tercatat meningkat hingga tiga kali lipat. Fakta ini menegaskan bahwa narasi “HPV adalah masalah perempuan” sudah tidak relevan secara ilmiah maupun kesehatan masyarakat.
Para peneliti merekomendasikan agar anak laki-laki usia 12–17 tahun divaksinasi bersamaan dengan anak perempuan, termasuk perempuan dewasa yang sebelumnya belum sempat mendapatkan vaksin. Bukti terbaru juga menunjukkan bahwa vaksinasi pada usia lebih tua masih dapat memberikan perlindungan, meski efektivitasnya tidak sebesar pada usia remaja.
Di Indonesia, sebanyak 90 persen anak perempuan dan laki laki ditargetkan mendapatkan imunisasi HPV pada tahun 2030. Target ini tertuang dalam Rencana Aksi Nasional Eliminasi Kanker Serviks Indonesia (2023-2030).
Secara lebih rinci, hingga tahun 2027 Ditargetkan 90 persen anak perempuan usia 15 tahun mendapatkan imunisasi HPV, dan pada 2028-2030 untuk anak laki laki. Skrining 75 persen perempuan berusia antara 30 dan 69 tahun dengan tes DNA HPV, dan mengobati 90 persen perempuan dengan lesi prakanker dan kanker invasif pada tahun 2030. Dengan skenario ini, sebanyak 1,2 juta jiwa akan terselamatkan dari kanker serviks pada tahun 2070.
Secara global, para ilmuwan memperkirakan bahwa dengan kombinasi vaksinasi HPV yang luas dan skrining kanker serviks yang konsisten, 149 dari 181 negara berpotensi mengeliminasi kanker serviks pada akhir abad ini. Meningkatkan cakupan vaksinasi pada anak laki-laki disebut sebagai salah satu kunci terpenting untuk mencapai target tersebut.
“Kita tidak harus terus kehilangan sekitar 350 ribu orang setiap tahun akibat kanker serviks,” kata Gumel. “Akhir dari HPV dan kanker terkait HPV adalah sesuatu yang bisa dicapai, jika kita mau memperluas perlindungan vaksin.”
Referensi
![[QUIZ] Cek Tingkat Stresmu dari Pilihan Karakter Upin & Ipin Ini](https://image.idntimes.com/post/20250529/screenshot-20250530-053909-youtube-07692f3ede1ec4b723353630ccf77f5a.jpg)

















