Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

9 Suplemen dan Pola Makan untuk Pengendalian Gejala ADHD

ilustrasi suplemen vitamin (pexels.com/Gustavo Fring)

Attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah salah satu gangguan perkembangan saraf yang paling umum. Biasanya didiagnosis pada masa kanak-kanak, tetapi lebih dari 3 persen orang dewasa juga menderita kondisi ini (The British Journal of Psychiatry, 2018).

Gejala ADHD dapat memengaruhi banyak aspek kehidupan sehari-hari, seperti performa kerja dan harga diri, bahkan memori dan suasana hati.

ADHD biasanya diobati dengan kombinasi terapi perilaku dan pengobatan. Namun, perawatan lain dapat membantu mengatasi gejala sehari-hari.

Berikut ini daftar pilihan pengobatan alternatif dan alami, mulai dari suplemen hingga perubahan pola makan, yang bisa digunakan untuk mendukung pengobatan ADHD.

1. Omega-3 dan omega-6

Omega-3 dan omega-6 merupakan asam lemak yang secara alami ditemukan dalam makanan seperti ikan dan biji rami. Keduanya sering dikonsumsi dalam bentuk suplemen minyak ikan.

Sebuah studi tinjauan besar menemukan bahwa suplemen omega-3 dan omega-6 memperbaiki beberapa gejala ADHD pada anak-anak (Journal of Lipids, 2017). Ini termasuk:

  • Kekurangan perhatian.
  • Hiperaktif.
  • Membaca.
  • Pembelajaran visual.

2. Zat besi

ilustrasi ADHD (pexels.com/Tara Winstead)

Suplementasi zat besi pada ADHD juga menunjukkan hasil yang beragam.

Zat besi terlibat dalam jalur dopamin di otak. Beberapa ahli meyakini rendahnya kadar zat besi dapat memperburuk gejala ADHD (Archives of Pediatrics and Adolescent Medicine, 2004). Namun, penelitian lain belum menemukan hubungan antara kadar zat besi (disebut juga feritin) dan ADHD (Journal of Attention Disorders, 2012).

Sebelum memutuskan apakah suplemen zat besi tepat untuk kamu, yang terbaik adalah berkonsultasi dengan dokter untuk memeriksakan kadar feritin kamu.

3. Zink

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan ADHD lebih cenderung memiliki kadar zinc yang rendah (Scientific Reports, 2021). Namun para peneliti masih mencoba mencari tahu apakah suplemen zink dapat membantu pengobatan ADHD.

Sebuah penelitian menemukan bahwa anak-anak yang mengonsumsi zink 30 mg sehari bisa mengurangi dosis obat stimulan mereka (Journal of Child and Adolescent Psychopharmacology, 2011).

Akan tetapi, dalam penelitian lain, suplementasi zink tidak mengubah sebagian besar gejala ADHD (Asian Journal of Psychiatry, 2020).

Jadi, diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengetahui apakah suplemen zink membantu pasien ADHD.

4. Probiotik

ilustrasi suplemen probiotik (theconversation.com)

Ada lebih banyak penelitian dilakukan pada gut-brain axis, yang mengamati hubungan antara bakteri di usus dan otak.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa probiotik dapat mengurangi kemungkinan terkena ADHD (Beneficial Microbes, 2019).

Penelitian lain menunjukkan bahwa probiotik dapat membantu mengurangi gejala (Progress in Neuro-Psychopharmacology and Biological Psychiatry, 2021), meningkatkan kualitas hidup (Frontiers in Psychiatry, 2020), dan meningkatkan fungsi pada pasien ADHD.

5. Melatonin

Orang dengan ADHD, terutama anak-anak, sering kali mengalami kesulitan tidur (Child and Adolescent Psychiatric Clinics of North America, 2014).

Oleh karena itu, peneliti mengamati efek melatonin pada anak-anak dengan ADHD.  Mereka menemukan anak-anak yang mengonsumsi 3 mg hingga 6 mg melatonin tertidur lebih cepat dan tidur lebih lama (Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, 2007).

Akan tetapi, melatonin tidak berdampak pada gejala ADHD apa pun.

6. Magnesium

ilustrasi pasien ADHD (pexels.com/Liza Summer)

Mirip zink dan zat besi, para peneliti telah melihat hubungan antara ADHD dan kadar magnesium yang rendah (Egyptian Journal of Medical Human Genetics, 2016). Uji coba kecil tersebut menunjukkan beberapa perbaikan pada anak-anak yang mengonsumsi suplemen magnesium.

Studi lain juga menunjukkan bahwa suplemen magnesium, dengan dan tanpa vitamin D, memperbaiki kesulitan dalam memusatkan perhatian, impulsif, dan bersosialisasi (BMC Pediatrics, 2021).

7. Vitamin

Vitamin belum terbukti secara meyakinkan memengaruhi ADHD secara langsung, tetapi dapat memperbaiki kekurangan yang mungkin berhubungan dengan gejala ADHD (Neural Plasticity, 2016).

Sebuah studi tahun 2018 menunjukkan kemungkinan bahwa rendahnya kadar vitamin tertentu dapat menyebabkan gejala ADHD. Studi tersebut secara khusus mengamati 8 vitamin termasuk A, B2, B3, B6, B9, B12, D, dan E.

Penelitian menemukan bahwa orang dengan ADHD cenderung memiliki kadar vitamin B2, B6, dan B9 yang lebih rendah, serta kadar B2 dan B6 berkorelasi dengan memburuknya gejala ADHD. Ditemukan juga bahwa ADHD mungkin berhubungan dengan rendahnya kadar vitamin D. Namun, tim peneliti juga mencatat bahwa faktor lain seperti merokok dapat memengaruhi kadar vitamin, sehingga diperlukan lebih banyak penelitian (BJPsych Open, 2016).

8. St. John's wort

ilustrasi suplemen herbal (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

St. John's wort kadang direkomendasikan untuk mengobati ADHD, tetapi hanya ada sedikit bukti yang mendukung penggunaannya.

Pada orang dengan ADHD, ini mungkin bekerja dengan cara yang mirip dengan obat non stimulan atomoxetine dan antidepresan bupropion, yang terkadang diresepkan untuk mengobati ADHD (Child and Adolescent Psychiatric Clinics of North America, 2014).

Namun, sejauh ini bukti gagal menunjukkan bahwa St. John's wort lebih baik dibandingkan plasebo dalam mengobati gejala ADHD.

9. Ginkgo biloba

Ginkgo biloba kaya akan antioksidan dan dianggap oleh beberapa orang dapat memperbaiki gejala pada orang dengagn ADHD. Namun, penelitian mengenai efektivitasnya masih terbatas.

Sebuah studi mengamati efek ekstrak Ginkgo biloba pada 20 anak penderita ADHD selama periode tiga hingga lima minggu. Para penulis melaporkan kemungkinan perbaikan pada gejala ADHD dan kualitas hidup secara keseluruhan, tetapi mereka juga mencatat bahwa diperlukan lebih banyak penelitian (Zeitschrift für Kinder- und Jugendpsychiatrie und Psychotherapie, 2014).

10. Pola makan untuk pasien ADHD

ilustrasi makan (pexels.com/George Milton)

Perubahan pola makan pada pasien ADHD telah dipelajari selama bertahun-tahun. Penelitian tersebut mengamati dampak penghapusan kelompok makanan tertentu, serta penambahan kelompok makanan untuk memberikan nutrisi tambahan (Nordic Journal of Psychiatry, 2014).

Makanan yang dapat memperburuk ADHD

Beberapa makanan dipercaya dapat memperburuk gejala ADHD. Banyak dokter merekomendasikan menghindari makanan yang mengandung:

  • Pewarna makanan buatan (yang dapat memengaruhi gejala ADHD dan juga dapat menurunkan kadar zink).
  • Pengawet.
  • Gula dan pemanis buatan (yang dapat memperburuk hiperaktivitas).

Beberapa ahli juga menyarankan diet eliminasi yang lebih ekstensif agar bisa membantu. Diet eliminasi adalah cara untuk mengidentifikasi makanan “pemicu” yang potensial. Pemicu umum meliputi:

  • Produk susu.
  • Jagung.
  • Kedelai.
  • Alergen makanan umum lainnya.

Dalam diet eliminasi, diet yang sangat sederhana dilakukan selama beberapa minggu. Kemudian, satu per satu, makanan diperkenalkan kembali dengan pemantauan ketat terhadap gejala ADHD. Diet eliminasi biasanya dilakukan dengan bimbingan ahli yang berpengalaman.

Makanan yang dapat membantu ADHD

Tidak ada aturan pasti mengenai ADHD dan pola makan. Namun, jika kamu hidup dengan ADHD, tidak ada salahnya untuk menyertakan beragam makanan sehat yang mendukung fungsi otak. Ini biasanya berarti makanan yang tidak diolah, seperti buah-buahan dan sayuran, yang kaya akan vitamin dan nutrisi.

Pilihan protein yang baik mencakup telur, kacang-kacangan, produk susu, dan ikan berlemak.

Alternatif lainnya adalah dengan menambahkan makanan yang secara alami kaya akan suplemen yang telah dibahas di atas, seperti:

  • Omega-3 dan omega-6: Ikan, biji-bijian (seperti chia dan rami), kenari, dan kedelai.
  • Zink: Tiram, daging sapi, kepiting, unggas, sereal yang diperkaya, dan biji labu.
  • Zat besi: Sumber zat besi hewani antara lain daging merah, daging organ, unggas, dan makanan laut (terutama tiram). Sumber zat besi vegetarian adalah lentil dan kacang-kacangan, makanan kedelai, dan biji-bijian.
  • Magnesium: Kacang-kacangan, biji-bijian, dan sayuran berdaun hijau merupakan sumber magnesium alami. Banyak sereal sarapan yang diperkaya dengan magnesium.
  • Melatonin: Kacang-kacangan, ikan, susu, dan tart cherry.
  • Probiotik: Makanan fermentasi, seperti kimci, kaya akan bakteri sehat, mirip dengan suplemen probiotik. Dan, bukti menunjukkan probiotik dapat meningkatkan fungsi otak pada anak-anak.

Selain itu, meningkatkan asupan makanan yang mengandung polifenol, seperti teh hijau, memberikan sifat antioksidan dan efek menenangkan yang dapat membantu mengatasi gejala ADHD.

Obat stimulan adalah pengobatan yang paling didukung oleh bukti dalam pengobatan ADHD, tetapi kadang pengobatan lain disarankan. Walaupun suplemen makanan mungkin tidak membantu gejala ADHD dengan sendirinya, tetapi beberapa suplemen dapat membantu mengatasi kekurangan gizi tertentu yang memengaruhi gejala ADHD.

Tumbuhan tertentu juga telah dipelajari untuk digunakan pada orang dengan ADHD, tetapi hanya ada sedikit bukti bahwa ramuan tersebut berhasil.

Sebelum memulai pengobatan apa pun untuk ADHD, kamu harus membicarakannya dengan dokter.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us