Gejala COVID-19 Varian Delta, Tak Jauh Beda tapi Lebih Parah

Disiplin terapkan protokol kesehatan dan dapatkan vaksinasi

Sejak dilaporkan pertama kali pada Desember 2019, virus corona strain baru penyebab COVID-19, SARS-CoV-2, sudah bermutasi berkali-kali. Ini bukan hal aneh karena virus memang bermutasi sebagai usaha untuk bertahan hidup.

Salah satu varian yang tengah viral saat ini adalah varian Delta. Pertama kali dilaporkan pada Oktober tahun 2020, SARS-CoV-2 varian Delta telah dinyatakan sebagai variant of concern (VoC) pada Mei 2021 dan telah menginfeksi lebih dari 70 negara.

Nahasnya, varian ini telah memasuki Indonesia, dan menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, saat ini virus corona varian Delta atau B.1.617.2 dari India sudah banyak ditemukan. Ini disampaikannya dalam konferensi pers virtual, Senin (14/6/2021).

1. Gejala COVID-19 Delta, mirip flu biasa tapi lebih berat

Gejala COVID-19 Varian Delta, Tak Jauh Beda tapi Lebih Parahilustrasi flu (everydayhealth.com)

Menurut data yang dikumpulkan ZOE COVID Symptom Study yang bekerja sama dengan King's College London, Inggris, COVID-19 varian Delta memiliki gejala umum yang menyerupai flu. Saat varian ini tengah merajalela di Inggris, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan pilek adalah gejala-gejala paling umum.

Profesor Epidemiologi Genetik di King's College London sekaligus kepala penelitian, Tim Spector, mengonfirmasi hal tersebut. Saat hadir di India, ia mengutip kalau varian yang menyebabkan "tsunami" COVID-19 di India ini terasa seperti "flu berat" dan sering disalahartikan.

"Varian COVID ini... bertindak sedikit berbeda... terasa lebih seperti flu berat," tutur Spector dalam video ZOE pada 9 Juni 2021.

2. Berbanding terbalik dengan COVID-19 biasa

Gejala COVID-19 Varian Delta, Tak Jauh Beda tapi Lebih ParahIlustrasi seorang pasien COVID-19. (ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica)

Menurut keterangan dari National Health Service (NHS), gejala umum COVID-19 adalah:

  • Demam
  • Batuk pilek
  • Kehilangan kemampuan penciuman (anosmia)
  • Kehilangan kemampuan perasa (ageusia)

Spector melanjutkan bahwa sejak awal Mei, ZOE COVID Symptom Study mencatat beberapa gejala teratas untuk COVID-19 varian Delta. Gejala sakit kepala justru jadi nomor satu, diikuti sakit tenggorokan, hidung meler, demam, dan batuk pilek. Bahkan, anosmia dan ageusia lebih jarang pada varian Delta ini.

"Kami bahkan tidak melihat gejala kehilangan kemampuan penciuman ada di 10 gejala teratas," imbuh Spector.

Baca Juga: Kembali Bermutasi, Virus Corona Varian Delta Berubah Jadi 'Delta Plus'

3. Varian Delta bisa mengganggu pendengaran?

Gejala COVID-19 Varian Delta, Tak Jauh Beda tapi Lebih Parahilustrasi gangguan pendengaran (wdent.it)

Bukan penciuman atau perasa, COVID-19 varian Delta diduga dapat mengganggu indra pendengaran. Ini diutarakan oleh dr. Bhakti Hansoti, associate professor di Johns Hopkins University dan Bloomberg School of Public Health.

DilansirUSA Today, dr. Hansoti mengatakan gejala varian Delta mirip COVID-19 biasa, tetapi lebih berat. Malah, beliau memperingatkan adanya kemungkinan kehilangan indra pendengaran akibat varian Delta.

Berkontribusi pada lebih dari 60 persen kasus COVID-19 di Inggris, varian Delta dapat menyebabkan sakit perut parah dan mual. Pada kebanyakan kasus, pasien COVID-19 varian Delta lebih banyak dilarikan ke rumah sakit, butuh bantuan oksigen, dan mengalami komplikasi parah lainnya.

4. Varian Delta sebabkan gangren sampai amputasi?

Gejala COVID-19 Varian Delta, Tak Jauh Beda tapi Lebih Parahilustrasi gangren pada jari kaki (medicalnewstoday.com)

Selain gejala mirip flu berat hingga bisa menyebabkan gangguan pendengaran, sebuah laporan dari Bloomberg mengatakan bahwa varian Delta dapat memicu gangren pada pasien. Lagi-lagi, gejala ini tidak umum terlihat pada pasien COVID-19 pada umumnya.

Kardiolog di Seven Hills Hospital Mumbai, dr. Ganesh Manudhane, mengatakan kalau varian Delta menyebabkan pembekuan darah atau trombosis mikro parah pada pasien, sehingga menyebabkan kerusakan jaringan hingga organ mengalami gangren.

Karena trombosis mikro parah tersebut, jaringan tidak mendapatkan pasokan hingga berubah menjadi gangren. Dari delapan kasus akibat COVID-19, dr. Manudhane terpaksa harus mengamputasi jari kaki atau tangan dua pasien.

Baca Juga: Muncul Infeksi Jamur Aspergilosis pada Pasien COVID-19 India, Apa Itu?

5. Disebut-sebut 40 persen lebih menular dibandingkan varian Alpha

Gejala COVID-19 Varian Delta, Tak Jauh Beda tapi Lebih Parahilustrasi virus corona SARS-CoV-2 (imi.europa.eu/Image courtesy of the NIH CC 0)

Kembali lagi ke data ZOE COVID Symptom Study, Spector mengatakan kalau varian Delta jauh lebih menular dibanding varian B.1.1.7 atau Alpha yang ditemukan pada September 2020. Ini pun dibenarkan oleh Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock, yang mengatakan kalau varian Delta 40 persen lebih mudah menular.

Selain itu, dalam rapat penanggulangan COVID-19 di Gedung Putih, Amerika Serikat (AS) dr. Anthony Fauci, direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID), juga mempermasalahkan penularan varian Delta sebagai penyebab naiknya kasus COVID-19 di Negeri Paman Sam.

“Jelas sekarang tingkat penularan [varian Delta] tampaknya lebih besar daripada tipe biasa,” ujar dr. Fauci dalam rapat pada 8 Juni 2021 silam.

Selain itu, perlu diketahui bahwa menurut Imperial College London, Inggris, varian Delta memiliki R0=8. Dengan kata lain, virus varian Delta ini dapat menular dari 1 orang ke 8 orang lain! Ini jauh lebih banyak dibanding varian Wuhan yang R0-nya berkisar 2,9.

6. Vaksinasi ampuh cegah varian Delta?

Gejala COVID-19 Varian Delta, Tak Jauh Beda tapi Lebih Parahilustrasi penyuntikan vaksin (ANTARA FOTO/Soeren Stache/Pool via REUTERS)

Menurut penelitian di Inggris pada April-Mei 2021 oleh Public Health England, vaksin Pfizer-BioNTech 88 persen efektif terhadap varian Delta, dua minggu setelah dosis kedua diberikan. Selain itu, vaksin AstraZeneca-Oxford juga terbukti 66 persen efektif melawan varian Delta.

Namun, baik vaksin Pfizer-BioNTech dan AstraZeneca-Oxford sama-sama hanya 33 persen efektif tiga minggu setelah dosis pertama. Spector pun mengatakan kalau varian Delta lebih berisiko menular pada mereka yang belum mendapatkan vaksinasi COVID-19 komplet.

7. Tetap taat protokol kesehatan dan segera dapatkan vaksinasi COVID-19

Gejala COVID-19 Varian Delta, Tak Jauh Beda tapi Lebih ParahWarga melintas di dekat mural bergambar simbol orang berdoa menggunakan masker yang mewakili umat beragama di Indonesia di kawasan Juanda, Kota Depok, Jawa Barat, Kamis (18/6/2020) (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

“Masyarakat mungkin mengira mereka baru saja terkena flu musiman, dan mereka masih pergi ke pesta lalu menulari enam orang lain. Kami rasa ini dapat memicu banyak masalah."

Karena gejala COVID-19 varian Delta mirip flu musiman, Spector menyayangkan bahwa banyak orang, terutama generasi muda, yang meremehkannya. Ditambah dengan tingkat penularan yang tinggi dan vaksinasi yang belum komplet, varian Delta dapat merajalela.

Untuk para generasi muda, Spector mengatakan bahwa kendati terasa seperti flu berat, jangan ke mana-mana dan segera tes PCR. Penularan varian Delta di masyarakat bisa ditanggulangi bila semua orang memiliki tenggang rasa dan disiplin memelihara protokol kesehatan.

Sementara pemerintah juga harus berupaya melakukan pemeriksaan (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment), masyarakat diharapkan waspada terhadap kondisi kesehatan dan tetap di rumah bila tidak ada urusan penting. Satu lagi yang tak kalah penting, segera dapatkan vaksinasi COVID-19 dan jangan menundanya bila vaksinasimu sudah terjadwal.

Baca Juga: Ivermectin Viral Jadi Obat COVID-19, Obat Apa sih Itu?

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya