5 Tanda Pria Mengalami Baby Blues, Perhatikan ya!

- Tidak cuma ibu, pasangan pria pun bisa mengalami baby blues atau depresi postpartum.
- Pria yang mengalami baby blues biasanya lebih sering marah, ledakan amarah yang tiba-tiba atau perilaku yang berhubungan dengan kekerasan.
- Depresi paternal sering kali tersembunyi, tidak terdiagnosis, dan kurang diobati karena stigma.
Kelahiran bayi bisa memicu berbagai emosi yang kuat, mulai dari kegembiraan hingga ketakutan dan kecemasan. Ini juga dapat mengakibatkan sesuatu yang tidak diduga-duga, yaitu depresi.
Banyak ibu baru mengalami baby blues pasca melahirkan, yang biasanya meliputi perubahan suasana hati, tangisan, kecemasan, dan kesulitan tidur. Baby blues biasanya dimulai dalam 2 hingga 3 hari pertama setelah melahirkan dan bisa berlangsung hingga dua minggu.
Baby blues bersifat self-limiting, mempunyai penyebab fisik langsung dan gejalanya cukup ringan. Ketika ibu mengalami keadaan depresi yang lebih lama dan parah, ini dikenal sebagai depresi pasca melahirkan/post-natal depression. Ini biasanya muncul dengan suasana hati tertekan yang terus-menerus dan lebih dari sekedar perasaan sedih. Pria atau pasangan juga bisa mengalami kondisi ini (terkadang juga dikenal sebagai depresi postpartum/PPD atau depresi paternal).
Depresi pasca kelahiran bayi dapat timbul dari kombinasi berbagai faktor dan gejala mulai dari yang ringan dan berlangsung relatif singkat hingga yang panjang dan parah. Dalam kasus ekstrem, seseorang mungkin merasa terlalu kewalahan untuk menjaga diri sendiri atau bayinya dan bahkan mungkin mengalami episode psikotik. Meskipun psikosis pasca melahirkan sangat jarang terjadi pada pria, tetapi ini tetap mungkin terjadi.
Depresi pasca melahirkan dapat dimulai kapan saja pada tahun pertama setelah bayi lahir, tetapi prevalensi tertinggi terjadi saat bayi berusia antara 3 dan 6 bulan. Menariknya, dan mungkin menjadi alasan mengapa kondisi ini jarang dilaporkan pada pria, karena PPD berkembang lebih lambat dan bertahap selama satu tahun pascapersalinan pada pria.
Berikut ini gejala depresi paternal atau PPD pada pria.
1. Kerap marah

Pria yang mengalami baby blues biasanya lebih sering marah, ledakan amarah yang tiba-tiba atau perilaku yang berhubungan dengan kekerasan.
Kemarahan pascapersalinan adalah gangguan suasana hati yang menyebabkan kemarahan, agresi, dan kegelisahan yang hebat dalam beberapa minggu dan bulan setelah bayi lahir.
Gejala kemarahan pasca melahirkan bervariasi. Beberapa gejala umum meliputi:
- Mengamuk, padahal biasanya tidak begitu.
- Merasakan keinginan untuk berteriak pada orang lain.
- Meninju benda atau membanting pintu.
- Memikirkan suatu situasi atau peristiwa lebih lama dari biasanya.
- Kehilangan kendali atas amarah.
- Mengumpat atau berteriak lebih dari biasanya.
- Menjadi sangat mudah tersinggung, frustrasi, atau gelisah.
- Merasa tidak mampu mengatasi emosi.
Ayah yang mengalami depresi juga lebih mungkin untuk memukul anak, meskipun usia anak baru satu tahun.
2. Menjadi lebih impulsif
Tanda kedua adalah perilaku impulsif atau yang berisiko, seperti penggunaan alkohol atau obat-obatan.
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap perilaku impulsif pada pria yang mengalami baby blues, di antaranya:
- Stres dan kewalahan: Tuntutan mengasuh anak, masalah keuangan, dan perubahan gaya hidup dapat menyebabkan stres dan kewalahan. Pria mungkin bereaksi secara impulsif sebagai mekanisme coping.
- Takut kehilangan koneksi: Seorang ayah mungkin takut orang lain akan kehilangan minat padanya karena tanggung jawab mengasuh anak dan tugas rumah tangga yang dikerjakan. Ketakutan ini dapat memicu tindakan impulsif.
- Kurang tidur: Orang tua baru sering kali mengalami gangguan tidur, yang dapat memperburuk kecenderungan impulsif.
- Penyesuaian emosional: Menjadi orang tua melibatkan penyesuaian emosional yang signifikan. Pria mungkin kesulitan beradaptasi, sehingga menimbulkan reaksi impulsif.
3. Hilangnya minat

Pria yang mengalami baby blues mungkin kehilangan minat pada pekerjaan atau aktivitas favorit karena kombinasi beberapa faktor, seperti:
- Mengalami fluktusasi hormonal setelah bayinya lahir. Pergeseran ini dapat memengaruhi suasana hati, tingkat energi, dan kesejahteraan secara keseluruhan, sehingga pria sulit untuk mempertahankan antusiasme terhadap pekerjaan atau hobi.
- Merasakan tekanan kuat untuk menafkahi keluarga. Tanggung jawab keuangan dan ekspektasi karier dapat menyebabkan stres dan kecemasan.
- Menjadi orang tua melibatkan penyesuaian emosional yang signifikan. Pria mungkin kesulitan beradaptasi dengan peran barunya, menyebabkan ketidaktertarikan sementara pada aspek kehidupan lainnya.
- Ibu cenderung cepat terikat dengan bayinya, sementara ayah mungkin membutuhkan waktu lebih lama. Merasa seperti “orang ketiga” dapat memengaruhi motivasi dan keterlibatan mereka dalam pekerjaan dan hobi.
- Orang tua baru sering kali mengalami gangguan tidur akibat pemberian makan dan perawatan bayi pada malam hari. Kurang tidur dapat berdampak signifikan pada suasana hati dan fungsi kognitif.
- Tuntutan mengasuh anak, ditambah dengan kurang tidur pada malam hari, dapat menyebabkan stres berlebihan. Ketika tingkat stres meningkat, minat terhadap pekerjaan dan hobi bisa berkurang.
4. Kerja berlebihan
Depresi pada pria sering kali tersembunyi, kurang terdiagnosis, dan tidak diobati. Ayah baru mungkin menganggap kondisi tersebut mencerminkan ketidakmampuan atau kelemahan. Ini bisa menghalangi pria untuk membicarakan gejala yang dialami dan mencari pengobatan.
Banyak ayah yang mengalami depresi paternal tidak menyadari bahwa mereka mengidapnya. Dalam beberapa kasus, mereka lebih fokus pada kesejahteraan dan kesehatan pasangannya. Akibatnya, pria tidak selalu selaras dengan kesehatan mereka sendiri dan cara mengatasi stres dalam menyesuaikan diri menjadi orang tua.
5. Merasa frustrasi

Ada beberapa alasan mengapa pria mungkin merasa frustrasi:
- Perubahan biologis: Sama seperti ibu, ayah juga mengalami perubahan hormonal setelah bayi lahir. Pergeseran hormonal ini dapat memengaruhi suasana hati dan emosi.
- Tekanan: Ayah baru sering kali merasakan tekanan kuat untuk menafkahi tambahan barunya. Stres finansial dan kekhawatiran karier dapat berkontribusi terhadap perasaan frustrasi.
- Waktu istirahat: Kebanyakan orang tua baru kurang tidur dan hanya punya lebih sedikit waktu untuk keintiman. Kurang istirahat dan kedekatan fisik bisa memengaruhi suasana hati.
Penanganan baby blues atau depresi postpartum pada pria
Terkadang, menolong diri sendiri saja tidak cukup. Perawatan profesional diperlukan. Menggunakan satu atau kombinasi terapi dapat membantu pria mengatasi masa kehamilan pasangan dan masa pascapersalinan yang penuh tekanan:
- Psikoterapi atau terapi bicara.
- Terapi pasangan, terutama jika kedua orang tua mengalami depresi atau hubungan sedang bermasalah.
- Obat yang bekerja pada pikiran, perilaku, atau suasana hati.
- Terapi komplementer atau alternatif, seperti olahraga, pijat, atau akupunktur.
Ada juga alternatif lain, seperti yoga, teknik mindfulness, dan meditasi harian yang lebih integratif. Ini bisa memiliki efek baik pada depresi dan kecemasan.
Menyesuaikan diri dengan bayi baru lahir kadang butuh waktu. Wajar jika suasana hati sedikit tidak menentu dalam prosesnya. Namun, jika gejala berlangsung lebih dari dua hingga tiga minggu, pertimbangkan mencari bantuan dari profesional kesehatan mental untuk mengatasi baby blues atau depresi postpartum pada pria.
Referensi
Cleveland Clinic. Diakses pada Mei 2024. Postpartum Rage.
Postpartum Depression. Diakses pada Mei 2024. Postpartum Depression in Men.
Davis, R. N., Davis, M. M., et al. (2011). Fathers’ depression related to positive and negative parenting behaviors with 1-Year-Old children. Pediatrics, 127(4), 612–618. https://doi.org/10.1542/peds.2010-1779
Psychology Today. Diakses pada Mei 2024. Men Get Baby Blues, too.
Cleveland Clinic. Diakses pada Mei 2024. Yes, Postpartum Depression in Men Is Very Real.
SHRM. Diakses pada Mei 2024. Let's Talk About Postpartum Depression in Male Workers.
Psyh Central. Diakses pada Mei 2024. Can Men Have Postpartum Depression? The Answer Is Yes.
UT Southwestern Medical Center. Diakses pada Mei 2024. 1 in 10 dads experience postpartum depression, anxiety: How to spot the signs.
UnityPoint Health. Diakses pada Mei 2024. Male Postpartum Depression.