Studi: Flavanol dalam Cokelat Bisa Turunkan Tekanan Darah

Salah satu resep untuk redakan hipertensi? Cokelat!

Penyakit kardiovaskular adalah salah satu penyakit yang paling umum membunuh banyak orang di dunia. Salah satu faktor penyebabnya adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi. Sering kali tak terdeteksi, hipertensi merusak kardiovaskular hingga dijuluki "silent killer".

Selain sering mengecek tekanan darah, menjaga pola hidup sehat juga bisa mencegah hipertensi hingga mengakibatkan penyakit kardiovaskular. Mengejutkannya, sebuah penelitian terbaru menemukan kalau cokelat bisa berperan penting dalam menurunkan tekanan darah.

1. Libatkan belasan partisipan sehat

Studi: Flavanol dalam Cokelat Bisa Turunkan Tekanan Darahilustrasi cokelat bubuk (naturalmoreish.com.au)

Berbagai penelitian sebelumnya telah mencatat efek flavanol dalam cokelat bisa menurunkan tekanan darah dan kekakuan arteri di partisipan sehat. Namun, penelitian-penelitian tersebut terkontrol, sehingga perlu penelitian yang benar-benar meneliti efek ini dalam skenario nyata.

Dimuat dalam jurnal Frontiers pada Juni 2022, para peneliti Inggris mencoba meneliti efek flavanol terhadap hipertensi. Penelitian ini melibatkan 11 orang berusia kurang dari 45 tahun dengan desain studi n-of-1, yang mana segelintir partisipan dipaparkan intervensi atau plasebo beberapa kali, lalu hasilnya dibandingkan satu sama lain.

Dalam penelitian bertajuk "Assessing Variability in Vascular Response to Cocoa With Personal Devices" ini, para partisipan menerima dosis kapsul flavanol cokelat dan plasebo selang-seling selama 8 hari.

2. Flavanol dalam cokelat ampuh mengurangi tekanan darah

Para partisipan menerima dosis tersebut pada waktu yang sama setiap pagi setelah pengecekan tekanan darah, velositas gelombang denyut, hingga detak jantung selama 2 hari pertama. Lalu, para partisipan melakukan pengecekan secara mandiri dan data tersebut dimasukkan ke dalam iPod Touch.

Sebagai catatan, para peneliti kemudian menggunakan velositas gelombang denyut untuk mengukur kekakuan arteri. Selama durasi penelitian tersebut, para partisipan penelitian mengecek hal-hal tersebut secara rutin tiap 30 menit selama 3 jam pertama setelah meminum kapsul tersebut, lalu tiap jam selama 12 jam setiap hari.

Setelah masa penelitian berakhir, para peneliti menemukan bahwa flavanol cokelat mengurangi tekanan darah sistolik (hipertensi) dan velositas gelombang denyut (kekakuan arteri) selama 12 jam. Efek ini ditemukan paling kuat selama 3 jam pertama dan 8 jam setelah konsumsi kapsul flavanol cokelat.

"Studi ini mengonfirmasi bahwa flavanol cokelat bisa menurunkan tekanan darah dan mengendurkan arteri. Hal terbaru adalah ini berlaku pada partisipan sehat dan efek ini terlihat bila tekanan darah sedang tinggi," ujar pemimpin penelitian, Prof. Christian Heiss, dilansir Medical News Today.

Baca Juga: Makan Alpukat Cegah Penyakit Jantung? Ini Faktanya!

3. Kekurangan penelitian tersebut

Studi: Flavanol dalam Cokelat Bisa Turunkan Tekanan Darahilustrasi cokelat batang (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Meski studi ini membawa kabar baik untuk para pencinta cokelat, ada beberapa kekurangan dalam penelitian ini yang patut diingat. Pertama, sampel studi yang minim, tak ada sampel darah, dan pengaruh diet lainnya yang tak dievaluasi lebih jauh.

Mengenai kekurangan tersebut, para peneliti yakin bahwa efek tersebut murni dari flavanol cokelat. Selain itu, peralatan yang digunakan dalam penelitian ini diketahui harus dioperasikan secara manual. Hal ini menghambat koleksi data dan mempersulit monitoring sehari-hari.

Terakhir, penelitian ini masih belum bisa menjelaskan mengapa flavanol cokelat bisa mengendurkan arteri, sehingga butuh penelitian lebih lanjut. Karena respons partisipan berbeda-beda, maka perlu pengobatan berbasis individu untuk kesehatan kardiovaskular.

4. Masih harus diteliti lebih jauh

Kabar buruk lainnya, ini masih harus diteliti lagi. Suplemen cokelat juga memiliki kandungan methylxanthines, yang berbahaya karena bisa menyebabkan insomnia hingga gangguan ritme jantung. Naiknya detak jantung para partisipan berpotensi jadi efek samping konsumsi flavanol cokelat dan menutupi manfaatnya terhadap hipertensi.

Menanggapi hal tersebut, Prof. Heiss mengatakan bahwa penelitian selanjutnya harus berfokus pada pengembangan alat monitoring kesehatan individu dan kemudahan akses biomarker kesehatan agar masyarakat bisa memelihara kesehatan mereka secara lebih baik.

"Para ahli juga bisa mengevaluasi apakah flavanol cokelat dan senyawa bioaktif lainnya bisa meningkatkan kesehatan pasien dan bagaimana senyawa tersebut bisa digunakan sebagai ganti obat," tandas Prof. Heiss.

Baca Juga: 5 Kebiasaan Makan yang Terkesan Sepele tapi Bahaya buat Jantung

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya