- Perasaan cemas atau takut terus menerus: sulit tidur, gelisah, khawatir berlebihan tentang keselamatan diri atau bayi.
- Mood yang berubah drastis, seperti mudah sedih, menangis, sulit konsentrasi, kehilangan keinginan menjalani aktivitas sehari-hari.
- Gejala stres atau trauma yang dapat meliputi kilas balik peristiwa banjir, rasa tidak aman bahkan saat air sudah surut, sulit merasa nyaman di tempat tinggal.
- Penarikan diri dari keluarga/lingkungan, rasa putus asa, kehilangan harapan, yang bisa berkembang menjadi depresi serius.
Banjir dan Kehamilan: Dampak pada Mental yang Kerap Terabaikan

- Banjir tidak hanya mengancam keselamatan fisik, tetapi bisa memicu stres, kecemasan, dan depresi pada ibu hamil, yang mana ini dapat berdampak pada kesehatan ibu dan janin.
- Gejala stres atau gangguan mental bisa sulit dikenali tetapi berisiko bagi kehamilan. Penting untuk waspada dan cari bantuan saat diperlukan.
- Akses layanan kesehatan dan dukungan sosial krusial. Tanpanya, beban mental bisa bertambah berat saat masa bencana.
Kehamilan sering digambarkan sebagai periode penuh harapan dan kebahagiaan, waktu ketika seorang perempuan menyiapkan masa depan untuk dirinya dan buah hatinya. Namun, ketika bencana seperti banjir datang, harapan itu bisa berubah menjadi kekhawatiran yang mendalam. Perasaan aman dan nyaman di rumah tergantikan dengan ketidakpastian. Kapan air surut, di mana tempat aman untuk berteduh, dan bagaimana memenuhi kebutuhan dasar selama kehamilan—itu semua menjadi beban pikiran ibu hamil.
Dalam situasi seperti itu, walaupun secara fisik tampaknya sehat, tetapi perasaan takut, lelah, dan cemas bisa menghantui. Untuk ibu hamil, tekanan mental semacam ini bisa membawa beban tersendiri tak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi janin.
Bagaimana banjir dapat memengaruhi kesehatan mental ibu hamil?
Studi pengalaman ibu hamil yang tinggal di daerah terdampak bencana menunjukkan bahwa kehamilan selama atau setelah banjir meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan stres. Dalam satu penelitian terhadap 402 ibu hamil pascabencana besar, banyak dari mereka melaporkan gejala stres, kecemasan, bahkan trauma pasca peristiwa.
Selain itu, dampak psikologis tidak hanya dirasakan sesaat. Dalam riset pada ibu hamil saat banjir di wilayah dengan tingkat risiko tinggi, ketidakpastian terhadap sanitasi, air bersih, dan keselamatan memicu beban mental berat, termasuk kekhawatiran terhadap keselamatan diri dan janin, kesulitan mengakses perawatan antenatal, serta kecemasan terhadap masa depan.
Jika beban emosional dan stres tidak tertangani, bisa ada dampak pada janin atau bayi setelah lahir. Sebagai contoh, satu penelitian menunjukkan bahwa stres prenatal akibat banjir dikaitkan dengan peningkatan risiko kelebihan berat badan (adiposity) pada anak usia balita.
Gejala yang harus diwaspadai

Ibu hamil dalam kondisi saat ataupun setelah banjir perlu waspada jika mengalami hal-hal seperti:
Kapan ibu hamil harus mencari bantuan profesional?
Ibu hamil disarankan mencari bantuan jika gejala di atas muncul terus-menerus selama beberapa minggu, terutama jika:
- Gejala mengganggu keseharian: tidur dan makan terganggu, sulit menjalani aktivitas harian atau merawat diri sendiri.
- Perasaan putus asa, kesedihan mendalam, atau kecemasan berat terus berlangsung.
- Ada pikiran negatif yang berat, termasuk kekhawatiran ekstrem terhadap keselamatan bayi atau diri sendiri, hingga sulit berpikir jernih.
- Kesulitan mengakses layanan kesehatan antenatal akibat kondisi bencana, sehingga harus didampingi dengan layanan psikologis atau konsultasi ke tenaga kesehatan.
Bencana, seperti banjir, bisa menjadi beban emosional yang berat jika dihadapi bersamaan. Bagi ibu hamil, banjir bisa membawa kecemasan, trauma, dan tekanan mental yang membekas lama.
Mengenali gejala, menjaga komunikasi dengan keluarga atau komunitas, dan tidak ragu mencari bantuan medis atau psikologis bisa membuat perbedaan besar. Di tengah air pasang dan ketidakpastian, dukungan dan perhatian adalah fondasi bagi keselamatan mental ibu dan buah hatinya.
Referensi
Gloria Peel Giarratano et al., “Mental Health and Worries of Pregnant Women Living Through Disaster Recovery,” Health Care for Women International 40, no. 3 (March 4, 2019): 259–77, https://doi.org/10.1080/07399332.2018.1535600.
Satoko Suzuki, Naho Sato, and Misako Miyazaki, “Maternal Experiences of Pregnant Women Affected by Natural Disasters: A Modified Grounded Theory Approach,” Nursing and Health Sciences 26, no. 2 (June 1, 2024): e13135, https://doi.org/10.1111/nhs.13135.
"When the Waters Rise: How Climate Change Is Threatening Maternal Mental Health in Bangladesh." Stanford Medicine. Diakses Desember 2025.
Khobibah Khobibah et al., “Pelayanan Kesehatan Pada Korban Banjir Sebagai Upaya Rehabilitasi Pasca Bencana,” LINK 19, no. 2 (November 25, 2023): 69–74, https://doi.org/10.31983/link.v19i2.9137.
Kelsey N. Dancause et al., “Prenatal Stress Due to a Natural Disaster Predicts Adiposity in Childhood: The Iowa Flood Study,” Journal of Obesity 2015 (January 1, 2015): 1–10, https://doi.org/10.1155/2015/570541.
"Flood study highlights impact of pre-birth stress." University of Queensland. Diakses Desember 2025.







.jpg)










