Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

BPOM Soroti Etilen Oksida dalam Mi Instan, Bahaya bagi Kesehatan?

ilustrasi mie instan (vecteezy.com/Tomy Ardiansyah)
ilustrasi mie instan (vecteezy.com/Tomy Ardiansyah)
Intinya sih...
  • BPOM RI umumkan akan memanggil produsen terkait temuan residu etilen oksida pada produk Indomie Mi Instan Rasa Soto Banjar Limau Kuit di Taiwan.
  • Etilen oksida adalah bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan berbagai produk industri, tetapi memiliki dampak kesehatan yang berbahaya jika terpapar dalam jangka panjang.
  • Paparan etilen oksida dapat menyebabkan efek akut dan kronis, serta meningkatkan risiko kanker dan masalah kesehatan reproduksi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pemberitaan soal mi instan lagi-lagi menjadi sorotan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) mengumumkan akan segera memanggil produsen terkait temuan residu etilen oksida pada produk Indomie Mi Instan Rasa Soto Banjar Limau Kuit. Produk ini diproduksi oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (Indofood).

Temuan ini berawal dari laporan otoritas Taiwan yang mendapati kandungan etilen oksida melebihi standar keamanan pangan di negara tersebut. Kepala BPOM, Taruna Ikrar, menyatakan pihaknya akan menindaklanjuti dengan memanggil produsen untuk memastikan keamanan produk yang beredar.

Menurut BPOM, produk tersebut bukan bagian dari ekspor resmi perusahaan ke Taiwan. Diduga, distribusi dilakukan oleh pihak trader dan bukan importir resmi, sehingga berlangsung tanpa sepengetahuan produsen. Saat ini, produsen tengah melakukan penelusuran terhadap bahan baku yang digunakan serta mencari tahu penyebab adanya residu etilen oksida dalam produk. Hasil investigasi ini akan segera dilaporkan kepada BPOM.

Perbedaan standar keamanan pangan menjadi salah satu faktor munculnya temuan ini. Taiwan memberlakukan aturan yang sangat ketat, yakni kadar etilen oksida total harus tidak terdeteksi sama sekali dalam produk pangan. Ini berbeda dengan standar di sejumlah negara lain, termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Indonesia. Di negara-negara tersebut, regulasi memisahkan batasan etilen oksida dengan senyawa turunannya, 2-kloroetanol (2-CE), sebagai analit pengujian, bukan dengan pendekatan total etilen oksida.

Hingga saat ini, Codex Alimentarius Commission (CAC), lembaga internasional di bawah WHO dan FAO yang menetapkan standar pangan global, belum mengatur batas maksimum residu etilen oksida. Perbedaan regulasi inilah yang membuat penilaian keamanan pangan terkait etilen oksida bisa berbeda antar negara.

Menurut dokumen resmi dari BPOM RI, batas maksimal residu (BMR/MRL) untuk etilen oksida dalam pangan olahan ditetapkan sebesar 0,01 mg/kg (uniform limit) dengan mempertimbangkan keamanan yang manageable, prinsip As Low As Reasonably Achievable (ALARA) serta regulasi dari negara lain.

Apa sebenarnya etilen oksida, dan seberapa berbahaya dampaknya bagi kesehatan?

Apa itu etilen oksida dan penggunaannya

Etilen oksida (EtO) diproduksi dalam jumlah besar di dunia.

Zat ini umumnya digunakan sebagai bahan perantara kimia dalam proses pembuatan etilen glikol (antibeku), tekstil, detergen, busa poliuretan, pelarut, obat-obatan, perekat, serta berbagai produk industri lainnya.

Dalam jumlah yang lebih kecil, etilen oksida juga dimanfaatkan sebagai fumigan, sterilan pada bahan pangan tertentu (seperti rempah-rempah) dan produk kosmetik, serta untuk sterilisasi peralatan bedah di rumah sakit maupun perangkat plastik yang tidak dapat disterilkan dengan uap panas.

Namun, di balik kegunaannya, etilen oksida menyimpan sejumlah risiko yang tidak bisa diabaikan. Zat ini bersifat mudah terbakar dan sangat reaktif, sehingga penanganannya butuh perhatian ekstra. Dari sisi kesehatan, paparan etilen oksida dalam jangka pendek dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan dan bahkan melukai jaringan paru. Gejalanya bisa berupa sakit kepala, mual, muntah, diare, sesak napas, hingga kulit membiru karena kekurangan oksigen (sianosis).

Risiko makin serius jika paparan terjadi dalam jangka panjang. Berbagai penelitian menunjukkan keterkaitan etilen oksida dengan kanker, gangguan pada sistem reproduksi, perubahan genetik (mutagenik), kerusakan saraf, hingga reaksi sensitisasi yang membuat tubuh lebih rentan terhadap alergen.

Jadi, walaupun etilen oksidapunya peran penting dalam sektor industri dan medis, tetapi dampak kesehatannya membuat zat ini perlu diawasi ketat, terutama jika sampai mencemari bahan pangan atau lingkungan sekitar.

Sumber dan potensi paparan etilen oksida

Sumber utama emisi etilen oksida ke udara berasal dari pelepasan yang tidak terkontrol atau pembuangan bersama gas lain di lingkungan industri.

Selain itu, etilen oksida juga dapat terlepas ke udara melalui penggunaannya sebagai sterilan pada peralatan medis maupun dari bahan komoditas yang difumigasi.

Bagi masyarakat umum, paparan etilen oksida bisa terjadi ketika menghirup udara yang sudah tercemar atau melalui kebiasaan merokok, baik sebagai perokok aktif maupun perokok pasif.

Kelompok tertentu memiliki risiko paparan lebih tinggi di lingkungan kerja, seperti pekerja di pabrik produksi atau pengolahan etilen oksida, teknisi sterilisasi, serta pekerja yang terlibat dalam proses fumigasi.

Efek akut etilen oksida

ilustrasi gangguan pernapasan (freepik.com/Jcomp)
ilustrasi gangguan pernapasan (freepik.com/Jcomp)

Efek akut berarti dampak yang muncul secara cepat setelah kamu terpapar suatu zat berbahaya, biasanya dalam hitungan menit hingga beberapa jam. Paparan etilen oksida dalam kadar tinggi dapat menimbulkan beragam efek akut yang serius.

  • Pada pekerja industri, menghirup gas etilen oksida dalam jumlah besar telah dilaporkan menyebabkan mual, muntah, gangguan saraf, hingga peradangan saluran pernapasan seperti bronkitis. Dalam kasus yang lebih parah, penumpukan cairan di paru-paru (edema paru) dan kerusakan jaringan paru (emfisema) juga bisa terjadi.
  • Kontak langsung etilen oksida dengan kulit atau mata dapat memicu iritasi yang terasa perih dan merusak jaringan permukaan.
  • Studi pada hewan uji pun menunjukkan hal serupa, bahwa paparan etilen oksida dalam dosis tinggi terbukti memiliki toksisitas akut yang tinggi ketika terhirup.

Efek kronis nonkanker etilen oksida

Paparan etilen oksida dalam kadar rendah namun berlangsung selama bertahun-tahun dapat menimbulkan sejumlah masalah kesehatan pada pekerja. Gejala yang sering muncul meliputi iritasi pada mata, kulit, serta saluran pernapasan. Sistem saraf juga bisa terdampak, dengan keluhan seperti sakit kepala, mual, gangguan daya ingat, hingga rasa kebas pada anggota tubuh.

Sebagai informasi, Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) belum menetapkan batas aman resmi berupa Reference Dose (RfD) atau Reference Concentration (RfC) untuk etilen oksida. Namun, California Environmental Protection Agency (CalEPA) telah menetapkan nilai ambang paparan inhalasi kronis sebesar 0,03 miligram per meter kubik (mg/m³) atau sekitar 18 bagian per miliar (ppb). Angka ini didasarkan pada temuan efek gangguan sistem saraf pada tikus percobaan. Nilai ini bukan ukuran risiko langsung, melainkan acuan bahwa jika seseorang terpapar seumur hidup di bawah angka tersebut, kemungkinan besar efek merugikan kesehatan tidak akan muncul. Sebaliknya, semakin tinggi paparan melebihi nilai ini, semakin besar pula potensi timbulnya masalah kesehatan.

Selain itu, Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR) menetapkan batas aman lain yang disebut intermediate inhalation minimal risk level (MRL), yaitu sebesar 0,2 mg/m³ atau sekitar 0,09 bagian per juta (ppm). Batas ini didasarkan pada paparan yang tidak menimbulkan efek berbahaya pada ginjal tikus. MRL merupakan perkiraan tingkat paparan harian pada manusia terhadap suatu zat berbahaya yang dianggap tidak menimbulkan risiko kesehatan nonkanker dalam periode tertentu. Untuk kategori intermediate, periode paparan yang dimaksud berkisar antara dua minggu hingga satu tahun.

Efek etilen oksida terhadap reproduksi/perkembangan

Sejumlah bukti menunjukkan bahwa paparan etilen oksida melalui inhalasi dapat meningkatkan risiko keguguran pada pekerja perempuan.

Temuan serupa juga terlihat dalam penelitian pada hewan percobaan. Paparan etilen oksida diketahui menimbulkan berbagai dampak pada sistem reproduksi, seperti berkurangnya jumlah tempat implantasi janin, penurunan berat testis dan konsentrasi sperma, hingga degenerasi jaringan testis.

Apakah etilen oksida dapat memicu kanker?

ilustrasi kanker (IDN Times/Novaya Siantita)
ilustrasi kanker (IDN Times/Novaya Siantita)

Sejumlah penelitian pada pekerja menunjukkan bahwa paparan etilen oksida di tempat kerja berkaitan dengan peningkatan kasus kanker limfoid serta kanker payudara pada pekerja perempuan.

Hasil serupa juga terlihat dalam uji coba pada hewan. Paparan etilen oksida melalui inhalasi terbukti dapat memicu kanker limfoid dan menimbulkan berbagai jenis tumor, termasuk pada otak, paru-paru, jaringan ikat, rahim, dan kelenjar susu.

EPA menyimpulkan bahwa etilen oksida bersifat karsinogenik bagi manusia melalui jalur paparan inhalasi. Selain itu, EPA juga menegaskan bahwa bukti ilmiah mendukung adanya mekanisme mutagenik dalam toksisitas etilen oksida, artinya zat ini dapat merusak materi genetik yang berpotensi memicu kanker.

Untuk memperkirakan seberapa besar risiko kanker, EPA menggunakan model matematika berbasis data manusia dan hewan. Dari model tersebut, diperoleh estimasi bahwa jika seseorang menghirup udara yang mengandung etilen oksida dengan konsentrasi rata-rata 2 × 10⁻⁴ mikrogram per meter kubik (µg/m³) atau 1 × 10⁻⁴ ppb sepanjang hidupnya, maka risiko tambahan terkena kanker tidak lebih dari satu banding sejuta.

Namun, jika konsentrasi meningkat menjadi 2 × 10⁻³ µg/m³ (1 × 10⁻³ ppb), risiko tambahan naik menjadi tidak lebih dari satu banding seratus ribu. Pada konsentrasi lebih tinggi, yakni 2 × 10⁻² µg/m³ (1 × 10⁻² ppb), risiko tambahan berkembang menjadi tidak lebih dari satu banding sepuluh ribu.

Data ini menegaskan bahwa sekalipun risikonya bersifat teoretis, tetapi paparan jangka panjang terhadap etilen oksida, meski dalam jumlah sangat kecil, tetap menambah risiko seseorang terkena kanker.

Mengenai temuan etilen oksida dalam mi instan ini, BPOM akan terus berkoordinasi dengan otoritas Taiwan serta pihak-pihak terkait lainnya dalam menindaklanjuti dan memantau perkembangan isu terkait produk pangan olahan tertentu.

Berdasarkan hasil penelusuran pada data registrasi, BPOM memastikan bahwa produk dengan varian tersebut telah memiliki izin edar resmi sehingga dapat beredar di Indonesia dan tetap aman untuk dikonsumsi sesuai aturan yang berlaku.

BPOM mengingatkan untuk menjadi konsumen yang cerdas dengan selalu menerapkan prinsip "Cek KLIK" sebelum membeli atau mengonsumsi produk pangan olahan:

  • Cek Kemasan: Pastikan dalam kondisi baik dan tidak rusak.
  • Cek Label: Baca informasi dengan teliti, termasuk kandungan dan cara penggunaan.
  • Cek Izin Edar: Pastikan produk memiliki nomor izin edar dari BPOM.
  • Cek Kedaluwarsa: Jangan konsumsi produk yang sudah melewati tanggal kedaluwarsa.

Referensi

"Taiwan Temukan Etilen Oksida di Produk Indomie, BPOM Akan Panggil Produsen." IDN Times. Diakses September 2025.

"Pemberitaan Temuan Mi Instan Mengandung Etilen Oksida di Taiwan." BPOM RI. Diakses September 2025.

"Ethylene Oxide." U.S. Department of Labor Occupational Safety and Health Administration. Diakses September 2025.

"Ethylene Oxide (PDF)." United States Environmental Protection Agency (EPA). Diakses September 2025.

"Evaluation of the Inhalation Carcinogenicity of Ethylene Oxide (CASRN 75-21-8) In Support of Summary Information on the Integrated Risk Information System (IRIS) December 2016 (PDF). EPA. Diakses September 2025.

"Toxicological Profile for Ethylene Oxide." Agency for Toxic Substances and Disease Registry. Diakses September 2025.

"Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 229 Tahun 2022 tentang Pedoman Mitigasi Risiko Kesehatan Senyawa Etilen Oksida (Ethylene Oxide), 2,6-Diisopropilnaftalena (2,6-Diisopropylnaphthalene), dan 9,10-Antrakinon (9,10-Anthraquinone)." (PDF). Diakses pada September 2025.

Toxicological Profile for Ethylene Oxide. Atlanta (GA): Agency for Toxic Substances and Disease Registry (US); 2022 Aug. CHAPTER 2, HEALTH EFFECTS. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK589511/.

"Ethylene Oxide." National Cancer Institute. Diakses September 2025.

Share
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Apa Itu Metode Tidur Skandinavia?

12 Sep 2025, 22:25 WIBHealth