Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cervical Stenosis, Benarkah Membuat Sulit Hamil?

ilustrasi test kehamilan (pexels.com/RODNAE Productions)

Memiliki buah hati adalah impian bagi setiap pasangan agar melengkapi kebahagiaan rumah tangga mereka. Namun sayangnya, beberapa pasangan kerap tak kunjung memiliki keturunan dikarenakan adanya masalah pada organ reproduksi pasangan mereka atau mempunyai kondisi rahim tertutup.

Salah satu yang dapat menyebabkan rahim tertutup adalah cervical stenosis atau biasa disebut penyempitan leher rahim. Kondisi ini tentu harus menjadi perhatian bagi setiap wanita karena dapat mempersulit kesuburan dan menurunkan potensi kehamilan. Lantas, apa saja yang harus kamu tahu tentang cervical stenosis ini?

Yuk, simak baik-baik!

1. Penyebab terjadinya Cervical Stenosis

ilustrasi proses operasi (pexels.com/Anna Shvets)

Dilansir dari HelloFlo, ada banyak penyebab yang memicu kelainan pada rahim ini. Cervical stenosis ini dapat terjadi karena faktor bawaan dari lahir atau didapatkan setelah melakukan prosedur bedah LEEP untuk mengobati sel prakanker. Paparan radiasi juga dapat memicu terjadinya penyempitan leher rahim. Kondisi cervical stenosis juga kerap kali ditemukan pada perempuan pascamenopause yang banyak kehilangan estrogen sehingga menyebabkan serviks menjadi sangat sempit bahkan tertutup.

2. Menghalangi sperma sehingga menyebabkan sulit hamil

ilustrasi proses pembuahan (pexels.com/Deon Black)

Cervical stenosis membuat leher rahim tersumbat atau mengalami penyempitan lebih dari seharusnya. Hal ini mempengaruhi proses pembuahan dimana sperma akan kesulitan untuk bisa sampai ke tuba falopi, yaitu tempat bertemunya sel telur dan sperma sehingga tidak akan bisa terjadi fertilisasi.

Selain itu penyebab cervical stenosis ini adalah adanya jaringan parut. Jaringan parut akan mengurangi produksi lendir yag dihasilkan oleh rahim, akibatnya sperma akan kesulitan bertahan hidup dan pembuahan pun tidak akan terjadi.

3. Memicu terjadinya peradangan dan Endometriosis

ilustrasi darah menstruasi (pexels.com/Polina Kovaleva)

Penyempitan leher rahim membuat darah menstruasi tidak bisa mengalir keluar lewat vagina. Akibatnya darah menstrusi akan menumpuk dalam rahim dan membuat penderitanya mengalami nyeri panggul dan peradangan.

Dalam beberapa kasus, darah menstruasi dapat kembali naik melalui saluran tuba falopi dan dapat menyebabkan terjadinya endometriosis atau kondisi dimana endometrium tumbuh di luar dinding rahim.

4. Memiliki gejala umum

ilustrasi nyeri perut (pexels.com/Polina Zimmerman)

Gangguan penyempitan leher rahim ini memiliki beberapa gejala umum yang dapat kita deteksi. Gejala yang timbul biasanya berupa nyeri sangat hebat saat menstruasi, tidak adanya periode menstruasi, munculnya pendarahan yang tidak normal, serta rasa nyeri pada panggul.

5. Pengobatan yang bisa dilakukan

ilustrasi sistem reproduksi wanita (pexels.com/Nadezhda Moryak)

Untuk saat ini penanganan cervical stenosis dapat dilakukan dengan cara memperlebar saluran rahim untuk mencegah jaringan parut kembali terbentuk. Setelahnya dapat dilakukan operasi histeroskopi dengan memotong jaringan parut menggunakan laser medis. Penggunaan IUD setelah pelebaran rahim pada leher rahim juga dapat mencegah pembentukan kembali jaringan parut di kemudian hari.

Nah, itulah sedikit penjelasan mengenai cervical stenosis yang harus kamu ketahui. Apabila kamu merasa mengalami gejala seperti di atas, segeralah temui dokter agar tidak ada masalah kesehatan yang bisa mengganggumu di kemudian hari.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Meinka Dinda
EditorMeinka Dinda
Follow Us