Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Demam Lassa, Infeksi Virus yang Ditularkan Tikus

ilustrasi tikus mengontaminasi makanan (pixabay.com/Alexas_Fotos)
Intinya sih...
  • Demam Lassa terjadi akibat infeksi virus Lassa yang dibawa oleh tikus Mastomys natalensis. Tikus ini umum dijumpai di Afrika Barat dan diketahui sebagai vektor atau inang virus Lassa.
  • Cara penularan yang paling umum adalah dengan mengonsumsi atau menghirup urine atau feses tikus. Bisa juga menyebar melalui luka.
  • Kontak dari orang ke orang dapat terjadi melalui darah, jaringan, sekret atau ekskresi, tetapi tidak melalui sentuhan.

Demam Lassa atau Lassa fever adalah penyakit zoonosis, yang berarti bahwa manusia terinfeksi dari kontak dengan hewan yang terinfeksi. Ini merupakan penyakit virus akut yang dibawa oleh tikus. Virus ini merupakan virus hemoragik yang dapat menyebabkan pendarahan.

Demam Lassa merupakan penyakit endemik yang pertama kali ditemukan di Lassa, Nigeria, Afrika Barat, pada tahun 1969. Kini, kasusnya banyak ditemukan di Sierra Leone, Liberia, Guinea, dan Nigeria. Beberapa negara tetangga juga diketahui berisiko karena tikus Mastomys tersebar di seluruh wilayah.

Penyakit ini dapat menyebabkan masalah paru-paru, jantung, neurologis, bahkan dapat mengancam jiwa. Diperkirakan angka kejadiannya sekitar 100.000 hingga 300.000 kasus setiap tahun, dengan angka kematian mencapai 5.000 kasus.

1. Tanda dan gejala

ilustrasi perempuan sedang sakit (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Gejala demam Lassa sangat bervariasi dan sering kali sulit dibedakan dengan kondisi demam berdarah virus lainnya.

Kemunculan gejala biasanya bertahap, bisa terjadi dalam 6–21 hari setelah infeksi terjadi. Pada 80 persen kasus, tidak ada gejala atau ringan, rasa tidak enak badan secara umum (malaise), sakit kepala, dan demam ringan. Namun, pada sekitar 20 persen kasus, ini bisa menjadi penyakit yang serius.

Gejala dan tahap perkembangan demam Lassa:

  • Tahap 1 (hari 1–3): Kelemahan umum, malaise, demam tinggi lebih dari 39 derajat Celsius, konstan dengan puncaknya 40–41 derajat Celsius
  • Tahap 2 (hari 4–7): Sakit tenggorokan (dengan bercak eksudatif putih), sakit kepala, punggung, nyeri dada, nyeri perut, konjungtivitis (mata merah), mual, muntah, diare, batuk, proteinuria, anemia, tekanan darah rendah (sistolik kurang dari 100 mmHg)
  • Tahap 3 (setelah 7 hari): Pembengkakan wajah, kejang, pendarahan mukosa (mungkin terjadi di mulut, hidung, mata, vagina, atau saluran pencernaan), kebingungan atau disorientasi
  • Tahap 4 (setelah 14 hari): Koma dan kematian.

Selain yang disebutkan di atas, orang dengan demam Lassa mungkin juga menunjukkan gejala lainnya, seperti:

  • Sulit bernapas.
  • Kesulitan menelan.
  • Hepatitis.
  • Syok.
  • Irama jantung tidak normal.
  • Perikarditis atau pembengkakan kantung yang mengelilingi jantung.
  • Tremor.
  • Radang otak (ensefalitis).
  • Komplikasi paling umum adalah menyebabkan gangguan pendengaran, seperti ketulian yang mungkin permanen.

Sekitar 15–20 persen pasien yang dirawat inap karena penyakit ini meninggal dunia. Namun, ini hanya sekitar 1 persen dari semua kasus.

Perempuan yang hamil trimester akhir memiliki risiko kematian sangat tinggi. Ini juga dapat menyebabkan kematian janin pada sekitar 95 persen kasus ibu hamil yang terinfeksi.

2. Penyebab dan penularan

ilustrasi virus Lassa penyebab demam Lassa (gavi.org)

Demam Lassa terjadi akibat infeksi virus Lassa yang dibawa oleh hewan pengerat yang dikenal sebagai “tikus multimammate”, Mastomys natalensis. Tikus ini umum dijumpai di Afrika Barat dan diketahui sebagai vektor atau inang virus Lassa.

Setelah terinfeksi virus, tikus Mastomys dapat mengeluarkan virus tersebut melalui kotoran dan urinenya, kemungkinan besar seumur hidupnya. Akibatnya, virus bisa menyebar dengan mudah, terutama karena tikus berkembang biak dengan cepat dan bisa menghuni rumah manusia.

Cara penularan yang paling umum adalah dengan mengonsumsi atau menghirup urine atau feses tikus. Bisa juga menyebar melalui luka.

Tikus pembawa virus hidup di dalam dan sekitar tempat tinggal manusia dan sering bersentuhan dengan bahan makanan. Selain itu, kadang orang memakan tikus dan virus bisa menyebar selama tikus diolah.

Kontak dari orang ke orang dapat terjadi melalui darah, jaringan, sekret atau ekskresi, tetapi tidak melalui sentuhan. Berbagi jarum suntik dapat menyebarkan virus, dan ada beberapa laporan penularan seksual.

Demam Lassa juga dapat ditularkan antara pasien dan staf di rumah sakit dengan peralatan yang buruk, di mana sterilisasi dan pakaian pelindung tidak sesuai standar.

3. Diagnosis

ilustrasi uji PCR (unsplash.com/CDC)

Pada awalnya, demam Lassa mungkin didiagnosis berdasarkan pemeriksaan gejala, riwayat kesehatan, atau mendeteksi kontak pasien. Akan tetapi, sering kali gejala penyakit ini tidak spesifik dan menyulitkan diagnosis.

Namun, demam Lassa harus dicurigai pada pasien dengan demam 38 derajat Celsius atau lebih tinggi dan tidak memberikan respons yang baik terhadap obat antimalaria dan antibiotik.

Diagnosis umumnya menggunakan uji serologi imunosorben terkait enzim (ELISA) yang dapat mendeteksi antibodi IgM, IgG, dan antigen Lassa. Tes RT-PCR juga dapat digunakan pada tahap awal penyakit.

4. Pengobatan

ilustrasi obat-obatan (pexels.com/Karolina Kaboompics)

Saat ini, tidak ada vaksin untuk mengobati demam Lassa. Akan tetapi, beberapa vaksin potensial sedang dikembangkan.

Pemberian obat antivirus ribavirin diketahui dapat membantu memerangi virus Lassa. Pemberian secara intravena diketahui dua kali lebih efektif daripada oral. Pemberian obat pada awal masa penyakit (6 hari sejak awal penyakit) juga diketahui dapat mengurangi kematian hingga 90 persen.

Namun, tidak ada bukti yang mendukung peran ribavirin sebagai pengobatan untuk demam Lassa. Penggunaan obat ini juga dianggap bukan solusi sempurna, karena ribavirin mungkin beracun dan teratogenik (efek obat yang menyebabkan kecacatan bagi janin).

Perawatan lain untuk demam Lassa mungkin berfokus untuk pengelolaan gejala dan mempertahankan fungsi tubuh. Ini termasuk mengelola tingkat cairan, keseimbangan elektrolit, oksigenasi, dan tekanan darah.

5. Pencegahan

ilustrasi penyimpanan makanan dalam wadah tertutup dan aman dari kontak hewan (pixabay.com/Pexels)

Ada beberapa cara untuk mencegah penularan atau infeksi virus Lassa:

  • Menghindari kontak dengan hewan pengerat Mastomys untuk menghindari penularan utama virus dari inangnya ke manusia, terutama di wilayah geografis di mana wabah terjadi.
  • Menyimpan makanan dalam wadah tahan hewan pengerat.
  • Menjaga kebersihan rumah untuk mencegah hewan pengerat masuk ke rumah.
  • Mencuci tangan secara teratur.
  • Menjauhkan sampah dari rumah.
  • Tidak menggunakan hewan pengerat ini sebagai bahan makanan.
  • Memelihara kucing.
  • Menggunakan APD sesuai standar dan mengambil tindakan pencegahan saat kontak atau merawat pasien terinfeksi.

Referensi

Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada Agustus 2024. About Lassa Fever.
World Health Organization. Diakses pada Agustus 2024. Lassa fever.
Medical News Today. Diakses pada Agustus 2024. Everything you need to know about Lassa fever.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us