Usus Buntu Pecah: Penyebab, Gejala, Bahaya, dan Pengobatan

Dalam beberapa kasus bisa sampai terjadi kematian

Radang usus buntu atau apendisitis adalah peradangan yang terjadi di usus buntu. Ini merupakan kondisi darurat medis yang butuh pembedahan secepat mungkin untuk mengangkatnya. Namun, bila tidak ditangani dengan baik atau terlambat, usus buntu bisa pecah dan akibatnya bisa fatal.

Sekadar informasi, menurut laporan dalam jurnal BMJ tahun 2006, radang usus buntu paling umum terjadi antara usia 10 dan 20 tahun, dan pasien paling banyak adalah laki-laki.

Nah, seperti yang disebut sebelumnya, radang usus yang tidak mendapat penanganan yang cepat dan tepat bisa menyebabkan usus buntu pecah. Apa saja bahaya yang bisa ditimbulkannya dan apa saja tanda-tandanya yang perlu diwaspadai? Simak ulasannya berikut ini.

1. Kenapa usus buntu bisa sampai pecah?

Usus Buntu Pecah: Penyebab, Gejala, Bahaya, dan Pengobatanilustrasi pasien radang usus buntu (commons.wikimedia.org/MyUpchar)

Dilansir Healthline, ketika radang usus buntu tidak ditangani dengan segera dan tepat, bakteri dan nanah yang terbentuk sebagai reaksi terhadap infeksi akan menumpuk. Saat ini terjadi, tekanan terbentuk dan usus buntu atau apendiks pun membengkak. Akhirnya, pembengkakan begitu besar sehingga suplai darah ke bagian usus buntu terputus, yang akhirnya bagian dinding usus buntu tersebut kemudian mati.

Selanjutnya, terbentuk lubang atau robekan di dinding tersebut. Tekanan tinggi mendorong bakteri dan nanah ke dalam rongga perut. Jadi, usus buntu yang pecah biasanya merembes atau bocor ke perut (bukan seperti balon meletus, ya!).

Berdasarkan laporan dalam Journal of American College of Surgeons tahun 2006, ditemukan bahwa risiko pecahnya (ruptur) usus buntu adalah 2 persen pada pasien dengan gejala yang tidak diobati kurang dari 36 jam. Untuk pasien dengan gejala yang tidak diobati setelah 36 jam, risiko ruptur meningkat dan tetap stabil pada 5 persen untuk setiap periode 12 jam berikutnya.

2. Menimbulkan infeksi yang lebih serius, inilah gejala usus buntu pecah

Usus Buntu Pecah: Penyebab, Gejala, Bahaya, dan Pengobatanilustrasi gejala usus buntu pecah (pixabay.com/nastya_gepp)

Setelah usus buntu pecah, mungkin kamu akan merasakan berkurangnya rasa sakit dari peradangan usus buntu sebelumnya. Namun, hal ini hanya berlangsung sebentar karena bakteri dari usus buntu yang pecah tersebut dapat menyebar ke perut.

Umumnya, gejala usus buntu yang pecah dapat berbeda-beda tergantung dari penyakit yang ditimbulkannya.

Dilansir Everyday Health, usus buntu pecah dapat mengarah pada abses yang berisi nanah yang dapat berkembang di sekitar usus buntu. Hal ini sering kali ditandai dengan:

  • Nyeri di perut kanan bawah
  • Diare
  • Kurang nafsu makan
  • Mual
  • Muntah
  • Demam
  • Lemas
  • Menggigil

Selain itu, infeksi dari usus buntu yang pecah juga dapat menyebabkan peritonitis, yang merupakan infeksi pada peritoneum, selaput seperti sutra yang melapisi rongga perut. Penyakit ini juga dapat ditandai dengan:

  • Nafsu makan menurun
  • Demam
  • Mual
  • Rasa haus yang ekstrem
  • Muntah
  • Panas dingin
  • Kebingungan
  • Napas cepat
  • Buang air kecil kurang dari biasanya atau tidak sama sekali

Baca Juga: 10 Cara Sederhana Mencegah Usus Buntu, Gak Sampai Meradang dan Operasi

3. Lantas, apa penyebab usus buntu yang pecah?

Usus Buntu Pecah: Penyebab, Gejala, Bahaya, dan Pengobatanilustrasi usus buntu pecah (healthline.com)

Penyebab pasti dari usus buntu yang pecah belum diketahui secara pasti. Namun, para ahli menduga hal itu mungkin disebabkan oleh infeksi yang memicu peradangan di dalamnya.

Seperti yang dijelaskan di laman Mayo Clinic, bakteri berkembang biak dengan cepat, menyebabkan usus buntu meradang, bengkak dan berisi nanah. Jika tidak segera ditangani, maka usus buntu bisa pecah.

4. Diagnosis radang usus buntu

Usus Buntu Pecah: Penyebab, Gejala, Bahaya, dan Pengobatanilustrasi berkonsultasi dengan dokter (freepik.com/pressfoto)

Diagnosis radang usus buntu sangat penting untuk mencegah komplikasi berbahaya seperti usus buntu pecah. Ini dilakukan dengan meninjau gejala yang dialami dan riwayat kesehatan pasien. Dilansir Medical News Today, diagnosis usus buntu dapat diawali dengan pemeriksaan fisik yang meliputi dugaan terhadap:

  • Nyeri tekan atau nyeri di perut kanan bawah
  • Kekakuan otot
  • Demam
  • Nyeri di sekitar area pusar
  • Anoreksia

Selain itu, untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut, dokter juga akan melakukan pemeriksaan lainnya seperti:

  • USG perut
  • MRI
  • CT scan

Jika diperlukan, biasanya dokter juga akan meminta pasien untuk:

  • Tes urine
  • Tes kehamilan
  • Tes darah
  • Tes protein reaktif C

5. Pengobatan usus buntu yang pecah

Usus Buntu Pecah: Penyebab, Gejala, Bahaya, dan Pengobatanilustrasi operasi usus (freepik.com/peoplecreations)

Pengobatan usus buntu yang pecah adalah dengan mengangkat usus buntu melalui operasi. Peritonitis ditangani dengan membersihkan rongga perut selama operasi untuk menghilangkan bakteri. Pasien biasanya akan menerima antibiotik melalui pembuluh darah setidaknya untuk beberapa hari pertama. Pasien mungkin perlu menggunakan antibiotik selama beberapa minggu untuk memastikan infeksinya hilang.

Umumnya usus buntu akan secepatnya diangkat. Namun, bila terdapat abses yang besar, dokter mungkin akan menanganinya sebelum operasi. Ini dilakukan dengan cara memasukkan tabung ke dalam abses dan membiarkan cairan yang berisi bakteri dan nanah keluar. Ini bisa makan waktu beberapa minggu, jadi pasien kemungkinan akan dipulangkan dulu dengan tabung tersebut serta antibiotik.

Ketika abses sudah terkuras dan infeksi serta peradangan terkontrol, dokter baru akan melangsungkan operasi.

Usus buntu yang pecah bisa menyebabkan kematian dalam beberapa kasus. Bila tidak diobati, peritonitis dapat menyebar dengan cepat, menyebabkan septikemia, atau bakteri di dalam darah.

Tubuh melepaskan bahan kimia ke dalam aliran darah untuk melawan infeksi ini, memicu respons peradangan di seluruh tubuh yang disebut sepsis. Rangkaian reaksi akan mengikuti, akhirnya menyebabkan syok septik, yang mencakup tekanan darah sangat rendah dan akhirnya dapat menyebabkan kegagalan banyak organ dan, dalam kasus terburuk, kematian.

6. Pemulihan setelah operasi

Usus Buntu Pecah: Penyebab, Gejala, Bahaya, dan Pengobatanilustrasi pemulihan usus buntu (freepik.com/tirachardz)

Dilansir Healthgrades, langkah-langkah proses pemulihan pascaoperasi yang bisa dilakukan meliputi:

  • Beristirahatlah. Berhenti sejenak dari aktivitas sehari-hari agar kamu bisa pulih dengan baik.
  • Ikuti arahan dokter. Setelah operasi, biasanya kamu akan diberikan instruksi mengenai cara merawat luka, pantangan makanan, atau gejala-gejala yang perlu diwaspadai untuk mencegah komplikasi. 
  • Belajar untuk mengendalikan rasa sakit. Jika semakin dirasa, maka rasa sakit tersebut akan memperlambat proses penyembuhan. Cobalah kendalikan rasa sakit tersebut dengan minum obat (sesuai anjuran dokter) atau mengikat bantal di atas perut dan memberikan tekanan lembut sebelum batuk, tertawa, atau bergerak.
  • Tingkatkan aktivitas secara bertahap. Hal ini perlu dilakukan agar terhindar dari pembekuan darah. Istirahat memang penting, tetapi kamu juga perlu untuk melakukan aktivitas kecil yang tidak terlalu menguras tenaga, seperti jalan-jalan singkat di sekitar rumah.
  • Kenali gejala infeksi. Dalam membersihkan luka pascaoperasi, kamu harus teliti dan menjaga kebersihan. Penting juga untuk mengenali gejala-gejala infeksi agar dapat melakukan pencegahan dini.
  • Kembali beraktivitas seperti biasa. Hal ini dapat dilakukan jika sudah diperbolehkan oleh dokter. Biasanya dokter akan melihat kemajuan pascaoperasi, agar dapat dinilai apakah sudah bisa siap kembali beraktivitas atau belum.

7. Kapan harus ke dokter?

Usus Buntu Pecah: Penyebab, Gejala, Bahaya, dan Pengobatanilustrasi konsultasi dokter (freepik.com/ijeab)

Dilansir National Health Service, radang usus buntu umumnya dimulai dengan nyeri di perut bagian tengah yang bisa datang dan pergi. Dalam beberapa jam, nyeri bisa menjalar ke bagian kanan bawah perut, di mana apendiks berada, dan nyeri akan dirasakan konstan dan parah.

Menekan area tersebut, batuk, atau berjalan mungkin akan membuat nyeri yang dirasakan makin parah.

Pada radang usus, kamu juga mungkin akan mengalami gejala lainnya seperti demam, mual, kehilangan nafsu makan, konstipasi atau diare, serta suhu tinggi dan wajah memerah.

Bila mengalami gejala-gejala di atas, jangan buang waktu untuk mencari pertolongan medis.

Itulah penjelasan tentang usus buntu pecah akibat radang usus yang tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Maka dari itu, kamu harus mengenali gejala usus buntu sehingga bisa segera memeriksakan diri dan mendapat penanganan yang cepat dan tepat. Makin cepat ditangani, risiko komplikasi berbahaya pun dapat dicegah.

Baca Juga: 7 Penyebab Usus Buntu Secara Umum dan Wajib Untuk Diketahui

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya