- Resistansi insulin akibat kelebihan lemak tubuh, terutama lemak viseral.
- Pola makan tinggi kalori, rendah serat, tinggi akan gula tambahan dan lemak jenuh.
- Kurangnya aktivitas fisik, membuat metabolisme melambat dan sensitivitas insulin menurun.
- Faktor genetik dan epigenetik, yang membuat sebagian orang lebih rentan.
- Lingkungan obesogenik, artinya banyak makanan ultraproses, sedikit gerak.
- Peradangan kronis, yang memperburuk metabolisme.
Diabesity: Ketika Obesitas dan Diabetes Saling Memperparah

- Diabesity menggambarkan kondisi ketika obesitas dan diabetes tipe 2 muncul bersamaan dan saling memperburuk.
- Penyebabnya terkait gaya hidup, resistansi insulin, genetika, lingkungan obesogenik, hingga peradangan kronis.
- Pencegahannya berfokus pada perubahan pola makan, aktivitas fisik, tidur, manajemen stres, serta intervensi medis jika diperlukan.
Di tengah rutinitas harian, banyak orang menjalani hidup tanpa menyadari bahwa tubuh mereka sedang menghadapi dua kondisi yang saling terhubung dan saling memperparah.
Berat badan naik sedikit demi sedikit, gula darah ikut merangkak, lalu gejala ringan yang awalnya dianggap sepele mulai terasa lebih sering atau lebih berat. Dalam dunia medis, pola ini dikenal sebagai diabesity, gambaran tentang bagaimana obesitas dan diabetes tipe 2 sering berjalan berdampingan.
Fenomena ini mencerminkan perubahan besar dalam pola hidup modern, tentang mudahnya akses makanan, penurunan aktivitas fisik, peningkatan stres, dan pola tidur berantakan. Kombinasi semua itu membuat tubuh bekerja lebih keras dari seharusnya. Untuk memahami diabesity, kamu perlu melihat hubungan erat antara dua kondisi ini dan bagaimana mereka berkembang bersama.
1. Apa itu diabesity?
Diabesity adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan obesitas yang disertai diabetes tipe 2 atau kondisi prediabetes. Keduanya sangat berkaitan. Obesitas meningkatkan resistansi insulin, sementara resistansi insulin memicu kadar gula darah tinggi hingga berkembang menjadi diabetes tipe 2.
2. Penyebab
Diabesity bukan disebabkan satu faktor tunggal. Beberapa penyebab utama meliputi:
3. Gejala

Gejala diabesity adalah gabungan tanda-tanda obesitas dan diabetes tipe 2, misalnya:
- Mudah lelah.
- Rasa haus berlebih.
- Sering buang air kecil.
- Berat badan naik terus atau sulit turun.
- Lingkar pinggang membesar.
- Kulit menggelap di lipatan (akantosis nigrikans), tanda resistansi insulin.
- Kesemutan di kaki atau tangan.
4. Diagnosis
Diagnosis diabesity melibatkan evaluasi obesitas dan status glukosa darah, seperti:
- Indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar pinggang.
- Gula darah puasa.
- HbA1c.
- Tes toleransi glukosa oral.
- Profil lipid.
Dokter juga akan menilai faktor risiko lain, seperti riwayat keluarga, tekanan darah, dan kondisi metabolik lainnya.
5. Pengobatan
Pendekatan utama pengobatan meliputi kombinasi gaya hidup sehat dan intervensi medis:
- Perubahan pola makan: meningkatkan serat, protein, dan makanan segar; mengurangi asupan gula dan makanan ultraproses.
- Aktivitas fisik teratur: latihan aerobik dan latihan kekuatan untuk menaikkan sensitivitas insulin.
- Manajemen stres dan tidur: keduanya berdampak besar pada hormon lapar dan resistansi insulin.
- Obat diabetes seperti metformin, GLP-1 receptor agonists, atau SGLT2 inhibitors jika diperlukan.
- Intervensi bedah (operasi bariatrik) untuk obesitas berat dan kondisi metabolik yang sulit dikendalikan.
6. Komplikasi yang dapat terjadi

Tanpa penanganan, diabesity dapat memicu berbagai komplikasi serius, seperti:
- Penyakit jantung dan stroke.
- Gagal ginjal.
- Kerusakan saraf (neuropati).
- Gangguan penglihatan.
- Penyakit hati berlemak.
- Sleep apnea.
- Gangguan hormonal.
7. Pencegahan
Langkah pencegahan diabesity mencakup:
- Pola makan sehat yang kaya akan sayuran, protein tanpa lemak, dan biji-bijian utuh.
- Aktivitas fisik minimal 150 menit per minggu.
- Tidur cukup dan teratur.
- Manajemen stres.
- Deteksi dini resistansi insulin.
- Pemeriksaan kesehatan rutin.
Obesitas dan diabetes saling memperparah satu sama lain, menciptakan lingkaran yang makin sulit diputus jika tidak segera ditangani. Kabar baiknya, diabesity sangat mungkin dicegah dan dikendalikan. Dengan perubahan pola hidup sehat yang konsisten, pemeriksaan kesehatan secara berkala, serta intervensi medis yang tepat, banyak orang dapat mengembalikan keseimbangan metabolik tubuh mereka.
Referensi
"Diabetes." World Health Organization. Diakses November 2025.
"Diabesity: How Obesity Is Related to Diabetes." Cleveland Clinic. Diakses November 2025.
Miguel A. Ortega et al., “Type 2 Diabetes Mellitus Associated With Obesity (Diabesity). The Central Role of Gut Microbiota and Its Translational Applications,” Nutrients 12, no. 9 (September 9, 2020): 2749, https://doi.org/10.3390/nu12092749.
Ng, A.C.T., Delgado, V., Borlaug, B.A. et al. "Diabesity: the combined burden of obesity and diabetes on heart disease and the role of imaging." Nat Rev Cardiol 18, 291–304 (2021). https://doi.org/10.1038/s41569-020-00465-5.
"What is Diabesity?" IDEA. Diakses November 2025.
"Diabesity: When Obesity and Diabetes Collide." Anchorage Bariatrics. Diakses November 2025.
Maria Michaelidou, Joseph M Pappachan, and Mohammad Sadiq Jeeyavudeen, “Management of Diabesity: Current Concepts,” World Journal of Diabetes 14, no. 4 (April 11, 2023): 396–411, https://doi.org/10.4239/wjd.v14.i4.396.


















