- Disfungsi sel beta pankreas: kemampuan sel penghasil insulin menurun sehingga kuantitas/efektivitas insulin kurang, walau resistansi insulin tidak dominan. Banyak studi menunjukkan bahwa pada pasien lean, defisiensi insulin berperan besar.
- Genetik dan etnisitas: populasi Asia memiliki kecenderungan mengalami diabetes pada IMT lebih rendah, diduga karena faktor genetik dan pola distribusi lemak viseral.
- Faktor nutrisi dan kekurangan masa tubuh (diabetes terkait malnutrisi): sejarah malnutrisi masa kanak-kanak atau defisit nutrisi kronis dapat memengaruhi perkembangan pankreas dan metabolisme glukosa. Kategori historis ini pernah disebut dalam klasifikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) namun kemudian direvisi; penelitian terkini kembali menyoroti peran nutrisi.
- Mikrobioma, peradangan, dan faktor lingkungan: perbedaan komposisi mikrobioma usus, paparan toksin, maupun penyakit kronis lain bisa berkontribusi. Studi pada populasi Indonesia menemukan profil mikrobioma yang berbeda pada subjek diabetes tipe 2, termasuk mereka yang lean.
Apa Itu Lean Diabetes? Kurus tapi Gula Darah Tinggi

- Lean diabetes merujuk pada bentuk diabetes tipe 2 yang muncul pada orang yang punya indeks massa tubuh (IMT) normal atau berbadan kurus.
- Penyebabnya multifaktorial: disfungsi sel beta, genetika etnis Asia, riwayat malnutrisi, dan faktor lingkungan/mikrobioma.
- Karena pasien terlihat kurus, gejala sering diabaikan atau terlambat dicurigai sebagai diabetes, padahal kadar gula bisa sudah sangat tinggi.
Bicara tentang diabetes, banyak orang mengira penyakit ini cuma diidap oleh orang yang mengalami berat badan berlebih. Namun, apakah kamu pernah dengan istilah "lean diabetes"?
Istilah lean diabetes merujuk pada bentuk diabetes tipe 2 yang muncul pada orang yang punya indeks massa tubuh (IMT) normal atau berbadan kurus, bukan pada orang yang kegemukan seperti stereotip umum penyakit gula.
Walaupun dari luar tubuh terlihat langsing, tetapi risiko gangguan gula darah nyata dan sering kali berbeda dalam penyebab dan perjalanan penyakit dibanding diabetes pada orang yang kelebihan berat badan.
Para peneliti menyoroti bahwa orang dengan lean diabetes cenderung mengalami gangguan produksi insulin (defisiensi insulin) atau faktor metabolik lain yang bukan sekadar akibat obesitas.
Fenomena ini tidak langka di Asia yang mana banyak orang mengembangkan diabetes pada IMT yang lebih rendah daripada yang biasa terlihat di populasi Barat. Jadi, diabetes perlu dipandang tidak cuma lewat ukuran berat badan, tetapi juga lewat pemeriksaan metabolik yang menyeluruh.
1. Penyebab
Beberapa faktor penyebab yang tercatat dalam literatur antara lain:
2. Gejala
Gejala lean diabetes seperti diabetes tipe 2 pada umumnya, seperti:
- Sering haus.
- Sering buang air kecil.
- Cepat lelah.
- Penurunan berat badan tanpa sebab.
- Luka yang sulit sembuh.
Namun, ada beberapa catatan.
Pada beberapa pasien lean diabetes, onset (awal mula munculnya penyakit atau gejala) bisa lebih mendadak dan masa gejala berat muncul cepat karena kapasitas cadangan insulin rendah.
Karena pasien terlihat kurus, gejala sering diabaikan atau terlambat dicurigai sebagai diabetes, padahal kadar gula bisa sudah sangat tinggi.
3. Diagnosis

Diagnosis akan mengikuti pedoman diabetes standar, yakni pemeriksaan gula darah puasa, tes HbA1c, dan/atau tes toleransi glukosa oral. Namun, jika ada kecurigaan lean diabetes dokter mungkin akan lebih memperhatikan:
- Tes fungsi insulin/C-peptida untuk menilai produksi insulin endogen (membantu membedakan defisiensi insulin vs resistensi insulin).
- Riwayat nutrisi/status gizi dan pemeriksaan untuk penyebab sekunder (misalnya gangguan pankreas, penyakit autoimun tertentu).
- Penilaian komprehensif termasuk pantauan komplikasi mikro- dan makrovaskular sejak awal, karena risiko komplikasi bisa muncul walau pasien tidak obesitas.
4. Pengobatan
Prinsip pengobatan lean diabetes sama-sama bertujuan mengendalikan gula darah, tetapi pendekatannya bisa berbeda.
- Terapi obat: pasien yang mengalami defisiensi insulin mungkin memerlukan pengobatan yang menambah insulin lebih cepat daripada pasien dengan resistansi insulin. Pilihan obat perlu disesuaikan berdasarkan status C-peptida, risiko hipoglikemia, dan faktor komorbid.
- Perubahan gaya hidup: meski tidak obesitas, tetapi modifikasi pola makan seimbang, asupan protein dan serat, serta aktivitas fisik tetap penting untuk pengendalian glukosa dan kesehatan kardiometabolik.
- Nutrisi: pada beberapa pasien dengan latar malnutrisi atau massa otot rendah, strategi nutrisi fokus pada perbaikan status gizi dan membangun massa otot (latihan kekuatan) agar metabolisme lebih sehat.
5. Komplikasi yang bisa terjadi
Jika tidak terkontrol, lean diabetes tetap berisiko mengalami komplikasi, antara lain:
- Komplikasi mikro: retinopati, nefropati, neuropati.
- Komplikasi makro: penyakit kardiovaskular (serangan jantung, stroke). Meskipun pasien tidak gemuk, tetapi risiko kardiometabolik tetap nyata, terutama jika ada lemak viseral atau dislipidemia (kondisi yang terjadi ketika lipid/lemak di dalam darah terlalu tinggi atau terlalu rendah).
Beberapa studi menunjukkan bahwa pasien lean diabetes dapat mengalami perjalanan penyakit yang agresif jika tidak ditangani tepat, karena cadangan insulin yang rendah sejak awal.
6. Pencegahan

Meski penyebab diabetes tidak selalu berkaitan dengan berat badan, tetapi beberapa langkah terbukti membantu menurunkan risikonya. Kuncinya ada pada menjaga sensitivitas insulin, stabilitas gula darah, serta meminimalkan faktor pemicu peradangan metabolik.
- Pola makan yang mendukung sensitivitas insulin
Fokus pada makanan utuh seperti sayur, buah, biji-bijian utuh, protein tanpa lemak, kacang-kacangan, serta lemak sehat. Pola makan tinggi serat dan rendah gula tambahan dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan mendukung keseimbangan metabolik.
- Aktivitas fisik teratur, terutama latihan kekuatan
Pada orang kurus, massa otot yang rendah dapat mengurangi kemampuan tubuh menyimpan glukosa. Latihan beban 2–3 kali seminggu dapat meningkatkan massa otot dan menurunkan resistansi insulin.
- Tidur cukup dan kelola stres dengan baik
Kadar kortisol tinggi dan kurang tidur berkaitan dengan disfungsi metabolik dan peningkatan kadar gula darah. Tidur 7–9 jam per malam dan strategi manajemen stres (seperti mindfulness atau olahraga ringan) bisa membantu.
- Skrining dini bagi kelompok berisiko
Orang dengan riwayat keluarga diabetes, mereka yang pernah mengalami malnutrisi, atau yang memiliki pola makan rendah energi jangka panjang sebaiknya melakukan cek gula darah rutin meskipun tubuh kurus. Deteksi dini memungkinkan intervensi lebih cepat.
- Hindari diet ekstrem rendah kalori
Pada sebagian individu, pembatasan makan terlalu ketat dapat memicu gangguan metabolik dan meningkatkan kerentanan terhadap lean diabetes. Pastikan kebutuhan kalori tercukupi, terutama jika aktif berolahraga.
Lean diabetes adalah spektrum diabetes tipe 2, diabetes yang muncul pada orang kurus atau IMT normal, dengan etiologi yang sering kali berkaitan pada kekurangan fungsi sel beta, faktor genetik, dan kondisi nutrisi.
Walaupun tubuh tampak langsing atau kurus, risiko gula darah tinggi dan komplikasinya nyata dan butuh penanganan cepat serta strategi pengobatan yang disesuaikan.
Deteksi dini lewat pemeriksaan gula darah rutin, pemeriksaan C-peptida bila perlu, dan intervensi nutrisi/terapi yang tepat menjadi langkah penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang. Jika kamu atau orang terdekat memiliki gejala yang mencurigakan, meski tidak kelebihan berat badan, sebaiknya konsultasikan ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Referensi
Amrutha Mary George, Amith George Jacob, and Leon Fogelfeld, “Lean Diabetes Mellitus: An Emerging Entity in the Era of Obesity,” World Journal of Diabetes 6, no. 4 (January 1, 2015): 613, https://doi.org/10.4239/wjd.v6.i4.613.
Yuzi Cao et al., “Pathophysiology of Type 2 Diabetes: A Focus on the Metabolic Differences Among Southeast Asian, Chinese and Indian Populations and How This Impacts Treatment,” Diabetes Obesity and Metabolism 27, no. S10 (August 26, 2025): 3–14, https://doi.org/10.1111/dom.70060.
Teresa Salvatore et al., “Current Knowledge on the Pathophysiology of Lean/Normal-Weight Type 2 Diabetes,” International Journal of Molecular Sciences 24, no. 1 (December 30, 2022): 658, https://doi.org/10.3390/ijms24010658.
Ambady Ramachandran, Ronald Ching Wan MA, and Chamukuttan Snehalatha, “Diabetes in Asia,” The Lancet 375, no. 9712 (October 29, 2009): 408–18, https://doi.org/10.1016/s0140-6736(09)60937-5.
Pradnyashree Wadivkar et al., “Classifying a Distinct Form of Diabetes in Lean Individuals With a History of Undernutrition: An International Consensus Statement,” The Lancet Global Health 13, no. 10 (September 17, 2025): e1771–76, https://doi.org/10.1016/s2214-109x(25)00263-3.
Phatthanaphong Therdtatha et al., “Gut Microbiome of Indonesian Adults Associated With Obesity and Type 2 Diabetes: A Cross-Sectional Study in an Asian City, Yogyakarta,” Microorganisms 9, no. 5 (April 22, 2021): 897, https://doi.org/10.3390/microorganisms9050897.
Taiwo Temitope Ogunjobi et al., “Improving the Prevention and Treatment of Lean Type 2 Diabetes in Sub-Saharan Africa: A Review,” European Journal of Sustainable Development Research 9, no. 2 (April 23, 2025): em0287, https://doi.org/10.29333/ejosdr/16288.


















